Jika kamu ingin sekadar bermimpi, tidurlah. Namun, ketika kamu ingin mewujudkan mimpi, berjuanglah.
_____
Freya sampai di kantin. Sayangnya, ia tidak menemukan Fila maupun Kevlar. Tanpa berusaha mencari kedua sahabatnya itu, Freya berlari lagi menuju kelas. Karena kalau Freya sampai telat di jam kuliah Pak Jason atau Freya lebih suka memanggilnya Pak Jajang, Freya benar-benar skak mat.
Sementara itu di kelas, Fila dan Kevlar sudah berada di sana.
"Fil, tadi elo nelpon Freya, langsung nyuruh dia ke kelas, kan?" tanya Kevlar seraya melempar ransel ke kursi.
Fila menggeleng dengan polosnya. "Enggak."
Mata Kevlar melotot. "Terus elo bilang apa aja tadi sama Freya?"
"Freya nanya gue dimana, terus gue jawab aja kalo gue sama elo lagi di kantin," jawab Fila tanpa dosa.
Kevlar mendesis. "Bener-bener elo, ya. Bakalan telat Freya."
Fila menggaruk sisi rambutnya merasa bingung. Sementara Kevlar hendak keluar kelas untuk menyusul Freya ke kantin. Belum sampai pintu, gadis yang sukanya dikuncir kuda itu sudah muncul di sana.
"Filaaaaa!!!" teriak Freya sambil mengatur napasnya yang masih tersengal. Kedua matanya hampir keluar dari tempatnya.
"Kenapa, Fre? Kok, teriak-teriak begitu?" tanya Fila sambil berjalan menghampiri Freya.
"Elo tuh ya, tadi bilangnya di kantin. Taunya udah di kelas," tukas Freya geram. Pandangannya beralih ke Kevlar yang berdiri di depannya. "Elo juga, Kev, sama aja dingdongnya," kata Freya ke cowok yang sukanya makan lolipop itu.
Kevlar terlalu santai. Ia hanya menggedikan bahu seraya mengangkat kedua alisnya.
"Ada apa ini?" tanya Pak Jason yang muncul di belakang Freya. Sebelum itu, Kevlar sudah melihat terlebih dahulu kedatangan Pak Jason. Makanya ia bergegas menuju kursinya tanpa memberitahu Freya.
Perlahan Freya melangkahkan kakinya ke depan, lalu berbalik menghadap Pak Jason.
"Enggak. Enggak ada apa-apa, Pak. Yaudah, saya duduk ya, Pak," ujar Freya dengan sopan. Lantas ia berjalan cepat menuju kursinya di sebelah Kevlar, di depan Fila.
Pak Jason, nama aslinya Jajang Sontak. Banyak yang memanggil Jajang, tapi tidak jarang juga yang memanggil Jason.
Pria berusia 48 tahun itu cukup di segani dan ditakuti oleh mahasiswa/i di kampus Multi Jaya. Sebab Pak Jason adalah dosen yang disiplin dalam segala hal. Jika ada yang menurutnya salah, hukuman yang di dapat tidaklah mudah. Contohnya, membuat artikel atau makalah sebanyak 500 lembar dalam waktu 3 hari. Hal yang pernah dilakukan Freya sekali akibat keterlambatannya di semester awal lantaran Freya mengunjungi gedung jurusan seni.
Makanya, Freya kapok dan terlalu berhati-hati ketika mendengar nama Pak Jason.
Waktu kuis maksimal satu jam. Sebelum itu ada beberapa mahasiswa yang selesai dan keluar kelas. Termasuk Kevlar. Disusul oleh Freya. Sedangkan Fila, dia selalu selesai paling akhir.
"Hasil kuis gue gimana, ya? Gue takut jelek lagi nih," kata Fila, berjalan di koridor bersama Kevlar dan Freya yang mengapitnya.
"Hasil mah, belakangan deh, Fil. Yang penting elo udah berusaha," sahut Freya menepuk bahu Fila.
"Tadi elo ke gedung jurusan seni lagi, Fre?" tanya Kevlar penasaran.
"Ehm," jawab Freya singkat. Lantas ia mengambil sesuatu dari kantung ransel bagian depan. Sebuah permen karet yang selalu ia bawa kemanapun. Freya membuka bungkusnya.
"Huaaaachiiim!" Fila bersin. Sontak Freya berlari menjauh dari sahabatnya itu.
"Sory, Fil! Gue lupa kalo elo alergi sama bau permen karet! Gue tunggu kalian di tukang bubur depan kampus ya! Gue laper, belum sarapan!" teriak Freya sambil jalan mundur lalu berlari menjauh.
Fila melirik Kevlar yang baru merogoh lolipop di saku celana sebelah kiri.
"Kenapa liat-liat? Elo alergi juga sama lolipop punya gue?" tanya Kevlar dengan nada meledek sambil menyodorkan lolipop yang masih terbungkus ke wajah Fila.
"Enggak. Malah gue mau minta lolipopnya. Masih ada lagi, nggak?"
"Abis. Beli sana di warung," kata Kevlar.