"Elo sakit apa?" tanya Kevlar sambil meletakan punggung tangannya ke atas kening Freya.
"Demam. Mungkin karena kaki gue yang keseleo kemarin," jawab Freya mengerucutkan bibirnya ke depan.
"Elo bilang sama nyokap gimana soal kaki lo?"
"Jatoh dari motor elo sama kepeleset dari di kamar mandi."
Kevlar diam.
"Emang bener, kan? Gue enggak bohong soal itu."
"Iya, emang enggak bohong kalo elo jatoh dari motor dan kepeleset di kamar mandi. Tapi elo enggak bilang kan, ke nyokap alasan dua hal itu terjadi?"
"Ya, jelas enggaklah. Elo mau gue mati kalo ketauan soal baju balet itu?" Freya mengecilkan suaranya.
"Elo enggak bakal mati hanya karena itu. Tapi kalo terus-terusan begini, elo bisa mati beneran," ucap Kevlar praktis membuat hati Freya tertohok.
"Elo nyumpahin gue?"
Kevlar membuang pandangannya. Sesungguhnya ia sebal melihat keadaan Freya seperti sekarang ini.
"Kevlar tega." Gadis itu cemberut. Sengaja dibuat-buat demi menarik simpati Kevlar.
"Iya, iya, maaf," kata Kevlar setengah hati.
"Kalo gitu bantuin gue cari baju balet itu." Benar, kan. Freya pasti ada maunya jika sudah merengek seperti ini.
"Udah sih, Fre. Nanti aja gue beliin yang baru."
"Enggak. Enggak mau. Yang ada gue bisa ketauan sama bokap nyokap gue."
"Enggak akan, Fre."
"Enggak akan gimana? Selagi elo masih dapet uang saku dari nyokap elo, pasti dia tau pengeluaran elo buat apa. Dan kalo nyokap elo tau, pasti dia bilang ke nyokap gue. Belum lagi ke bokap gue juga. Saat itulah tamat riwayat gue," papar Freya berandai-andai.
"Tapi buktinya elo bisa tuh, beli baju balet diam-diam? Atau gue bisa bilang beliin hadiah buat temen gue yang lain. Ya, kan?"
"Enggak. Pokoknya gue enggak mau kalo elo sampe beliin baju balet itu," kata Freya kukuh.
Lantas Dewi memasuki kamar Freya sehingga membuat keduanya terkejut. Apalagi Freya yang matanya hampir saja keluar dari tempatnya.
"Baju balet apa? Jangan bilang kamu masih ...."
"Enggak, Mah. Bukan aku, kok. Tapi temennya Kevlar itu penari balet. Nah, Kevlar mau beliin baju ballet buat hadiah ulang tahun temannya," jelas Freya berbohong.
"Benar begitu, Kevlar?" tanya Dewi pada Kevlar.
Sementara Freya melirik Kevlar harap-harap cemas. Juga sedikit mengerlingkan mata agar Kevlar tidak keceplosan.
"Iya, Tante."
Dewi bergumam. Menatap Freya sedikit curiga.
"Mah ... udah, ya. Aku mau istirahat. Kaki Freya masih agak ngilu. Jadi kepalanya juga ikut pusing," ucap Freya alih-alih ingin mamanya cepat pergi dari kamar.