The Dreamer

Rika Kurnia
Chapter #9

Sembilan - Gara-Gara Stoking

"Kok, yang angkat cowok, Kev?" tanya Freya bingung.

"Enggak tau. Gue juga bingung," jawab Kevlar samanya.

"Ini beneran nomor Rasya, kan? Atau ini pacarnya Rasya?"

"Mana gue tau sih, Fre. Emang gue pengasuhnya?"

Freya berpikir. "Tapi enggak mungkin pacarnya. Kalo Rasya punya pacar, ngapain dia berusaha untuk deketin elo terus. Ya, kan?"

"Gue. Enggak. Tau. Freya," kata Kevlar menegaskan setiap katanya.

"Atau gini ... elo tau rumah Rasya, kan? Enggak mungkin elo enggak tau karna elo pernah pacaran sama dia," cetus Freya yang praktis membuat Kevlar melebarkan matanya.

"Enggak! Gue enggak tau."

"Bohong. Elo pasti tau. Kita ke sana sekarang. Mumpung kelas pertama masih dua jam lagi," ajak Freya bersemangat.

"Gue enggak mau. Gue juga enggak tau rumah dia masih sama kayak yang dulu apa enggak. Siapa tau dia udah pindah, kan." Kevlar menolak. Tentu saja.

"Tuh, kan! Katanya tadi elo enggak tau. Elo bohong, kan?"

"Tapi gue beneran enggak tau dia masih tinggal di sana apa enggak, Fre."

"Kita coba dulu. Kalo alamatnya udah beda, yaudah kita balik ke kampus. Tapi intinya elo tau kan, di mana rumah Rasya?"

"Tau. Tapi gue enggak mau." Kevlar kukuh sekaligus membuang wajahnya ke arah lain.

"Kevlar, ayolah. Please," ucap Freya memohon. Juga memasang wajahnya semelas mungkin ketika Kevlar melirik ke arahnya.

_____


Sejak lahir Freya dan Kevlar sudah bersama. Kedua mama mereka melahirkan dalam jeda waktu yang tidak lama. Kalau Freya lahir di tanggal 11 Maret. Sedangkan Kevlar di 22 Maret. Jadi waktu itu Dewi dan Renata, mamanya Kevlar selalu melakukan baby date. Menidurkan Freya dan Kevlar di satu ranjang bayi yang sama, saling bertukar MPASI, dan ketika mereka sudah balita, mereka juga sering berenang bersama di kolam balita.

Jadi, Freya dan Kevlar sudah seperti saudara kandung. Pun mereka juga saling mengetahui karakter masing-masing. Makanya Freya tahu betul jika Kevlar tidak akan menolak permintaannya jika sudah memasang wajah paling melas sejagat raya.

Kini Freya dan Kevlar sudah berada di depan rumah mewah yang sebelumnya Kevlar tahu jika ini adalah alamat rumah Rasya. Freya memandang takjub desain bangunan yang bernuansa emas itu. Rumahnya memang besar. Namun, nuansa emas rumah Rasya lebih terkesan seperti istana dari negeri dongeng.

"Gilak! Ini rumah apa olympus?" tanya Freya terus memandangi bangunan di depannya sambil membuka bungkus permen karet. Lalu memasukan benda berwarna merah muda itu ke mulutnya.

"Enggak usah norak. Buruan tanya satpam di sana. Ini rumah Rasya apa bukan. Kalo bukan kita langsung balik ke kampus," ujar Kevlar sedikit ketus.

"Iya-iya, bawel."

Freya menghampiri pos satpam yang berposisi di pojok bangunan. Ada dua orang satpam paru baya yang sedang menikmati kopi hitam yang masih mengepulkan asap panas di atasnya.

"Permisi, Pak. Mau tanya. Apa bener ini rumahnya Rasya?" tanya Freya dengan ramah.

Kedua satpam tersebut saling membagi pandang dengan bingung. Sepertinya mereka tidak mengenal nama yang disebutkan Freya.

"Kev, nama panjangnya Rasya siapa?" tanya Freya pada Kevlar yang sudah berada di belakangnya.

"Rahesya Regata."

"Cie ... masih hafal nama lengkapnya," ledek Freya yang langsung mendapatkan pelototan tajam dari Kevlar. "Hehe, iya maaf. Lupa."

"Namanya Rahesya Regata, Pak." Freya meralat ucapannya kepada dua satpam yang sekarang wajahnya langsung berubah seolah mereka mengenal nama kedua ini.

"Oh, Non Rahesya. Iya ini benar rumahnya. Kalian siapa, ya?" tanya salah satu satpam dengan badan gemuk seperti bola bekel. Sebut saja namanya Pak Jin.

Wajah Freya senyum mengembang. Berbeda dengan Kevlar yang jelas-jelas tidak senang karena akan bertemu mantannya itu.

"Kita temen kuliahnya. Kita mau ketemu Rahesya. Dia ada kan, di rumah?" tanya Freya antusias.

"Sebentar ya, saya coba telepon ke dalam dulu," kata Pak Jin. Lalu menuju mengangkat gagang telepon di meja depannya. Ucapannya pada seseorang di balik telepon tidak begitu didengar oleh Freya.

Lihat selengkapnya