"Makasih, ya," ucap Freya begitu semringah ketika menerima sebuah paperbag berisi stoking baletnya. Wajah mungil itu tampak bahagia dan merona. Membuat Ragnar bingung dan heran.
Kevlar berdiri dari sofa. "Yaudah, ayo balik," ujarnya pada Freya.
"Iya-iya." Freya juga berdiri sambil memeluk kantung berbahan kertas itu.
"Mulai besok jangan lupa. Elo harus nemenin gue jalan kemanapun," kata Rasya dengan puas.
"Iya-iya."
Freya jalan terlebih dahulu keluar dari ruang tamu. Namun, ketika Kevlar akan mengikuti langkah Freya, Rasya berdiri lalu menahan lengan cowok itu.
"Apalagi?" tanya Kevlar malas.
"Elo suka sama Freya?"
Kevlar tidak langsung menjawab. Ia mematung dan menatap Rasya dengan kening mengerut. Pandangannya beralih ke tangan yang digenggam oleh Rasya.
Kevlar menarik tangannya dengan kasar sambil berkata, "bukan urusan elo."
Ragnar yang masih ada di sana merasa kesal dengan cara bicara Kevlar yang kasar pada adiknya. Kalau saja ia tidak berpikir panjang, ingin sekali saja ia meninju wajah oval milik Kevlar.
Kevlar berbalik, berusaha menghindar secepatnya dari pertanyaan mematikan dari Rasya. Sayangnya, mantan pacarnya itu berhasil membuatnya berbalik setelah mengucapkan kalimat ini :
"Mau sampai kapan elo mengharapkan cewek yang sama sekali enggak melihat elo sama sekali?" Rasya menyeringai puas, lalu terkekeh sinis. "Padahal elo selalu ada di deketnya. Tapi sayangnya dia sama sekali enggak tau perasaan elo sama dia. Gue bener, kan?"
Salah satu tangan Kevlar terkepal kuat. Ragnar melihat pergerakan itu.
"Enggak usah sok tau. Dan enggak usah ikut campur sama hubungan gue dan Freya," ujar Kevlar semakin garang.
"Gue enggak sok tau, tapi emang udah tau," balas Rasya yang semakin membuat amarah di dalam dada Kevlar membesar.
Freya kembali menghampiri Kevlar di ambang pintu. "Kevlar! Ayo pulang! Tadi ngajakin. Gimana, sih?" seru Freya setengah berteriak.
Sebelum menanggapi Freya, Kevlar menatap tajam ke arah Rasya dalam waktu seperkian detik. Baru setelahnya Kevlar benar-benar pergi dari posisinya, menghampiri Freya.
"Kita balik dulu ya, Rasya! Dah juga, malaikat pencabut nyawa! Eh, maksud gue Bang Ragnar!" Freya melambaikan lima jarinya ke arah kakak-beradik itu.
Ragnar hanya diam tanpa ekspresi. Sedangkan Rasya malah mendengkus geli melihat tingkah Freya yang seperti anak kecil akan berangkat ke sekolah.
Kini menyisakan Ragnar dan Rasya di ruang tamu.
"Menurut lo, gimana, Bang?" tanya Rasya.
"Apanya?"
"Soal mereka berdua? Bener kan, kalo Kevlar itu pasti suka sama Freya?"
"Kalo udah tau begitu, kenapa kamu masih ngejar-ngejar itu cowok?" Ragnar mencubit hidung mancung Rasya.
"Justru itu, Bang. Karena udah pasti Freya enggak suka sama Kevlar, berarti gue masih punya peluang. Gue juga mau buka mata Kevlar kalau selain gue, enggak ada cewek yang sayang sama dia sebesar ini," papar Rasya dengan tingkat percaya diri setinggi langit.
"Emang kamu yakin kalau Freya enggak suka sama Kevlar? Kalau ternyata dia juga suka, gimana? Yang ada cuma bikin sakit hati aja, kan?"
"Sekarang gue tanya balik ke elo, Bang. Menurut elo, Freya suka enggak sama Kevlar?"
Ragnar berpikir. Lalu ia berdiri dan beranjak dari posisinya sambil berkata, "kenapa jadi ngomongin perasaan orang, sih? Mending kamu lupain aja itu Kevlar. Masih banyak cowok yang lebih baik dari dia."