The E.T.E.R.N.I.T.Y

Drew Andre A. Martin
Chapter #8

Tak Seperti Biasanya

Pagi yang dingin menyergap tubuh Andaru yang sudah berselimut tebal. Pendingin ruangan juga sudah dimatikan padahal. Tubuhnya menggigil hebat di pagi itu. Dua hari dia tak keluar dari kamar. Makan pun juga tidak. Perutnya hanya terisi air putih dan roti tawar yang tersimpan di kamarnya di empat hari yang lalu. Kedua orang tuanya tak menahu tentang itu. Jayasri yang bekerja sampai tak bisa fokus dibuatnya. Sedangkan Damar, dia masih bisa profesional dalam bekerja. Untungnya di dalam kamar Andaru menyimpan obat-obatan, termasuk penurun panas.

Resto Djaya Gemintang, merupakan milik Jayasri. Jaraknya tak sebegitu jauh dari rumahnya. Dua puluh menit perjalanannya. Termenung saja Jayasri di mejanya. Makan siang saja dia juga belum, apalagi sarapan. Uma salah satu pegawainya, mengetuk pintu Jayasri. Dibawakan seporsi nasi campur dan segelas teh hangat. Merasa dirinya tak meminta langsung saja dia menyuruh Uma membawanya kembali ke dapur atau mungkin bisa di makan saja oleh pegawainya itu. Bukanya menuruti apa kata empunya Resto Djaya Gemintang, malah membiarkannya ke atas meja lalu berjalan ke luar ruangan Jayasri.

"Bukan salah Uma. Aku yang memintanya untuk itu," kata Baruna yang menjadi rekanannya sekaligus yang membantu mengelola cabang restonya yang ada di jawa bagian timur. Hanya saja dia cuti dua minggu kembali ke kampungnya. "Jadi makanlah, kau memikirkan apa sehingga kau rasanya tak bergairah sekali?" tambah Baruna sembari menepuk-nepuk bahu Jayasri.

Enggan menjawab sambil menjauhkan makannya. Diambil sepiring makanan itu lalu disendok dan disuapi perempuan yang tepat di sampingnya. Meskipun Jayasri menolak, Baruna berusaha bagaimana caranya agar sesendok itu masuk ke mulut Jayasri, setidaknya perut perempuan itu tidak kosong atau malah menimbulkan pekara baru ke depan atas kesehatannya.

"Berbicaralah kepadaku? Mengapa kau diam saja tak seperti biasanya? Apa laki-lakimu sedang bermain di belakangmu?" tanya Baruna yang saat ini duduk di salah satu sudut meja kerja Jayasri.

Melihat itu, langsung saja Jayasri berkata, "Jaga sikapmu, jangan seperti itu di dalam kantorku. Apa kata mereka nanti. Walaupun kau sahabatku, tak sepatutnya kau begitu."

Tertawa Baruna seketika. Kembali dia bertanya, "Sahabat? Hanya sekadar sahabat?" Wajahnya sekarag lebih dekat ke arah Jayasri. Napasnya lawan bicaranya terasa sampai ke mukanya. Selain itu menjadi tak beraturan.

Keduanya memang sahabat sejak masih remaja. Rumahnya tak jauh. Hanya dipisahkan oleh lima rumah saja. Kemana Jayasri pergi dengan radius tiga kilo meter, selalu dia meminta tolong Baruna untuk mengantarkannya. Di bawah radius itu, biasanya dia memakai motor listrik yang harus dikayuhnya terlebih dulu, kadang juga berjalan kaki. Sebab ayahnya tak memperbolehkannya. Sudah berkali-kali anak perempuannya itu terjatuh dari motor. Jadi-lah setiap kali Jayasri dibelikan motor listrik. Karea motor listrik yang dimilikinya kurang cepat menurutnya ketika menuju ke lokasi yang radiusnya lebih dari tiga kilo meter, maka dia kerap meminta tolong Baruna mengantarkannya. Tentu saja Baruna mengiyakan. Jika pun sibuk yang terlalu, dijanjikannya. Jayasri jelas mengiyakan, karena bagaimanapun dia betul tentang itu. 

Sempat juga keduanya terjebak asmara. Tentu, Jayasri menolak pada mulanya. Namun, Baruna berusaha mendekati lagi dan lagi bagaimanapun caranya. Berusaha dia membahagiakan Jayasri. Membelikannya apa yang diinginkan perempuan itu, tetapi selalu saja Jayasri menolaknya. Dia tidak mau jika suatu ketika nanti diungkit-ungkit. Meskipun Baruna menyakinkan dan tak akan pernah melakukan hal itu, tetap saja Jayasri tidak mau. Karena enggan memaksa, Baruna langsung membelikan sesuai apa yang diinginkannya lalu diberikan pada perempuan itu. Jika tetap menolak pemberiannya, dia langsung menuju ke rumahnya dan memberikan pada ayah Jayasri sambil mengatakan bahwa barang anak perempuannya tertinggal di sepeda motornya. Ayahnya yang tak banyak mengetahuinya, langsung saja menerimanya sembari berucap terima kasih. Dan setiap kali Jayasri mengembalikan apa yang sudah diterima melalui ayahnya, Baruna menolaknya. Sembari berkata, itu barang memang bukan kau yang mau apalagi kau menginginkannya. Itu barang, aku yang menghadiahkannya kepadamu. Apa pantas hadia dari sahabat sendiri kau tolak begitu saja? Sembari bersidekap Baruna yang dikala itu. Jayasri jelas saja tak bisa berbuat apa-apa selain menerimanya. 

Lambat laun, rasa suka dan cinta Jayasri tumbuh kepada Baruna. Tak bisa dipungkiri bahwa dia kini telah jatuh cinta dengan laki-laki yang mengerti banyak tentang dirinya. Tepat di dua tahun setelah menjadi sepasang kekasih, barulah keduanya membuat usaha resto bersama yang kemudian diberi nama, Resto Djaya Gemintang. Lahan yang ada di Jawa Tengah, rumah kedua Jayasri yang jaraknya lima belas kilo meter dari rumah pertamanya. Di tahun ke lima, keduanya berani membuka cabang di Jawa Timur. Tepat di samping rumah sepupu Baruna. Awalnya memang Baruna mengontraknya. Sepuluh tahun kemudian, kontrakan itu dibelinya. Bukan dia Jawa Timur saja sekarang cabangnya. Melainkan juga ada di Jawa Barat, Sumatera dan Denpasar.

Sepuluh tahun lebih dua hari setelah kontrakan di Jawa timur dibeli oleh Baruna. Hubungan keduanya renggang. Bukan tentang soal usaha bersama yang menjadi perkara awalnya. Justru dari keluarga Baruna yang mengatai Jayasri kalau dia hanya memanfaatkan Baruna saja dan mengambil semua keuntungan dari resto yang dirintis oleh keduanya. Padahal, semua laporan keuangan baik kurang atau lebih tidak ada yang ditutup-tutupi. Jelas Jayasri marah, meminta Baruna datang ke Jawa Tengah secepatnya, menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi di kala itu. 

Setibanya di Jawa Tengah, Baruna dicerca Jayasri. Karena sedang emosi, Jayasri langsung mengundurkan diri dari usaha bersamanya itu. Baruna memintanya jangan sampai mengambil keputusan disaat emosi sedang tinggi-tingginya. Jayasri tidak mengindahkan saran Baruna. 

"Tidak usah mendengarkan keluargaku. Aku tahu permasalahan utamanya bukan tentang usaha bersama kita ini, Jayasri."

Lihat selengkapnya