The Eagle

Etni
Chapter #6

Cahaya penyelamat

Aku menghentikan taxy, dan mengikuti motor yang dikendalikan lelaki aneh itu. Aku tahu, kalau ini sudah keterlaluan. Sekarang sudah pukul 6 sore. Tapi aku terus mengikuti pergerakan lelaki itu, yang anehnya motornya terus melaju.

Membuat Pak sopir taksi melirikku lewat kaca spion. "Neng, mau ke mana sih? Ini sudah jam enam sore. Hari udah mulai malam lho Neng, apa Neng tidak takut?"

Jujur saja aku takut, tapi aku belum berhasil mencari bukti tentang lelaki itu. Aku bahkan belum tahu di mana tempat tinggalknya dia.

"Maaf, ya Pak. Boleh sebentar lagi ... aja, aku janji deh, kalau selama tiga puluh menit orang yang saya ikuti itu gak berhenti juga. Kita putar balik aja," 

Pak Sopir terlihat berdecak. "Ok, tiga puluh menit lagi ya Neng. Saya harus pulang, Istri saya hari ini lagi sakit perut, saya takut dia mau lahiran. Kami janji bakal ketemu jam 7 di rumah." 

Aku menatap jam di pergelangan tanganku, jam sudah menunjukan pukul enam sepuluh menit. Berarti waktunya sebentar lagi, aku tidak mungkin mengorbankan Istrinya Pak sopir, hanya gara - gara aku ingin menyelidiki si manusia aneh itu.

"Kalau gitu, berhenti di depan aja Pak. Nanti saya biar cari taksi yang lain." aku menunjuk ke halte bis yang kosong tak berpenghuni. Dalam hati aku takut, mengingat jalan ini terlihat sepi sekali.

Pak Supir menatapku tidak yakin dari depan. "Tapi di sana sepi sekali Neng, yakin? Neng mau nungguin taksi di sana. Sekarang banyak penculikan di mana-mana. Saya takut Neng ke napa - napa."

Aku tahu Bapak ini baik sekali, tapi motor yang dikendarai si Arjuna sudah hilang. Bagaimana bisa aku mengikutinya?

"Mmm .... kalau gitu, kita pulang aja deh, enggak apa-apa. Putar arah ke yang tadi ya Pak?"

Pak Sopir mengangguk, "Itu lebih baik, Neng. Lagian ngapain sih si Neng ngejar-ngejar cowok?"

"Ah, ada urusan aja Pak."

"Apa pun urusannya, Neng jangan mau ngejar-ngejar cowok. Mereka bisa kepedean, terus cowok bisa besar kepala dan nginjak harga diri Neng."

"Saya ngejar bukan karena suka dia, Pak. Tapi karena dia teman saya."

Mungkin ini alasan yang ternetral, tadinya aku mau beralibi kalau si Arjuna adalah pencuri. Tapi takutnya si Bapak menelpon polisi dan malah jadi semakin merepotkan. 

Dan urusannya jadi panjang.

Mobil pun mulai kembali berputar pada jalan pulang. Kala ada banyak motor anak jalanan menghalangi kami.

Pak Sopir menghentikan laju mobilnya. "Duh, Neng. Kita dikepung, mereka geng motor yang suka bikin onar."

Dan mereka banyak sekali, ada tujuh motor. Salah satunya berhenti dan turun menghampiri kami. Mengetuk pintu bagianku, membuatku takut dan cemas.

Lihat selengkapnya