*Layla POV
Hanya ada dua alasan mengapa seseorang bisa melupakan sesuatu. Pertama karena faktor eksternal sebagai pemicu, mungkin karena benturan di kepala atau pengalaman traumatis di masa lalu. Atau yang kedua, karena dia tidak pernah mengalami hal itu.
Aku belum bisa menyimpulkan dengan jelas. Bahkan setelah berbicara dan melihatnya langsung. Kupikir San tidak melupakan apapun. Dia memang tidak tahu.
Mala bilang, San adalah Subjek Kelas Satu. Sederhananya, dia seperti bom hidup yang tersembunyi di balik kue ulang tahun cantik. Tidak ada satupun indikasi yang membuatnya tampak berbahaya, tapi tentu saja bom bisa meledak dan menghancurkan semuanya.
Mala bilang, tidak sepertiku, para peneliti kesulitan untuk mendapat data dari San. Selain karena dia yang tidak mengetahui apapun, tentang Weaver atau Solaris, dia juga tidak memahami kekuatannya.
San hanya mengatakan satu hal saat mereka akan mulai melakukan penelitian. Bahwa mereka tidak boleh membuatnya merasa nyaman di tempat ini.
Mungkin terdengar seperti ancaman. Tapi aku sangat mengerti artinya. Nyaman berarti tidak mengkhawatirkan apapun. Nyaman berarti tempat untuk pulang. Dan bagi San, dia tidak memiliki tempat seperti itu. Tidak untuk sekarang, setidaknya.
Seperti panti asuhan yang dia tinggali sebelum ini. Aku tidak tahu sudah berapa lama dia di sana. Aku hanya melihat sebuah berita dari potongan surat kabar di jalan saat mencarinya di dunia manusia. Tentang sebuah panti asuhan yang terbakar dalam api hitam misterius. Tragedi yang menewaskan 40 orang—mereka lenyap tanpa sisa—kecuali satu orang yang menyerahkan diri. Seorang remaja laki-laki berusia sekitar 17 tahun yang mengaku sebagai penyebab kejadian itu.
Pilihanku tepat dengan membuat kerusuhan yang sama untuk mengikutinya. Meski skalanya lebih kecil dan tanpa satupun korban jiwa. Tapi itu berhasil membuatku bertemu dengan San.
Aku juga mengerti mengapa, dengan waktu penelitian yang lebih lama dariku, mereka masih belum mendapatkan apapun dari San.
Kekuatannya bukan kekuatan yang sederhana. Kekuatan yang melanggar semua konsep penggunaan energi murni ataupun sejarah yang telah kami percaya selama ratusan abad.
Para Weaver percaya kekuatan itu bukan tentang bagaimana dia meledakan sebuah tempat, sebuah kota, sebuah negara dengan api hitam yang tidak bisa dipadamkan. Bukan tentang seberapa kuat, berbahaya, dan tidak masuk akalnya kekuatan itu. Tapi selalu tentang sosok yang memilikinya.
Mungkin Dewa mengirimnya untuk menghukum kami, menghancurkan kami. Atau dia adalah sebuah mukjizat. Seorang penyelamat yang akan membebaskan kami dari belenggu dosa.
Bukan tentang kekuatannya, tapi takdir apa yang akan dia ciptakan untuk kami.
Karena itu menurutku masuk akal jika menyebutnya sebagai bom hidup. Dan menahannya di fasilitas seperti ini adalah tindakan paling gegabah yang pernah kulihat.
Aku sudah memutuskannya setelah pertemuan itu. Mungkin beberapa hari lagi untuk tinggal dan mempersiapkan beberapa hal. Setelah itu, aku akan membawa San ke Calmora.
***
Hari berikutnya, tes dilaksanakan dengan cara yang berbeda.