*San POV
Kevin memiliki mata berwarna biru gelap dengan sebuah luka berbentuk akar di bawah mata kirinya yang awalnya kukira sebuah tato. Tatapannya tajam. Terus memperhatikanku seperti penjaga toko yang mengawasi pencuri. Dia juga mengenakan pakaian yang sama dengan kami. Di tangannya, dia menggenggam sebuah tongkat besi yang kini digunakan untuk menopang tubuhnya yang kelelahan.
"Kau tidak menghanguskan makan siang kita, kan?" Seru Layla sambil berjalan masuk.
Kevin mengerutkan alisnya, tampak tidak nyaman dengan pertanyaan Layla. "Jangan samakan aku dengan Weaver Api. Mereka itu orang idiot."
Layla tidak berjalan ke arah Kevin. Dia menarikku ke salah satu sudut di bunker itu. Sebuah kain coklat berbentuk persegi kecil terbentang di sana. Di atasnya, terdapat tiga buah roti gandum seukuran kepalan tangan. Layla langsung duduk tanpa ragu. Mengambil dan menggigit roti itu dengan lahap. Aku duduk di dekat Layla beberapa saat kemudian, diikuti Kevin setelahnya. Tidak ada perbincangan saat itu. Hanya rasa roti yang hambar dengan tekstur kasar di mulut kami. Tatapan Kevin sesekali masih tertuju padaku.
Beberapa saat dalam hening, Kevin akhirnya memulai percakapan. "Apa dia benar-benar orang yang kau cari?" Tanyanya pada Layla.
"Menurutmu buat apa aku membawanya kemari?"
Kevin masih menatapku. Wajahnya seakan berkata bahwa penampilanku tidak seperti yang dia bayangkan dari deskripsi Layla tentangku enam tahun lalu. "Katakan, bagaimana perasaanmu setelah bertemu dengannya?"
Aku mengerutkan kening. Pertanyaan itu ditujukan padaku. Apa yang sebaiknya kukatakan. Layla jelas belum mengatakan bahwa aku tidak mengenalnya sama sekali. Tapi jika aku mengatakannya seperti itu, aku khawatir Kevin akan terus mengawasiku. Mungkin juga berpikir untuk menyambarku dengan petirnya.
Aku menelan gumpalan roti di mulut. "Tidak banyak yang berubah."
Mata Kevin melebar. "Sungguh? Maksudmu sifatnya memang sudah buruk sejak dulu?"
"Maaf?" Protes Layla. "Kurasa kalau perbandingannya adalah masa lalu, kau jauh lebih buruk, ya!"
"Mungkin!" Sanggah Kevin. "Tapi siapa orang bodoh yang nekat pergi ke dunia manusia tanpa membawa senjata?"
"Sekedar informasi, ya. Tidak ada manusia yang bepergian sambil membawa senjata."
Wajah Kevin tampak masam. Dia memalingkan wajah dan menggigit rotinya dengan kasar. "Lupakan saja, lain kali ajak aku kalau kau mau pergi."