1
Selamat Tinggal Hidup Yang Membosankan
LANGIT BEGITU GELAP. Awan berwarna hitam memenuhi langit. Suara-suara gemuruh petir terdengar menakutkan. Angin berhembus dengan begitu kencang. Sangat kencang hingga tak ada makhluk hidup yang berani menantang. Listrik padam, membuat jalanan, rumah-rumah menjadi gelap, tanpa ada penerangan sedikitpun.
Sukirman tengah berbaring di atas kasurnya. Ia melihat langit-langit kamarnya yang gelap. Pikirannya terus melayang-layang ke dunia Fantasy. Seperti dalam anime Boku No Hero, Naruto, One Piece. Dalam film Avengers, DC. Dalam game Clash Of Clans, PUBG, Free Fire, dan kemudian Mobile Legends. Ia mulai merasa bosan, dan akhirnya tertidur.
Zzzzzz…..
***
“Hooy, Kirman! Bangun! Bangun!” Suara halus seorang perempuan terdengar di telinga Sukirman.
Pelan-pelan Sukirman membuka kedua matanya. Lampu kamarnya masih mati. Namun, sinar matahari pagi mulai mengisi kamarnya dengan cahaya. Samar-samar ia melihat bayangan seseorang di dalam kamarnya. Tunggu… Di dalam rumahnya kan hanya ada ia seorang, lantas siapa dia? Dengan cepat Sukirman mengambil hape, kemudian menyorotkan senter ke arah bayangan itu.
“Siapa kamu?”
“Ayolah, jangan begitu dong. Sukirman.” Seorang wanita berparas cantik dengan wajah khas jepang tersenyum ke arahnya.
Seketika itu, Hape Sukirman terlepas dari genggamannya.
“Haa.. Ha.. Hanabi?”
***
Lampu kamar hidup, menerangi seisi ruangan. Kamar Sukirman begitu berantakan. Pakaiannya tersebar di mana-mana, di lantai, tersampir di pintu lemari, atau di paku yang menepel dinding. Buku-bukunya tak tertata. Bau kamarnya pun begitu mengerikan.
“Tunggu dulu! Kau bukan jin yang menjelma kan?” Tanya Sukirman menyelidik.
“Hahaha… Tidak lah.” Hanabi tertawa, suaranya terdengar begitu lembut.
PLAAK..
Sukirman menampar pipinya sendiri.
“Hei, aku tidak bermimpi.” Ujarnya senang dengan senyuman yang nyaman.
Sukirman sangat gugup. Ia adalah anak pondokan. Kehidupannya selalu dipenuhi oleh laki-laki. Kini ia harus berada dalam satu ruangan, berduaan dengan seorang wanita tercantik yang pernah ia temui seumur hidupnya. Ini membuatnya terus menerus salah tingkah.
“Oooh.. ya. perkenalkan, namaku Hanabi.” Ujarnya seraya menjulurkan tangan kanannya yang putih nan mulus.
Namun, Sukirman hanya menggeleng-gelengkan kepala, dan berkata,
“Maaf, bukan mahramnya.”
“Hmm…”
Hanabi yang berdiri kemudian duduk di pinggir kasur. Lalu, pelan-pelan ia merangkak mendekati Sukirman. Sukirman secara otomatis mulai mundur. Namun, Hanabi tetap mendekatinya. Hingga Sukirman sudah sampai pojok dan punggungnya menempel ke dinding. Kini Tubuh Hanabi berada di atas tubuh Sukirman. Wajah cantiknya hanya berjarak satu senti dengan wajah Sukirman. Hanabi bisa merasakan napas Sukirman yang tak beraturan. Muka Sukirman memerah, bila dibuat dalam versi kartun mungkin kini sudah mengepulkan asap.
“To..To.. Tolong jangan terlalu dekat.” Ucap Sukirman dengan tergagap, kedua tangannya medorong halus pundak lembut Hanabi supaya ia menjauh.
“Hahaha.. Kau itu lucu ya.” Hanabi akhirnya menjauh, ia kemudian duduk bersila di hadapan Sukirman.
Dasar, bisa-bisanya dijahili perempuan dengan begitu mudahnya, batin Sukirman dalam hati.
DING… DING… DING… DING… DING… DING…
“Eeehh.. Udah jam enam. Permisi, aku mau sholat dulu.” Ujar Sukirman yang hanya dibalas dengan senyuman Hanabi.
Sukirman merangkak pelan melewati Hanabi dengan penuh kegugupan. Jantungnya berdegup kencang. Tubuhnya gemetaran. Matanya terus melirik Hanabi yang terlihat cantik. Namun, ia terus berusaha menahannya. Ia turun dari kasur, kemudian membuka pintu kamarnya menuju ruang keluarga.