The Evil of The Black Rose

Trinaya
Chapter #4

Bab 4 Survei Lokasi

"Yakin. Pelaku tidak pernah pindah lokasi. Selalu tempat ini yang menjadi tempat pembuangan mayat." Pak Slamet berkata kembali. Ia yakin jika dirinya tidak lupa dengan tempat itu karena sudah terlalu sering terjadi. 

"Aneh sekali. Kenapa saat kita datang mayat itu tidak ada, ya?" tanya Celvin yang ikut penasaran dengan Ando. 

"Ahh, sudah, sudah. Nggak perlu dibahas lagi. Tujuan kita kan mencari bahan untuk KKN, bukan mencari mayat," celetuk Monica dengan sedikit takut. Memang, di antara mereka berdelapan yang paling penakut adalah Monica. Ia paling anti dengan cerita-cerita horor seperti itu. 

"Tapi kan kita tetap harus mencari tahu. Bukankah sudah janji sama Pak Slamet di rumahnya kemarin?" ucap Ando kembali yang masih penasaran. Sambil melihat ke sekelilingnya. Berharap ia menemukan sesuatu sebagai tanda. 

"Ya, memang, sih. Tapi, kita kan ...."

"Sudah jangan pada ribut. Sekarang, lebih baik kita lanjut jalan. Soal mayat. Nanti saja dibahas. Bapak tenang aja, ya. Kita bakal bantu kok. Yuk, sekarang lanjut jalan." Cleo yang sejak tadi diam ikut bicara. Menengahi perdebatan teman-temannya. Ia tidak ingin situasi menjadi semakin kacau dan tidak mengenakkan. 

"Iya. Ayo semua, kita lanjut perjalanan. Di sini, ada sungai yang airnya sangat jernih, sejuk, dan Indah. Kalian pasti suka. Ayo, ikuti Bapak," ajak Pak Slamet sambil kembali berjalan menyusuri hutan. Melintasi jalan setapak yang cukup licin karena habis hujan semalam. Kedelapan mahasiswa tersebut mengekor di belakangnya. 

Tiba di sungai itu. Mata mereka terbelalak manakala melihat sungai yang begitu indah dengan pemandangan alam sangat asri dan sejuk. Sungai mengalir dengan tenang. Bebatuan tampak karena begitu jernihnya. Ikan-ikan sungai berkejaran sambil menari-nari riang. Di sekeliling ditumbuhi pepohonan besar sekitar tiga sampai empat meter. 

Begitu sejuk dan bersih karena sangat terjaga. Warga merawatnya dengan baik. Meski banyak yang mengunjungi, tetapi mereka juga menjaga kebersihan agar tempat ini tetap asri dan bersih. 

"Indah sekali tempat ini," ucap Sifa yang memang sangat mencintai alam itu. Ia kagum dengan keindahan Sang Pencipta yang sangat luar biasa tersebut. 

"Iya benar. Tempat ini indah dan sejuk. Sangat cocok untuk menenangkan diri." Cleo berkata sambil merentangkan kedua tangannya. Menghirup dalam udara sejuk pedesaan yang sudah sangat jarang ia temukan di kota. 

"Pak, apa kami boleh ke sini meski tidak sama Bapak? Saat waktu senggang." Darren menatap lembut Pak Slamet. Kedua bola matanya meminta dengan tulus. 

"Boleh, asalkan tetap taati peraturan yang ada dan jika melihat ada mayat di tempat tadi segera beritahu saya atau warga, ya?" ucap Pak Slamet memberikan penjelasan. 

"Ya sudah. Sekarang, gimana kalau kita lanjut cari tempat penginapan untuk persiapan KKN nanti? Pak, katanya di sini ada tempat yang biasa digunakan untuk mahasiswa KKN, ya?" Ando berkata dengan wajah serius. 

"Iya, ada. Tempatnya tidak jauh dari rumah Bapak. Ayo, kita ke sana sekarang," ajak Pak Kades sambil melangkah diikuti para pemuda-pemudi itu berjalan beriringan.

 ***

Setelah menyusuri hutan Seruni sekitar tiga jam. Mereka tiba di sebuah rumah tua yang cukup besar. Namun, masih bagus dan layak untuk di tempati. 

"Nah, ini adalah rumah yang di maksud. Tempat ini biasa digunakan oleh anak-anak yang KKN. Tapi ...." Pak Slamet menghentikan kalimatnya. Ada rasa berat hati untuk bercerita. 

Lihat selengkapnya