Malam hari datang. Suasana mencekam kembali menghantui Cleo. Kali ini bukan mimpi, melainkan suara-suara tidak biasa. Berawal dari sebuah figura berisi foto sang gadis jatuh secara tiba-tiba tanpa sebab. Perempuan itu terbangun manakala mendengar suara kaca pecah yang cukup keras.
Prang!
"Astagfirullah!" seru gadis itu yang terperanjat kaget mendengar suara cukup keras tersebut.
Lampu kamar segera dinyalakan. Padahal sebelumnya sudah menyala. Akan tetapi, tiba-tiba mati. Setelah itu, mata Cleo terbelalak. Melihat figura terjatuh dengan kaca berserakan di lantai. Tidak hanya itu, pada kaca rias ada tulisan yang sama seperti saat di kampus tadi siang dan sekuntum mawar hitam tergeletak di meja tersebut.
Cleo membulatkan matanya, ia bangkit dari kasur dan berjalan menuju meja. Gadis tersebut melihat sekeliling. Lagi-lagi, tidak ada orang di sana. Semua tampak sunyi.
"Siapa kamu? Tunjukkan dirimu! Kenapa kamu selalu menerorku?" Dengan suara agak keras, Cleo memberanikan diri berbicara walau sesungguhnya dia takut. Bibir gadis itu bergetar saat berucap.
Tidak ada jawaban. Suasana terasa semakin sunyi mencekam. Cleo kembali melihat sekeliling untuk memastikan. Akan tetapi, tetap saja tidak ada suara jawaban apa pun. Tiba-tiba jendela kamar Cleo terbuka kemudian tertutup secara berulang. Angin berembus sangat kencang. Hawa dingin terasa di seluruh tubuhnya.
Krek, krek, krek!
Wuss!
Cleo berjalan ke arah jendela. Melihat keluar. Tampak sepi. Hanya lampu teras dan taman yang menyala menerangi rumah itu. Gadis tersebut menutup kembali jendela dan menguncinya rapat.
"Ya, Tuhan. Sampai kapan seperti ini? Bisa telat lagi, nih ke kampus. Bisa kena hukum Bu Rina, ini mah. Argh!"
Cleo berkata lirih. Dia kesal dengan kejadian-kejadian dan mimpi buruk yang dialaminya dua minggu belakangan ini.
Cleo kembali ke ranjang. Merebahkan tubuh dan menyelimuti hingga menutupi kepala. Mencoba memejamkan kedua mata, tapi tidak bisa. Bayangan itu semakin jelas terlihat. Gadis tersebut bangkit kembali dari kasur. Dia keluar kamar dan berjalan menuju tempat bunda. Ia merebahkan diri di samping wanita paruh baya yang tengah terlelap itu, berharap dapat tidur nyenyak dan tidak mimpi buruk lagi.
Beruntung, sang ayah sedang ada tugas ke luar kota. Sehingga, ia bisa tidur di samping Camilla. Cleo memeluk wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu dengan erat.
Bunda sedikit terkejut, tetapi tidak bertanya. Beliau berniat menanyakan besok pagi, lepas bangun tidur dan sarapan. Wanita itu pun kembali terlelap dan membiarkan Cleo memeluknya.
Cleo bangun lebih awal karena tidur di kamar Camilla. Ia juga tidak ingin mendapat hukuman jika telat lagi ke kampus. Bunda menghampiri sang putri yang tengah lahap menikmati sarapan nasi goreng buatan wanita itu.
"Cleo. Semalam, kenapa kamu tidur di kamar Bunda?" tanya Camilla sambil duduk di samping putri bungsunya itu.
"Maaf, Bun. Aku semalam tidak bisa tidur, jadi aku ke kamar Bunda." Cleo menghentikan aktifitas makannya, dia menatap lembut sang bunda dan berkata lirih.
"Mimpi buruk lagi?" tanya bunda kembali dengan penasaran.