Cleo memikirkan apa yang dikatakan Sifa, Monica, serta Sindy saat di kelas tadi siang. Gadis itu sudah mulai percaya dengan kata-kata mereka. Ia membuka nakas dan mengambil kotak hitam kecil dari dalam sana. Perlahan, dia membuka dan tampak sebuah kalung perak berliontin giok biru bentuk hati.
Kalung itu di desain khusus dengan cara di ukir dan di pahat berbentuk hati yang dapat di buka serta di tutup. Begitu unik hingga hanya orang tertentu saja yang dapat memiliki.
Cleo mengambil kalung itu dan mengamati dengan seksama. Dia membuka liontin berbentuk hati tersebut. Betapa terkejut ia melihat foto yang terdapat di dalamnya.
"Apa? Foto ini--kenapa sama dengan wajah orang yang dimimpiku? Siapa sebenarnya dia dan apa hubungannya denganku?"
Cleo hampir melempar kalung itu, ketika ia melihat foto dalam liontin berbentuk hati tersebut.
Seketika, angin berembus kencang menyusup masuk dari jendela kamar Cleo yang terbuka dan tertutup berkali-kali. Kalung di tangan gadis itu tiba-tiba jatuh, tergeletak di lantai.
Krek, krek, krek!
Wuss!
Dari kalung keluar seberkas sinar yang menyilaukan. Cleo menyipitkan mata karena tidak mampu melihatnya. Setelah itu, liontin tertutup dan cahaya menghilang. Napas gadis itu bergemuruh menahan takut serta bingung.
Dengan tangan bergetar, ia mengambil kalung itu, memasukan ke dalam kotak dan menyimpan kembali di nakas. Suasana kembali hening. Cleo berjalan menuju jendela hendak menutup, tetapi kedua netra gadis tersebut menangkap ada sosok berjubah hitam berdiri memunggunginya di pinggir taman rumah sang Perempuan, di bawah sorot lampu yang temaram.
Gadis itu membulatkan matanya. Melihat dari balik jendela kamar. Menatap sosok itu tanpa kata.
Siapa itu? Kenapa dia ada di sini? Apa yang dilakukannya malam-malam begini? Tidak, tidak mungkin ada orang masuk dan duduk di situ malam-malam begini.
Cleo membatin. wajahnya mulai pucat. Dengan segera dia menutup jendela dan gorden.
Gadis itu langsung melompat ke kasur dan menarik selimut hingga menutupi kepala. Kemudian, suara petir bergemuruh dan hujan lebat pun turun dengan tiba-tiba. Suasana kembali mencekam.
Cleo bersembunyi di balik selimut dengan ketakutan. Keringat mengucur deras, walau pendingin ruangan menyala. Ingin berlari keluar kamar, tetapi seluruh tubuh terasa lemas. Dia tidak sanggup berdiri tegap, hanya mampu pasrah dan berdoa. Berharap tidak ada yang membuka penutupnya itu. Gadis itu pun tertidur dalam ketakutan.
Pagi hari, Cleo berjalan ke arah taman rumahnya, mendekati tempat semalam dia melihat sosok berjubah hitam berdiri. Ia tidak melihat sedikitpun jejak yang tertinggal di sana.
"Aneh, kalau semalam dia itu manusia, pasti ada jejak tertinggal di sini. Kenapa ini tidak ada? Jangan-jangan ...."
Cleo menghentikan kalimatnya, gadis itu berpikir keras tentang sosok semalam. Dia merasa aneh dengan kejadian itu.
"Bunga mawar hitam. Bunga ini ... jangan-jangan ini ada hubungannya dengan teror yang selama ini aku alami. Apa dia penterornya? Ahh, bodoh sekali aku. Kenapa semalam tidak kulihat dan menangkapnya."
Cleo berkata kesal dan penuh curiga. Sepertinya, misteri yang selama ini meneror gadis itu, mulai terungkap, atau ini adalah bentuk teror baru lagi? Entahlah.