“Aku mau ajak mama papa kamu dinner, Xen. Kira-kira kapan ya enaknya?” tanya Tristan tanpa memalingkan wajahnya dari jalanan Jakarta yang lengang siang ini.
“Hmm? Ngapain?” tanya Xena.
“Nggak ada, cuma mau ajak makan aja. Nggak enak udah lama nggak ketemu mereka.”
“Oh... Besok, mau? Kan enak hari Minggu jadi nggak ganggu kerjaan kamu.”
“Hmm, boleh-boleh. Kamu bilang ke mereka ya, besok kita mau ajak keluar. Kita jemput aja.”
“Ok.”
“Kemarin ketemu Adis? Apa kabar dia?”
“Baik. Tadinya dia mau ajak kita ketemu siang ini. Cuma ternyata food testing-nya dimajuin jadi hari ini.”
“Oh... Oh iya dia mau nikah ya? Kapan sih?”
“Tiga bulan lagi. Makanya lagi sibuk banget ngurusin undangan, makanan, gedung. Aku jadi ikutan pusing liat dia.”
Tristan terkekeh, “Wajar deh ya, for once-in-a-lifetime event. Pacarnya orang Sydney ya?”
“Nggak kok, dia orang sini cuma kerja di sana. Makanya mereka ketemunya di sana.”
“I see...”
“Eh, kamu belum pernah ketemu pacarnya ya?”
“Nope. Kan waktu itu mereka dateng ke sini, aku lagi business trip. Ya kan?”
“Oh iya... Nanti sebelum mereka nikah kita harus double date dulu deh. Pacarnya juga seru kok orangnya, cuma versi lebih kalemnya sedikit.”
“Kalau aku?” tanya Tristan tiba-tiba.
“Hmm? Kamu kenapa?”
“Aku cukup seru nggak buat temen-temen kamu?”
“Apa sih pertanyaannya kok gitu.”
“Aku serius nanya, Sayang.”
“I don’t know. Kan kamu belum pernah ketemu satu pun temen aku, selain Adis,” Xena tersenyum tipis.
“Right. Kalau Adis? Dia ada comment apa nggak tentang aku?”
“Hmm...cuma bilang aku pintar milihnya dan kamu kelihatan baik,” jawab Xena lalu tertawa.
Tristan tertawa, “Sebelum kita nikah aku mau kenalan sama teman-teman kamu, ya.”
Xena mengangguk ragu, “Ok...”
***
Hari ini Tristan menepati janjinya untuk mengajak mama dan papa Xena makan malam. Entah apa tujuannya, tapi Xena tahu ada sesuatu yang ingin Tristan bicarakan dengan mereka. She just senses it.