Sepuluh tahun telah terlewati. Meskipun aku sudah terbiasa dengan kemampuan mataku yang dapat melihat hal-hal astral. Namun, aku belum terbiasa dengan rasa bersalahku terhadap Luke. Karena aku, Luke berpisah dari ibunya, dan kami bahkan tidak tahu keadaannya. Apakah nona cenayang itu telah meninggal? Ataukah dia masih terus melindungi kami dari kejauhan, mengingat bahwa sepuluh tahun ini kami lewati dengan tenang. Meskipun terkadang banyak hantu usil yang mengganggu kami, tapi setidaknya itu bukan Dromos.
"Kau menulis buku harian lagi?"
Joana segera menutup buku hariannya, dan memasukkannya ke laci meja belajarnya. Kemudian, dia menatap Luke yang berdiri diambang pintu kamarnya.
"Kapan kau akan memutuskan untuk mengetuk pintu sebelum masuk ke kamar orang lain, Luke?" Tegur Joana.
"Kau tidak lihat? Aku tidak masuk ke kamarmu," sahut Luke.
Joana menghela napas panjang. Sebenarnya Luke tidak bisa dibilang telah masuk ke kamarnya, mengingat dia hanya berdiri diambang pintu.
"Berbicara tentang itu, bolehkah aku masuk?" Tanya Luke.
"Kenapa kau harus bertanya di saat kau sudah membuka pintu kamarku, huh?!"
Luke menampilkan senyum manisnya. "Hey, aku ini bukan anak bocah lagi, tentu saja aku harus meminta izin untuk bisa masuk ke ruang privasi orang lain, terutama wanita."
Joana mendengus, "ahhh~ kau menyebalkan sekali! Kau tahu, Luke? Saat kau masih kecil sikap menyebalkanmu ini sering kubilang imut, tapi sekarang itu sangat menyebalkan!" Joana mengeluh.
Luke terkekeh, kemudian tanpa izin dia masuk ke kamar Joana, dan duduk di tepi ranjangnya.
"See! Aku bahkan belum mengizinkanmu masuk! Kau bilang butuh izin untuk masuk ke ruang privasi orang lain!" Joana mengingatkan.
"Untukmu kasusnya berbeda, jika kau mengeluh itu artinya kau mengizinkanku masuk!" Tukas Luke, membuat Joana hanya bisa mengalah, dan membiarkan Luke melakukan sesukanya.
"Joa, apa kau tidak bosan? Kebetulan aku punya tiket nonton, kau mau pergi bersamaku?" Tanya Luke.
"Kenapa menghamburkan uangmu untuk membeli sesuatu yang tidak perlu, huh? Kau bilang kau sedang menabung untuk kuliah pascasarjanamu!" Tegur Joana.
Luke terkekeh, memerlihatkan gusi merah mudanya. "Tentu saja! Aku tidak mungkin membeli hal-hal seperti ini," katanya.
"Lalu dari mana kau...," Joana terdiam, dia menghela napas panjang. "Gadis mana lagi yang kau bodohi, hmm?" Lanjutnya.
"Astaga, pikiranmu picik sekali! Kapan aku pernah membodohi para gadis itu, hah? Mereka sendiri yang memberikan barang-barang itu secara cuma-cuma. Aku juga tidak mengerti kenapa mereka melakukannya."
Alasan Luke membuat Joana menghela napas amat panjang. Dia tidak habis pikir bahwa Luke, lulusan pendidikan matematika terbaik di Universitas kenamaan di Inggris, tidak dapat mengerti maksud dari para gadis yang mendekatinya, dan memberikan berbagai hadiah padanya.
"Luke, kau ini sangat..., huhh." Bodoh! Terserah saja! Lanjut Joana dalam hatinya.
Luke mungkin bukan yang paling tampan diantara para pria tampan. Namun, dia memiliki sesuatu yang menarik yang membuat para gadis menyukainya, entah apa itu —hanya wanita yang bisa menjawabnya. Bahkan, caffe tampatnya bekerja menjadi caffe yang paling ramai pengunjung di seantero London.
"Jadi kau mau ikut atau tidak?" Tanya Luke.
"Tidak mau."
"Kenapa?"
"Hanya tidak mau saja! Lagipula kau tidak ingat kejadian dua hari lalu? Lebih baik merasa bosan daripada mengundang para makhluk yang bisa menembus dinding itu ke sini! Tukas Joana.
Perkataan Joana membuat Luke teringat kejadian dua hari lalu, di mana para makhluk astral itu mengikuti Joana sampai ke rumah karena kecerobohan Joana.
Dua hari lalu
Flashback On
Joana baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Sudah dua minggu ini dia bekerja di sebuah restoran seafood, dan dia bersyukur karena sang pemilik restoran adalah orang yang sangat religius sehingga para makhluk astral tak bisa masuk ke tempat kerjanya, dan mengganggunya seperti biasanya yang dia alami. Restoran seafood ini adalah tempat kerjanya yang ke 89, saat sebelumnya dia berhenti bekerja karena banyaknya makhluk astral yang menunggui tempat kerjanya terdahulu.
Luke berpesan bahwa Joana tidak boleh berada di tempat yang dihuni oleh lebih dari lima makhluk astral, karena jimat peredam aura spiritual yang diberikan ibunya untuk memudarkan aura spiritual Joana, tidak akan mampu menahan pengelihatan para makhluk astral itu dalam jumlah banyak.