The Face: Redemption

AvaRe
Chapter #2

Prolog 2 - WRCF (1)

Detail lokasi: Markas WRCF, Moscow, Bumi I

03.15 p.m.


Bangunan beton itu menjulang tinggi dan sangat mencolok di antara puing-puing di sekelilingnya. Sebuah tulisan besar terpampang di bagian atas bangunan, bertuliskan WRCF. Beberapa kendaraan berlapis baja berjejer di depan gerbang besi besar di bagian depan bangunan itu dengan beberapa petugas berpakaian militer serba hitam berkeliling sambil menenteng senjata.

Sudah 12 tahun sejak Perang Dunia ke-3 berakhir dan hanya menyisakan kurang dari 5% populasi manusia di seluruh dunia. Semenjak runtuhnya PBB, negara-negara yang berhasil selamat mendirikan satu perserikatan baru, yang menaungi seluruh dunia yang disebut WRCF atau World Ruler Central Force. Organisasi ini beranggotakan para pemimpin dunia dari berbagai sektor, yang kini dibagi menjadi empat departemen utama: militer, kemanusiaan, kesehatan, dan sains, yang masing-masing dipimpin oleh satu ketua dan organisasi ini tersebar di berbagai belahan dunia.

—OO—

Ruangan itu tampak remang-remang. Udaranya begitu pengap dan menyengat. Terlihat beberapa orang duduk melingkar di sebuah meja kayu panjang di tengah ruangan. Tidak ada dekorasi apapun yang menghiasi ruangan itu kecuali beberapa lampu yang tidak begitu terang, tergantung rendah di beberapa sudut. Beberapa di antara mereka berpakaian kasual dan agak lusuh, beberapa mengenakan seragam militer, dan satu orang mengenakan setelan jas putih laboratorium. Mereka saling bertukar pandang dengan cemas, menambah keruh udara di sekelilingnya.

Suasana makin terasa berat ketika beberapa orang menyampaikan laporan tentang kejadian-kejadian aneh dan meresahkan di berbagai titik di bumi, juga laporan mengenai makhluk-makhluk mutan yang berkeliaran.

”Kita harus mengutamakan biaya untuk persenjataan. Bagaimanapun, ini adalah garda terakhir umat manusia,” ujar seorang pria paruh baya berbadan besar yang mengenakan seragam militer hitam. Tatapannya tajam, rambutnya hitam dipotong pendek. Sebuah luka memanjang tampak di pelipis kirinya.

”Anda sudah gila, Jenderal Victor. Kita tidak bisa menghabiskan anggaran yang sudah sangat sedikit ini untuk dibuang-buang demi makhluk mutan yang anda sendiri tahu mereka kebal terhadap peluru. Prioritas utama kita adalah menambah logistik terhadap para survivor!” Pria bertubuh gemuk dan berbadan pendek itu menyela, membuat Jenderal Victor mendengus ke arahnya.

”Masalah itu, suruh saja mereka semua mulai bertani,” ujarnya menimpali.

”Kau sudah gila? Bertani dimana? Di tanah tandus ini?” Pria gemuk itu, yang adalah ketua departemen kemanusiaan bernama Mark, balik membalas.

”Cukup!” seorang pria lain yang mengenakan setelan jas laboratorium, menggebrak meja dan mengagetkan mereka semua.

”Dr. Lee …” gumam Mark.

Lihat selengkapnya