The Face: Redemption

AvaRe
Chapter #7

4 - Australian Desert

Matahari belum terlalu tinggi saat mereka memutuskan meninggalkan bangunan tua itu. Dengan membawa semua makanan kaleng yang bisa mereka temukan—meski semuanya tampak sudah kadaluarsa— dan beberapa jerigen kosong untuk mengisi bahan bakar, siapa tahu di jalan nanti ada stasiun pengisian bahan bakar yang masih berfungsi.

“Kita mau ke mana?" tanya Anna memecah

“Kita-kira kapan kita bisa sampai markas WRCF?” Leo ikut menimpali.

“Masih lama. Tapi tenang saja, itu tetap menjadi salah satu tujuan utama kita. Aku juga harus pergi ke Centaur. Tapi pertama-tama, aku perlu mencari beberapa Lightworker lain," jawab Zero.

“Kau tahu di mana mereka?" tanya Leo. Zero menjawab dengan malas, "Entah, nanti juga aku tahu di jalan."

—OO—

Perlahan, mobil mereka kembali memasuki wilayah pemukiman yang kemarin didatangi Anna. Aroma gosong tiba-tiba menyeruap seiring dengan hembusan angin yang datang dari arah kota. Perasaan Anna tidak enak.

“Ngomong-ngomong, itu ... mayat?" Anna menunjuk pada tumpukan 'sesuatu' di ujung jalan sebelum persimpangan. Leo memajukan kepalanya ke kursi depan untuk melihat. "Damn. Apa-apaan itu?!"

Zero memelankan laju mobilnya mendekati tumpukan mayat itu, lalu menghentikannya begitu ia sampai di hadapan mayat-mayat itu. Yordan adalah orang pertama yang memutuskan untuk keluar dan memeriksa.

“Sepertinya mereka baru mati semalam," kata Yordan dari balik luar kaca kursi kemudi. Zero mengerutkan keningnya. "Apakah ulah Face-Shadow?" tanya Anna.

“Jelas bukan," jawab Zero singkat. Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan, "Face-Shadow tidak pernah membunuh dengan cara seperti ini. Dan mereka ini orang-orang biasa, bukan Lightworker ... Jadi, jika aku harus mengatakan siapa pelakunya ... ."

“Pasti Darkworker," Leo tiba-tiba menyahut. "Aku benar, kan?" tanyanya mengonfirmasi.

“Kalau begitu daerah ini sudah tidak aman. Sebaiknya kita segera pergi," kata Yordan begitu ia sudah kembali masuk ke dalam mobil. Zero segera melajukan kembali mobil mereka, pergi sejauh dan secepat mungkin dari pemukiman itu.

“Aku ... masih tidak paham apa-apa ..." gumam Anna dengan tatapan pasrah.

“Seiring waktu kau juga akan paham,” balas Zero dingin.

Mobil mereka melaju dalam keheningan. Terus mengarah ke utara, perlahan meninggalkan wilayah pemukiman. Sebuah papan penanda yang sudah cukup usang bertuliskan “Copley”, sebuah kota kecil (dulunya) yang berada di Australia Selatan. Papan penanda itu perlahan memudar di belakang mereka, seiring mobil yang mereka kendarai perlahan mulai memasuki daerah gersang yang kini benar-benar seperti padang pasir.

Tak ada apapun sejauh mata memandang, hanya hamparan tanah dan jalanan yang kosong. Rumput-rumput kering berterbangan tertiup angin, dengan suara berdesir yang khas.

“Aku … ingin bertanya sesuatu,” ujar Anna memecah keheningan.

Lihat selengkapnya