The Fifth Sense

Iqsal Anaqi Santosa
Chapter #23

Chapter 23# The Lost Village

(Pagi Hari di rumah Iqsal, pukul 09:00)


Hari ini Iqsal sedang memanfaatkan waktu luangnya untuk menulis cerita novel karangannya, kondisinya sudah membaik setelah kemarin malam terkena ilmu hitam sihir hitam tingkat tinggi. Iqsal berpikir apakah orang biasa mampu menahan rasa sakit ilmu sihir hitam. Iqsal juga tak sabar untuk berpergian jauh bersama teman-temannya. Dia hanya perlu temannya berkumpul dan menunggu waktu yang tepat. Ibunya Iqsal sedang menonton berita di tv. Dalam berita itu mengungkapkan bahwa kemarin malam, ada penjaga hutan Black Forest yang berkeliling ke kawasan terlarang, kebetulan si penjaga itu menemukan banyak serpihan pilar iblis disana. Selain itu ditemukannya juga bekas bintik darah hitam kental menempel di serpihan pilar iblis tersebut. Saat ini pihak tim forensik sedang mendeteksi serpihan pilar iblis itu.

Iqsal mengetahui bahwa bekas bintik darah hitam itu adalah milik hantu Matthew, pasca penyerbuan dukun psikopat kemarin malam di area sekitar pilar iblis, Matthew pasti banyak memuntahkan darah hitam disana. Tetapi tidak mungkin kalau tim forensik bisa menebak bekas bintik darah hitam itu milik Matthew. Akibat Iqsal memberikan tubuh baru kepada Matthew, banyak energi indra kelimanya yang terkuras. Iqsal harus menjaga stabilitas badannya saat dirasuki oleh Matthew maupun ketika merasakan aroma energi negatif. Iqsal juga harus belajar banyak hal tentang kekebalan tubuh dalam ilmu pengetahuan dan supernatural.

Beberapa lama kemudian, Tommy masuk ke dalam rumah Iqsal sambil membawa 2 peta desa Danau Hitam zaman dahulu. Tommy bilang dia sudah diizinkan oleh kedua orangtuanya untuk pergi ke desa yang hilang, Tommy sudah menyiapkan barang-barang di dalam koper yang akan dia bawa kesana.

"Apakah kamu siap Iqsal untuk berpergian ke desa yang hilang?" tanya Tommy.

"Aku selalu siap Tom, kita tinggal menunggu teman-teman yang lainnya" jawab Iqsal.

Iqsal mendekati ibunya yang sedang duduk di kursi depan tv, dia berkata terus terang kepada sang ibu bahwa dia nanti akan berpergian jauh ke desa yang hilang bersama teman-temannya. Iqsal memohon kepada ibunya untuk mengizinkannya, Iqsal berniat pergi kesana juga demi mencari keberadaan almarhum Kakek Alfredi. Ibunya Iqsal tahu bahwa anaknya adalah cucu kesayangan Alfredi Santosa, Ibunya Iqsal menoleh ke arah Tommy.

"Saya izinkan Iqsal untuk pergi ke desa yang hilang, tolong jaga anaknya saya, Tom" kata Ibunya Iqsal.

"Siap bu, saya akan selalu menjaga dan menemani Iqsal bersama teman-teman yang lain" jawab Tommy sambil mengangukkan kepala

Iqsal pun memeluk ibunya dengan rasa senang, dia berjanji akan kembali pulang ke rumah nanti setelah banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman di desa yang hilang. Iqsal pun menyiapkan barang-barang kebutuhannya yang akan dibawa berpergian nanti, mulai dari pakaian, buku novel harian, kalung emas bintang kejora, minuman, makanan dan lain-lain. Iqsal menyatukan barangnya ke koper coklat milik ayahnya, sebagian ada yang ditaruh di tas ransel. Iqsal bersyukur masih dapat kepercayaan dari ibunya, jujur Iqsal tidak pernah izin ke ayahnya ketika ingin pergi ke suatu tempat yang dikenal banyak misteri. Ayahnya Iqsal belum tahu apa-apa tentang hal-hal supernatural, cuma tahu tentang menjahit sepatu dan sandal. Iqsal sarapan pagi terlebih dahulu, dari luar rumah dia melihat Tommy yang menghampiri Daniel dan hantu Matthew.

Daniel bilang ke Tommy kalau Hamdan masih sarapan pagi bersama ibunya di rumah, Hamdan nanti akan segera berkumpul ke rumah Iqsal dengan membawa barang-barangnya. Hantu Matthew bercakap-cakap tentang hasil penyerbuan di markas Organisasi ilmu Hitam Black Forest, Matthew benar-benar puas membuat onar dan mengalahkan semua anggota serta Black Satanic. Daniel mengakui kalau Matthew bukan sembarangan hantu Changeling biasa. Level energi negatifnya hampir setara dengan iblis roh jahat. Black Satanic yang kemarin malam dilawan sama Matthew telah dihipnotis meninggalkan markas Organisasi ilmu Hitam selamanya, tetapi bisa saja Black Satanic bercengkrama dengan dukun psikopat dan melindungi Alex.

Menurut Matthew, Black Satanic itu tingkatan ilmu sihir hitamnya langsung diperoleh dari Alex. Dia tampak berbeda sekali dibandingkan anggota petinggi Organisasi ilmu Hitam lainnya.

"Jika suatu saat aku bertemu dengan Black Satanic lagi, aku takkan segan-segan untuk memuntahkan darah hitam di mulutku ke mukanya, hihihihi" tawa Matthew.

"Kau benar Matthew, Black Satanic belum dikalahkan dan kita harus waspada jika berpergian bersama ke desa yang hilang" kata Daniel.

Iqsal masih khawatir, jika saat dia dan teman-temannya pergi ke desa yang hilang, Alex akan mengincar keluarganya maupun nenek Ponitey. Daniel bilang bahwa pak Kades Kalpataru akan sedia menjaga nenek Ponitey. Dia takkan membiarkan Alex menculik atau membunuh Ponitey. Iqsal bertanya kepada Matthew apakah dia kangen sama Kakek Alfredi.

"Dari dahulu aku ingin bertemu dengan kakek Alfredi untuk terakhir kalinya, walaupun aku sudah menjadi hantu seperti ini" kata Matthew.


Dari arah belakang, datang Hamdan yang membawa tas ransel berukuran besar, dia berjabat tangan dengan teman-temannya. Hamdan berkata kalau dia sudah mendapatkan izin dari ibunya jika mau ikut berpergian ke desa yang hilang. Sebenarnya Hamdan tidak tega meninggalkan ibunya sendirian di rumah, tetapi karena dia boleh diizinkan berpergian, Hamdan tak mau melewatkan kesempatan itu. Setelah semua teman-teman Iqsal berkumpul, mereka mengecek kembali barang-barang bawaan mereka. Dari semua barang yang mereka bawa, semuanya sudah lengkap. Tommy pun menelepon Donna, dia ingin menginfokan bahwa dia dan teman-temannya sudah siap untuk pergi ke desa yang hilang.

"Halo Donna! kami akan segera berangkat ke desa yang hilang sesuai yang tertera di peta desa Danau Hitam zaman dahulu, tolong beritahu Mr.X soal ini ya" kata Tommy.

"Baiklah Tommy, hati-hati di jalan!" ucap Donna melalui panggilan telepon.

Iqsal dan Tommy berpamitan ke orangtua supaya didoakan selamat sampai tujuan, Iqsal dan teman-temannya pun berangkat berjalan menuju jalur keluar area terlarang desa Danau Hitam. Ketika berjalan melewati desa Kalpataru, mereka semua didoakan oleh pak Kades dan sesepuh tokoh masyarakat desa. Kemudian Iqsal dan teman-temannya mampir lewat ke Catseye Organization, mereka mendapat salam hormat dari para senior dan junior Ghost Hunter. Donna memberikan kecupan indah ke arah Tommy, dia berharap Tommy bisa cepat pulang kembali pulang ke desa dengan membawa bekal ilmu dan pengalaman.


Sesampainya di depan tiang jalur keluar area desa Danau Hitam, cuacanya mulai berubah. Sewaktu berangkat dari rumah Iqsal, cuacanya masih segar, sejuk dan terang. Tetapi ketika baru sampai di jalur area keluar desa Danau Hitam, cuacanya berubah menjadi banyak awan gelap, sunyi, hening dan hembusan angin sepoi-sepoi. Memang tampak aneh kalau dilihat dari atas langit. Ketika Tommy membuka tiang penghalang jalan, dari sisi belakang ada seseorang nenek tua bangka memanggil nama Tommy.

"Tommy! sudah lama tak berjumpa denganmu nak, kamu dan temanmu mau kemana?" tanya nenek tua sambil membopong keranjang berisi mainan kayu.

"Yo halo, kami mau berpergian ke desa yang hilang untuk mencari Almarhum Alfredi Santosa" jawab jujur Tommy.

"Kalo begitu hati-hati di jalan ya, konon katanya di jalan berkabut tebal disana ada banyak penghuninya" kata nenek tua itu.

Nenek tua yang berbicara sama Tommy ini adalah nenek yang dahulunya pernah memberikan Lentera Merah di kawasan rumah Banteng Tua. Si nenek tua ini mau pergi ke pasar Kalpataru untuk menjual hasil kerajinan mainan anak-anak yang terbuat dari kayu.

Tiang penghalang pintu terbuka, Iqsal dan teman-temannya masuk ke kawasan area jalanan berkabut putih tebal seperti awan-awan di langit. Di kawasan area jalan berkabut, permukaan tanah dipenuhi pasir dan batu kerikil. Tetapi berbeda dengan Hamdan, dia merasa berjalan menginjak tubuh-tubuh manusia yang meninggal di permukaan tanah pasir itu. Lantas Hamdan bertanya apakah teman-temannya juga merasakan menginjak jasad manusia yang ditumpuk di permukaan jalan pasir.

"Kita berjalan di permukaan tanah pasir, bukan di tumpukan jasad manusia, Hamdan" kata Iqsal.

"Jadi cuma aku saja yang merasakannya" ucap Hamdan sambil murung.

Tommy memberikan Hamdan sebuah lentera merah sebagai penerang jalan, Tommy menyuruh Hamdan untuk fokus melangkah ke depan, jangan sampai menoleh ke bawah kaki. Hamdan berjalan paling depan disusul Tommy, Iqsal, dan Daniel dari belakang. Hamdan merasakan kalau di dalam lentera merah ini ada energi negatif yang sangat besar. Tommy lupa memberitahu kalau hantu Matthew berada di dalam lentera merah itu untuk sementara waktu.

Ditengah perjalanan, kalung emas bintang kejora milik Iqsal bercahaya terang. Ini menandakan bahwa ada suatu petunjuk yang ditemukan. Teman-temannya pun berhenti sejenak, sepertinya Hamdan merasakan hawa energi ilmu sihir putih disekitarnya. Hamdan meraba-raba permukaan tanah, dia memegang ranting pohon yang mana ada sobekan kain putih di ujung ranting itu. Hamdan mendapat penglihatan indra ketujuhnya ketika menyentuh kain putih.

Dalam penglihatan Hamdan, dia melihat dengan jelas seorang kakek Alfredi yang kondisi sekarat, banyak tetesan darah mengalir dari kepala bekas tusukan serum virus Black Death, dia berpasrah berjalan perlahan-lahan, memegang perutnya yang buncit karena kelaparan. Kakek Alfredi pun berjalan hingga ke sebuah gerbang putih bercorak malaikat.

Penglihatan indra ketujuh Hamdan berakhir, dia memberitahu Iqsal dan teman lainnya bahwa kakek Alfredi sudah dipastikan ada di desa yang hilang. Pertama-tama mereka harus menemukan gerbang malaikat warna putih. Iqsal dengan mudah mencium bau darah disekitarnya, dia mengikuti arah bau darah itu, disusul oleh teman-temannya dari belakang. Iqsal menggenggam kalung emas bintang kejora, kemudian dia pancarkan sinar cahaya terang ke arah bau darah, Iqsal melihat ada gerbang putih malaikat yang barusan dilihat dari indra ketujuh Hamdan. Tanpa basa-basi, Iqsal dan teman-temannya langsung masuk ke gerbang malaikat berwarna putih.

Iqsal dan teman-temannya melihat sekeliling mereka adalah rumah-rumah desa yang tampak sepi dan terlihat kosong, banyak lampu-lampu yang dipajang di berbagai rumah. Permukaan jalan pasir yang halus, angin sepoi-sepoi membuat suasana desa yang hilang ini makin sejuk.

"Jadi ini desa yang hilang itu, aku tak menyangka pemandangan desanya sangat indah sekali" kata Iqsal.

Iqsal dan teman-temannya, berjalan melewati berbagai rumah, mengelilingi wilayah desa yang terpencil ini. Ada sebagian rumah yang lampunya menyala, tapi ketika Iqsal mengetuk pintu tidak ada respon dari si penunggu rumah. Tommy menemukan satu pohon rindang yang besar, dia melihat ada kandang burung di depan pohon rindang tersebut. Namun ketika Tommy meraba isi kandang burung, terdengar suara kicauan burung gagak dari dalam kandang yang membuat semua rumah menyalakan lampu. Kemudian Tommy dihampiri oleh seorang lelaki berbadan sangat tinggi. Tommy hanya bisa berlindung dibalik tas ranselnya, dia ketakutan jika akan dibunuh oleh si lelaki badan tinggi ini.

Lelaki tersebut mengambil burung gagak dari kandangnya, lalu dia menyalakan lampu senter yang berada di atas kandang burung. Wajah lelaki ini sudah tua, jika diperkirakan usianya sekitar 30an tahun. Lelaki ini berjabat tangan dengan Tommy.

"Halooo mas perkenalkan nama saya Darmo, saya adalah kepala desa Mandala" ucap Darmo.

"Salam kenal juga pak Darmo, nama saya Tommy" jawab Tommy.

Lihat selengkapnya