Bulan purnama, menyinsing. Jalan raya disekitar jantung kota Pariaman mulai tampak ramai. Saat ini, semua orang mengadakan sebuah pesta besar, yang bisa mengundang semua orang dari beberapa penjuru negeri Minangkabau.
Jalan macet. Ada orang yang sedari tadi menunggu pertunjukannya, bahkan menunggu dibukanya akses jalan agar mereka bisa segera pulang.
Sementara di stasiun, yang terletak di kawasan pantai Gandoriah, orang-orang berdesakan membeli ticket. Tak hanya itu, bus kota dari berbagai tujuan juga terpakir, di depan sebuah lapangan, di mana itu adalah tempat eksekusi seorang pemuda, yang namanya diabadikan dalam kaba untuk pertunjukan randai.
Para keamanan dari kalangan SMA, darak-badarak dan anak-anak randai, mulai menanggalkan sanggul mereka dibalik layar.
Bahkan ada yang berselfie ria untuk mengabadikan momen, yang terjadi pada tanggal 10 Muharram itu. Angkot terasa penuh. Orang-orang pusing mencari kendaraan mereka, lantaran banyaknya. Bahkan ada yang sampai berurusan dengan polisi, karena sempat-sempatnya mereka mencuri. Ada juga mereka terpaksa pulang jalan kaki, lantaran semua angkutan penuh. Entah kenapa langit malam berubah menjadi merah kegelapan
Petir mulai menyambar. Seketika, cuaca seperti itu berubah menjadi hujan lantaran ada sesuatu yanh tak biasa, terjadi pada malam itu.