Gadis itu menatap layar laptop dengan serius. Diberanda laptopnya, penuh dengan obrolan hangat. Kali ini dia membuka obrolan facebook, dalam dunia literasi.
Mereka membahas, bobroknya tulisan di era sekarang, penuh dengan cerita tak senonoh, dan plagiat-plagiat dari cerita satu dengan yang lainnya. Karena sibuk membalas pesan-pesan anggota, tiba-tiba digrup itu ada seseorang yang membahas tentang mereka yang ingin membuat sebuah cerita berdasarkan urban legend, yang berasal dari Korea Selatan.
"@Wiluwilu:
Tadi aku nonton Tale Of The Nine tailed 1938. Bagus banget, saya jadi terinspirasi juga."
"@Cihuyy_emang apa legenda mana yang mau kamu jadiin cerita? Urban Legend Nusantara itu banyak banget."
"@Wiluwilu_ itu berita yang lagi viral."
Wanita itu kemudian membalas.
"@Aul:
Berita apaan?"
"@Wiluwilu:
Ada manusia yang bawa senjata model kuku harimau. Konon katanya, senjata itu membunuh ratusan palasik kuduang, yang datang ke Pariaman."
Aul kemudian meninggalkan obrolan, dan beralih ke beranda. Ternyata banyak berita yang sama, membahas tentang insiden kecelakaan beruntun, pasca pesta tabuik, disebabkan ada makhluk kepala terbang. Ia menutup sementara berandanya, dan beralih ke Youtube. Dan yang trending nomor satu adalah, INYIAK VS PALASIK KUDUANG.
Video ini, mengalahkan musik yang lagi hits nomor satu dan berita politik terkini.
Dalam video tersebut memang orang-orang terjebak macet. Langitnya berwarna merah gelap, dengan amat tampak terasa mengerika. Dan ia melihat ada ratusan makhluk kepala terbang, yang memangsa anak-anak dan ibu-ibu.
Ia menyaksikannya dengan saksama, bagaimana kejadian itu. Yang paling epik, ia melihat sosok pria tampan, memakai kalung kerambit berwarna perak, dengan jas hitam panjang yang ia kenakan, membasmi makhluk-makhluk itu. Hingga mereka musnah.
Wanita itu kemudian menatap foto-foto di dinding. Di mana ada terdiri ayah, ibu dan juga kakak laki-lakinya. Ayah dan ibunya diguna-guna yang konon katanya, sosok yang memaksa sang kakak menjadikannya istri.
Aulia namanya. Ayah dan ibunya telah lama mati, akibat guna-guna yang muncul dalam bentuk bola api, yang datang bagaikan petir. Pertama, sang ayah pada masa SMA, yang kedua sang ibu pada awal masuk kuliah, dan kini sang kakak yang disembunyikan entah di mana.
Aulia waktu itu pernah bertanya pada seorang ustadz, yang kala itu sedang dibawa rukiyah oleh sahabat perempuannya, yaitu Intan.
"Abang laki-laki kamu masih ada di dunia ini. Tapi disembunyikam oleh seseorang."
"Seseorang?"
"Ia ..., seseorang tak biasa. Dia adalah makhluk yang memiliki energi yang kuat. Tapi dia tidak jahat."
"Makhluknya seperti apa?"
"Inyo acok mambaok karambit ditangannyo. Muncul tibo-tibo se nyo. Umua ee, lamo pado awak tu mah( dia sering membawa kerambit. Muncul dengan tiba-tiba saja. Umurnya lebih lama dari kita). Dia tak pernah menyesatkan orang lain. Dia selalu menolong orang lain, yang tersesat dihutan."Ustadz itu menjelaskannya.
"Lalu setelah itu apa ustadz? Kenapa dia tidak memulangkan kakak saya?" Tanyanya.
"Bukan tidak biss memulangkan dia. Dia kecolongan, saat dia membereskan masalah lain."
Aul sangat sedih. Keluarga yang dia punya, hanyalah kakak laki-lakinya saja.
"Apa jenis makhluk yang menjaga kakak saya itu?"
"Inyiak."
Kala itu, kedua bola matanya membulat dengan sempurna. Sejak saat itu dia mulai mencari jejak keberadaan Inyiak. Mulai dia bekerja jadi wartawan. Berapa kali dia mengajukan, mengangkat tentang urban legend, tapi tidak digubris sama sekali.
Ia kemudian mencoba berkali-kali. Sekarang ini saatnya, dia mencari jejaknya. Mumpung beritanya lagi viral.
Malam itu, ia menerima telvon dari seseorang, sahabatnya yang bernama Intan.
"Halo?"
"Halo, Aulia, lai bacaliak brita tadi? Itu inyiak mah.(ada kamu lihat berita tadi? Itu inyiak)"
"Lai-lai(ada-ada)."
"Bisuak ko ha, pihak redaksi manyuruah awak kasadonyo pai ka Pariaman.(Besok ini, pihak redaksi menyuruh kita pergi ke Pariaman)."
"Bilo? Jam bara?(kapan, jam berapa??)."
"Pagi subuah. Beko wak baok otto. Bisuak wak japuik ka rumah.( Pagi subuh. Nanti saya bawa mobil, besok saya jemput ke rumah.)"
"Adih-adih-adih (Oke-oke-oke.)"
"Jan lupo bawok kamera. Iko penting lo untuak kamu surang. (Jangan lupa bawa kamera. Ini penting buat kamu sendiri)."
"Io, jadih( ia, jadi)."
"Lah, laloklah lai bisuak wak kabarangkek. (Dah, tidur lagi, besok kita berangkat)."
"Ia baiklah."
Sementara disebuah hotel bintang lima.
Seorang pria bergaya stelan hitam, kontemporer sedang mengawasi para pekerjanya dengan berkeliling, menggunakan sepatu roda. Pria berambut belang-belang 3 warna itu, memotret karyawan-karyawan yang bekerja di sana.
Tiba-tiba karyawan lain mendekatinya.
"Pak?"
"Ia?" Dia sibuk memotret orang-orang yang sedang bekerja. Beginilah cara dia memantau para pekerja yang ada. Setiap moment ia abadikan, siapa saja yang bekerja di hotel ini.
"Ada tamu diruangan bapak."
"Oh baiklah!"
Setelah memotret, dia mengelilingi hotel tua bernuansa bangunan eropa lama, yang semakin hari semakin kental nuansanya. Ia ini adalah markas dulunya.
Sesampainya diruangan itu, ada jutaan foto yang terpajang disana. Mulai orang-orang yang memakai stelan lengkap di era penjajahan, dengan warna hitam putih dan sephia, hingga model retro ada disana. Di sana ada adiknya Arai Pasadama. Ia adalah penguasa hutan Jambi. Bergelar Cindaku.
"Ajo!"
Sebutan lain panggilan tertua dalam adat Minang, jika di Jawa itu "Mas", kemudiang "Akang", dan lain sebagainya, ini agak sedikit lebih banyak. Ada Uniang, Ajo, Abang, Uda, Abang, Utiah, tergantung gelar yang diberi. Begitu juga kakak. Di adat Minang ada banyak panggilan. Ada Incim, Cani, Teta, Tete, Teti, Kakak, Uni, Uti, banyak sekali. Dalam banyak istilah, artinya kakak.
Foto-foto yang terpajang itu adalah, para karyawan yang pernah bekerja di sana.
"Ajo, jadi bagaimana? Puti Salati? Dia masih mengkonfrontasi Ajo."
"Masih."
"Dia sudah dihukum, tapi mengapa dia masih berbuat ulah."
"Dia masih belum menyerah mendapatkan tujuannya."
"Tujuan?"