Sebelum pergi ke Pariaman. Magek Jobang, membereskan semua perlengkapannya. Mulai ponsel, kamera dan hal yang lainnya. Namun sebelum itu pelayan dihotel yang ia kelola, datang.
"Ada tamu Tuan."
"Siapa?"
Pelayannya, mempersilahkan seorang wanita berambut pendek, untuk menemui Magek Jobang. Ia terkejut. Itu adalah Sina Badarai. Siluman Kucing hitam, yang kalau sekali mengamuk bisa memusnahkan siluman lainnya.
"Sina."
Kemudian, mereka berbicara empat mata sebentar.
"Saya telah mengutus seekor burung elang, bersama dengan Sambadewa yang mengutus hewan lain."
"Mengutus?"
"Tadi, saudaranya Zainal datang menemui saya. Pertemuan itu tidak disengaja. Dia mampir ke tempat saya."
"Apakah kamu membocorkan ke mana saudara laki-lakinya?"
"Saya belum bisa membocorkannya. Sebab Puti Salati, mengirim utusannya dengan berpencar. Kali ini, dia mengutus dua utusan ke Pantai Tiram, untuk memangsa Aulia saudara kandung Zainal."
"Dia itu. Sudahlah abangnya, sekarang adiknya."
"Sebenarnya, Aulia ini sudah diteror berkali-kali oleh Puti. Bahkan dia bekerja sama dengan Aru-Aru. Dia akan bisa berhenti, ketika dipertemukan dengan Zainal."
"Dia tidak akan b
Di pertemukan dengan Zainal. Akan saya pastikan itu. Jadi, apa yang kalian lakukan?"
"Jika, dua ekor binatang yang terbang menyatu, maka kami sama-sama membuka gerbang pintas ke mana Aulia dan temannya, akan pergi. Kami akan membangun jalur tikus menuju Gandoriah, hanya hitungan beberapa menit."
Mendengar itu, Magek terdiam. Ia seakan setuju dengan sikap tangkap, yang diambil oleh Sina. Dia mengangguk menandakan setuju.
"Baiklah. Tunjukan foto Aul seperti apa. Sudah saatnya, saya harus melihat wajahnya."
Sina menunjukan selembar foto, kepada Magek. Setelah diberikan, keningnya mengkerut lantaran dia benar-benar mirip dengan Zainal.
"Mirip sekali mereka."
"Wajarlah, namanya juga kakak-adik." Sina tersenyum.
"Ia. Tapi ini mirip sekali. Biasanya kakak itu pasti ada yang mirip ibu, satu adiknya lagi ayah."
"Itu bukan kita yang berhak menentukan."
"Oh ia, benar juga."
Ia kemudian berdiri untuk berpamitan, bahwa ia akan pergi ke Pariaman. Ia pamit dengan kawannya itu. Dan berjanji akan bertemu dengan Aulia secepatnya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saat ia tak sengaja bertabrakan dengan seorang wanita, ia sedikit terkesima. Bukan karena cantik atau apa, dengan kejadian itu saja berdasarkan petunjuk yang diberikan Sina, dia sudah tau oh ..., dialah gadis itu. Namun saat ini dia tidak menggubrisnya terlebih dahulu. Karena dia harus melihat, kerusakan yang dibuat Puti semalam.
Sementara disisi lain, wanita itu bersama kawannya sedang memotret situasi, tekait bagaimana kondisi yang tak masuk akal itu.
Hanya saja, Aul teringat akan pria yang menabrak tubuhnya. Bukan karena terpesona. Namun dia memiliki kekuatan energi yang kuat. Sekian banyak makhluk supranatural yang ia temui, inilah yang paling kuat keberadaannya. Hanya saja baginya, ia tidak memiliki aura jahat. Melainkan aura pelindung.
Ia dan Intan mewawancarai orang-orang sekitar. Setelah mengumpulkan data, tiba-tiba ada seseorang yang ia lihat dari kejauhan, seorang pria bertekuk lutut di depan pria, yang memakai baju bermerek terkenal.
Namun pria itu, justru mencegahnya. Malahan pria itulah yang bertekuk lutut. Kemudian, pria itu berdiri.
"Inyiak!" Pria itu berteriak. Aul kemudian kaget mendengarnya. Ia mendekati pria yang disebut inyiak itu. Melihat gelagat aneh sahabatnya, itu.
"Aul, kamu mau kemana?"
"Intan, bapak itu manggil cowok yang itu Inyiak."
"Hah?"
"Tadi aku lihat, bapak itu mau berlutut di depan cowok itu. Tapi dicegah sama cowok itu."
"Masa sih?"
"Ia. Coba kamu lihat, orang-orang mulai ngerumunin cowok itu."
Mendengar itu, Intan dan Aul tidak boleh meninggalkan kesempatan ini. Mereka berdua harus berdiri di depan. Para wartawan, mulai mendekati kenapa orang-orang datang mengerumuni satu-satu.
Aul dan Intan mencari sosok, yang dikatakan oleh Sina sebagai Magek Jobang. Terutama Aul, yang sudah mencarinya keliling hutan, hanya untuk mencari keberadaan makhluk ini.
Namun, saat orang ingin tahu tentang pria itu. Dia malah terbang ke atas sebuah bangunan tua, yang merupakan plaza yang beberapa tahun baru saja berdiri.
Orang-orang kehilangan jejaknya. Pria itu terus terbang berpindah-pindah, sampai jejaknya tak ditemukan.
Anehnya, Aul melihat seberkas cahaya yang ia tinggalkan jejaknya. Telapak kaki kucing, yang membuat dia merasa tertuntun.
Meskipun keberadaan Magek Jobang, sangat mencolok, kehadirannya bila ia lama-lama di sana, dia akan disanjung selayaknya Tuhan.
Hal yang membuat ia kabur dari sana adalah, ia takut dipuja-puja hingga orang-orang beralih mengingat namanya, bukan nama Tuhan Pencipta Semesta Alam.
Ia sendiri, adalah hamba Tuhan yang tercipta berasal dari api. Ini adalah wujud manusianya. Ia berubah seperti ini, lantaran selain bersujud kepada sang Ilahi, ia merasa punya kewajiban yaitu melindungi antar sesama.