Puti, kesal. Rasanya tidak ada orang yang tidak mengerti perasaannya. Padahal, ia sudah mencari beberapa buku dari karangan manusia, itu adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan.
Namun, ia mencari semua sumber yang memperbolehkan, pernikahan dengan manusia. Ia mencari itu, agar ia bersama Zainal kembali.
Saat membaca itu, ia mengingat dua wajah siluman wanita, yang menjengkelkan. Memang, mereka adalah siluman yang taat beribadah. Mereka berempat, adalah pilar yang bersebrangan dengan jin lain.
Kepalanya mengkerut saat ia membeli buku-buku karangan manusia. Entah mana yang benar? Ada yang diperbolehkan, ada yang mengharamkan, bahkan ada juga yang menetapkan ditengah-tengah. Dalam artian, dilarang dan ditinggalkan tidak berbahaya.
Ia mencari mana tulisan yang mencantumkan yang tepat. Ternyata, jawabannya adalah tidak boleh. Bahwasannya, Tuhan menciptakan pasangan dari jenismu sendiri. Maksudnya, kalau dari bangsa siluman, maka ia harus menikah dengan bangsa siluman juga, agar memperoleh keturunan yang sama. Kalau menikah dengan manusia, hasil keturunan menjadi tidak jelas.
Magek Jobang memperhatikan Puti, yang membaca buku-buku itu. Demi mendapatkan Zainal kembali, ia membaca semua buku yang berkaitan pernikahan Jin dengan manusia. Setelah dibaca, ia kemudian mencampakan buku tersebut, karena semuanya tulisan yang ia buat sampah semua.
Magek datang ke dalam perpustakaan, dan mengambil buku yang hambung sampai jatuh ke lantai. Buku itu jatuh berlambin-lambin.
"Aku benci buku-buku yang dibuat manusia. Semuanya mengada-ngada!!!" Ujarnya dengan menggerutu.
"Tidak ada yang mengada-ngada. Mereka telah diberi petunjuk." Magek datang menyambar sambil membawa buku-buku itu. Dia memasang wajah datarnya dihadapan Puti. Melihat itu ia mencoba menghadapi rajanya sesantainya. Sementara dalam hati, Magek telah mengatakan sumpah serapah kepada siluman dungu ini.
"Buku yang kau baca, merupakan hasil riset para ulama. Tidak mungkin mereka mengada-ngada. Mereka melakukan pengkajian selama bertahun-tahun."
"Tapi sebagian ada yang memperbolehkan."
"Memperbolehkan kurasa itu sanad yang lemah mungkin. Kalau aku memilih, yang mana yang kuat."
Puti diam, walau hatinya terasa amat sangat jengkel. Ia mencoba kembali untuk tenang, dalam menghadapi rajanya ini. Kalau ia marah-marah, ia akan ditebas dengan kurambit yang mengerikan itu. Sekali tebas, kepala makhluk lain bisa putus.
Atau bila dia jadi ke wujud aslinya, maka taring yang tajam bisa menjadi racun. Maka dari itu ia terpilih menjadi penjaga alam Minangkabau.
Sementara, Puti telah menjadi penjahat, yang senang membunuh bayi yang baru lahir. Ia dengan pasukannya, akan beroperasi menghujam orang-orang yang tidak membuat ari-ari atau tali pusar milik anak mereka.
Jika bayi mereka selama, berarti mereka sudah mengubur ari-ari mereka terlebih dahulu.
Puti masih sibuk membaca buku-buku, yang mungkin tebalnya kisaran ratusan halaman. Ia menatap Puti dengan intents, apa yang membuat ia jatuh cinta pada sosok Zainal? Cinta yang ia berikan begitu nekat, sampai ingin mencari pembenaran aturan ilahi.
"Apa yang membuat kau jatuh cinta padanya?"
Pertanyaan itu membuat Puti berhenti membaca. Kemudian, saat ia menutup buku, ia memasang wajah sedih. Dulu, ia sangat betah diwilayah Bunian, kisaran ribuan tahun yang lalu. Dibawah sinar purnama, ia bermain dengan seorang pria, yang tak lain adalah suaminya kala itu. Namanya Pauah Kamba. Kulitnya indah seterang rembulan, dan bola matanya hijau seperti permata kawaturi, yang pernah ia temukan dipulau lain. Senyumnya indah, bahkan membuat jantungnya berdebar-debar. Tapi pada ke 86 tahun mereka bersama, makhluk lain datang mencengkramnya pada saat mereka menikmati indahnya bulan purnama biru.
"Kamba ..., Kamba ...," ia menangis tersedu-sedu saat ia musnah begitu saja, seperti abu. Itu adalah hari terakhir mereka. Setelah ribuan tahun berlalu, pertama ia menemukan sosok seperti Pauah Kamba. Dan itu sangat mirip dengan Joan, bahkan serupa. Sehingga ia membantai semua anggota keluarganya. Namun, Joan menolak Puti hingga membuatnya murka, dan membunuhnya dengan lagu Sirompak dan membuat mati, dengan harapan ia bisa menikahi wujud Qorinnya. Namun ternyata, ia tidak bisa lantaran mereka ikut turut pergi ke langit bersama raga mereka.
Lalu Puti bertemu dengan sosok serupa. Dan itu ada pada Zainal. Dia sama indahnya, bahkan jauh lebih indah. Kali ini Puti harus mendapatkannya, dan bahkan ia juga melakukan hal yang sama, dan jauh lebih parah lagi.
Melihat wajah Puti sedih, Magek Jobang melakukan koneksi pikiran, dengan Puti Salati. Dan benar dugaannya selama ini. Puti kemudian pergi dan menghindar dari Magek Jobang. Sementara pria itu, memasang wajah datar dengan memandang suatu benda, di suatu ruangan.
"Pauah Kamba, sudah mati!" Ujar Magek Jobang. Bicara seperti itu dengan tegas. Sementara Puti marah. Hatinya seakan digores dengan pisau. Sakitnya bukan main, kala ia menyebut nama kekasih hatinya.
"Tidak ada namanya reinkarnasi. Hanya kebetulan saja mereka mirip."
Magek sebenarnya bertujuan membahas kematian Pauah, semuanya karena takdir. Tapi caranya terlalu kasar ditelinganya.
"Berani-beraninya kau mengatakan seperti itu!!!"
"Aku ingin menyadarkanmu sesuatu. Semua makhluk dimuka bumi, tidak ada namanya reinkarnasi."
"Tapi aku percaya mereka terlahir kembali!!"