The Game After Married

Mustofa P
Chapter #11

Perlawanan

Hanya satu dari tujuh butir kurma ajwa di mangkuk yang dikunyah, sudah terjadi sesuatu pada tubuh. Sekujur tubuh terasa kesakitan. Ada yang berontak di dalam pikiran, sehingga tangan tak mampu mengambil kurma kedua. Padahal mengejan sedemikian rupa agar tangan yang gemetar hebat itu turun ke mangkuk kurma, tetapi makin kaku. Tangan kiri terkulai tanpa tenaga untuk mendorong yang kanan terjun ke dalam mangkuk. Sakit di dada dan bagian perut mengganggu konsentrasi tangan untuk memungut sebiji kurma. Pikiran kian tak karuan, tangan kaku seolah stroke menjangkit.

"Bisa, pasti bisa. Ayo, Bu, ambil kurma kedua. Tahan sakitnya. Bu Raya harus kuat melawan," bujuk ustaz yang meruqyah Raya.

Bu Susi di sebelah Raya tetiba merangkulnya, sebagai bentuk dukungan. Sedangkan rasa jijik dan peristiwa keterpaksaan sedang dirasakan yang dirangkul. Meski kesakitan, tangan yang gemetar hebat akibat dikendalikan entitas lain itu, harus dilawan.

"Haaah!!" Teriak Raya yang tak mau kalah dengan entitas asing di dalam tubuhnya.

Mau muntah rasanya dan sesak di dada ketika memungut kurma ketiga. Jika dimuntahkan berarti entitas yang bersarang menang, pikirnya. Bu Susi mengelus-elus wanita yang dianggapnya keluarga sendiri itu. Elusan itu menambah kekuatannya untuk melahap sisa ajwa. Kurma keempat pun dikunyah, mau dipercepat bagaimana pun, tangan kanan yang kaku tetap memperlambat. Belum lagi lidah kelu, gigi yang tumpul mengunyah, dan tenggorokan sakit ketika menelan. Usaha berlanjut memungut kurma kelima dengan bentakan pada diri sendiri untuk patuh memungutnya. Makin berontak entitas di dada yang menyesakkan, Raya makin tak peduli dan terus mengunyah. Sisa kurma keenam yang dipungut lebih mudah dan berlanjut kurma ketujuh.

"Jangan minum air dulu setelah makan. Sabar, dijeda saja tidak apa-apa. Supaya kurma ajwa yang sudah masuk tidak dimuntahkan. Jin bisa keluar bersama kotoran ketika buang air besar nanti.”

Raya mengangguk. Ditahannya mual sampai mereda. Bu Susi menghentikan aktivitas mengelus punggungnya setelah reaksi entitas mereda. Tenaga yang dimiliki terasa mulai pulih setelah terkuras saat dibacakan ayat-ayat ruqyah. 

“Secara medis, kurma ajwa mengandung antioksidan tinggi. Kalau secara pengobatan agama, kurma ajwa bisa mengusir energi negatif dalam tubuh. Energi negatif itu kadang bisa berasal dari jin yang bersarang tanpa sengaja. Tanpa diundang. Sebagaimana sabda nabi, ajwa sebagai penawar racun dan penangkal sihir. Ini membuktikan kejahatan tukang sihir tidak hanya terjadi di zaman Nabi Musa maupun Rasulullah. Sampai sekarang pun, tukang sihir masih bertebaran."

"Jadi saya bisa melihat penampakan bertahun-tahun ini karena ada jin di dalam diri saya, Ustaz?”

“Manusia yang melihat penampakan terdiri dari dua golongan. Pertama karena dia pendusta. Kedua karena bersekutu dengan setan,” jawab ustaz singkat.

“Anak yang memiliki anugerah bisa melihat penampakan itu masuk golongan mana Ustaz?” Tanya Bu Susi penasaran. Pasalnya, salah satu anaknya mampu melihat penampakan. Ustaz yang ditanya terdiam sejenak. Seolah berhati-hati berucap.

“Tidak ada yang bisa melihat wujud asli dari jin. Jin bisa menyerupai ular dan penampakan lainnya. Bisa dilihat, disentuh dan diusir oleh manusia. Jika ingin ditutup penglihatannya, bisa melalui ruqyah.”

“Sebenarnya apa yang terjadi, sampai Bu Raya bisa melihat penampakan?” Ustaz mengalihkan topik agar Bu Susi tak bertanya melebar. 

“Semua berawal dari perbuatan mertua kepada saya, Ustaz. Waktu itu saya tidak tahu harus berbuat apa. Dapat saran dari kenalan untuk pergi ke rumah seorang Mbah dan saya ditemani kenalan waktu ke sana. Saya sudah lupa tempatnya. Rumahnya termasuk pelosok, jauh di daerah Puger. Saya menemui perempuan yang usianya sekitar 70-an tahun di rumahnya. Hanya itu yang saya lakukan waktu itu, sekarang beliau sudah meninggal.”

“Bagaimana bisa Bu Raya menduga kalau mertua yang berusaha mencelakai Ibu beserta suami Ibu? Karena, yang mencelakai bisa saja dari orang lain,” telisik ustaz.

Lihat selengkapnya