Viole menganga, matanya terbelalak tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Dia berada di tengah-tengah tempat yang sama sekali tidak dikenalnya.
Padahal beberapa detik yang lalu, dia masih berdiri di kamar. Kini, pemandangan di sekelilingnya merupakan tanaman raksasa.
Daun-daun yang tumbuh berukuran berkali-kali lipat dari daun biasa. Akar yang menyembul dari dalam tanah, ukurannya tidak wajar. Serta di tempat itu tidak ada sinar matahari, tertutup oleh awan putih yang sangat tebal.
Ditengah rasa kagumnya, Viole teringat akan buku yang sebelumnya ia pegang. Buku itu tak lagi berada di tangannya. Dia juga baru menyadari, jika suhu di tempat itu dingin.
‘Dingin banget dan ... aneh. Nggak ada sinar matahari, tapi pohon-pohon tumbuhnya nggak ngotak,’ batin Viole.
Untungnya, Viole mengenakan pakaian panjang. Ia menggosok-gosokkan kedua telapak tangan, mencoba menghangatkan tangannya yang tidak tertutupi oleh lengan baju.
Tiba-tiba muncul suara aneh. Sontak, Viole langsung menoleh ke belakang, arah suara itu berasal. Dia melihat segerombolan semak-semak setinggi orang dewasa terus bergoyang.
Viole memperhatikan dengan seksama tanpa berkedip.
‘Ada apaan sih?’ batinnya penasaran.
Saat dia serius memperhatikan, tiba-tiba dari dalam semak itu keluar seorang pemuda. Membuat Viole sangat terkejut hingga dia jatuh terduduk. Jantungnya berdegup kencang.
Namun, seolah tidak diberi kesempatan untuk bernapas, pemuda itu berteriak keras sambil berlari melewatinya, "Kau! Ayo lari!"
Sontak, Viole pun berlari mengikuti pemuda yang tidak dikenalnya itu, tanpa tahu mengapa ia menyuruhnya lari.
“Kenapa harus lari sih?!” tanyanya setengah berteriak.
“Kenapa?! Apa kau mau mati?!” jawab pemuda itu tanpa menoleh.
Viole tertegun. Apa yang dimaksud oleh pemuda asing itu dengan mati?
Sebelum Viole bisa mendapatkan jawaban, dari arah belakangnya terdengar suara derap kaki, membuat jantungnya semakin berdegup kencang.
‘Apaan tuh di belakang?!’ batinnya setengah panik.
Dia berlari mengikuti langkah pemuda asing itu, menembus lebatnya hutan, tanpa istirahat. Lama-kelamaan napasnya mulai habis, bulir-bulir keringat dingin mengalir di dahi Viole.
'Dia larinya cepet banget sih!' batin Viole, melihat jaraknya dengan pemuda di depan semakin jauh.
"Tung ... gu!" serunya terbata.
Si pemuda lantas menoleh ke belakang. Kedua matanya seketika membulat. “Kau! Cepat menunduk!”
Viole secara refleks pun merunduk, dan seketika itu juga terdengar suara benturan yang sangat keras, diikuti dengan suara melengking dan menggelegar dari arah belakang.
'Hiy! Apaan itu serem banget!' batin Viole.
Setelah itu, suara derap kaki yang sebelumnya terdengar, kini menghilang. Penasaran dengan apa yang terjadi, sambil tetap berlari Viole menoleh ke belakang.
Namun, karena rambut panjangnya yang tergerai menutupi mata, Viole tidak dapat melihat dengan jelas.
"Ini rambut nutupin!" Dia menyingkap rambutnya dari wajah.
Karena gadis itu tidak memperhatikan arah di depannya. Dia pun tidak sengaja menabrak sesuatu hingga terjatuh.
"Aduh...." gumam Viole sambil menahan rasa sakit di dahinya.