Iris hitam Viole bergerak ke sekeliling, mencari seseorang yang baru saja menyapanya. Namun, di tengah cahaya terang perak terus bersinar lembut seperti mentari itu, dia tidak melihat siapapun.
'Apa halusinasi?' batin Viole.
Mata gadis itu pun kembali terpejam. Dia ingat pernah membaca di internet, jika seseorang yang akan menemui ajal, besar kemungkinannya ia akan berhalusinasi.
Viole pun menganggap suara itu sebagai halusinasinya, karena dia merasa ajalnya memang sudah di depan mata. Namun, suara misterius tiba-tiba berbisik halus di telinganya.
"Hai manusia berparas elok," suara gema itu terdengar kembali.
Seketika mata Viole terbuka lebar. Dia mematahkan dugaanya sendiri, suara itu terlalu jelas untuk sebuah halusinasi.
'Jangan-jangan ... itu suara malaikat maut?' batin Viole.
Kemudian, suara itu terdengar kembali. Namun kali ini ia terkekeh. Suara kekehannya seperti menertawakan nasib Viole yang sangat tidak beruntung.
Hal itu membuat Viole tersenyum kecut dalam angan. Bahkan malaikat maut pun menertawakan hidupnya yang sangat tidak lucu ini.
'Menyedihkan,' batin Viole mengatai dirinya sendiri.
"Ya, kau sangat menyedihkan," balas suara misterius itu.
'Serah lu aja deh Tuan Malaikat Maut,'
"Bisakah kamu mengulangi perkataanmu?"
Mendengar suara misterius itu meminta untuk mengulangi perkataannya, memunculkan suatu pertanyaan di benak Viole. Mungkin suara itu bukanlah suara malaikat maut? Melainkan hantu?
Namun, dia segera menepis pemikirannya sendiri tentang hantu. menurutnya hantu itu tidak ada, apalagi di dalam mulut monster.
Pertanyaan suara itu sebelumnya, secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa dia tidak paham dengan bahasa slank, sama seperti Zanquen.
Viole pun menduga ia adalah makhluk dunia ini.
'Kamu bukan malaikat, kamu siapa?' tanya Viole pada suara itu.
Bukannya menjawab, suara itu malah terkekeh lagi. Kekehannya bahkan lebih lama dan keras dari sebelumnya. Kemudian berganti menjadi tertawa terbahak-bahak.
'Nakutin banget, kaya Psikopath.' batin Viole mendengar suara tawa itu sangat mengerikan.
Kemudian bersamaan dengan berhentinya suara tawa yang mengerikan dari suara misterius itu, alas lunak tempat Viole terbaring bergetar, seperti dilanda gempa bumi.
Kedua iris hitam Viole melirik sekitar. Lelehan air liur lengket keluar dari dinding berwarna merah muda itu. Kemudian mengalir hingga mengenai gigi geraham di bagian ujung, tempat asal cahaya perak ini berasal.