The Gate Opener's Mission

Brandon Evans
Chapter #5

Chapter #05

Mendengar jawaban Viole, senyum seringai merekah di wajah Gorfen. Setelah sekian lama, moment ini pun datang. 

"Jawaban yang bagus," monolognya.

~~~~~~~~~~


Viole seketika kembali ke tempat serba putih seperti sebelumnya. Membuat gadis itu kebingungan.


Gorfen bertepuk tangan sambil berjalan menghampiri Viole. Dia pun berjongkok, menyentuh pundak Viole. Seketika itu juga cahaya perak yang sangat terang muncul sesaat, kemudian menghilang.

"Aku sudah menyembuhkanmu. Berdirilah," ujar Gorfen sambil membangunkan Viole.


Viole yang dalam kondisi duduk pun segera mencoba berdiri, dengan dibantu Gorfen. Dia pun menangis bahagia, tatkala dia berhasil berdiri. 


Gadis itu terlampau senang, hingga tidak menyadari jika Gorfen melepaskan genggamannya, dan telah berdiri di belakang Viole.

Pria itu menutup mata Viole, membuat gadis itu tersentak kaget. "Apa yang—"

"Kontrak," potong Gorfen.

Pria itu mengarahkan bibir tipisnya ke telinga Viole kemudian berbisik, "Kontrak telah dibuat. Jiwamu menjadi milikku."

Viole tertegun. Kontrak itu adalah jiwanya menjadi milik Gorfen?


Belum gadis itu selesai berpikir, Viole dikejutkan oleh terjangan batang dan ranting pohon yang tiba-tiba muncul.

Dia baru sadar tempatnya kembali berubah. Ia tidak tahu jika monster itu juga memakan pepohonan. Viole yang kecil pun terdorong hingga menabrak dinding mulut monster.


"Aduh, sejak kapan ni monster makan pohon coba?!" gerutu Viole.

"Jika bisa makan pohon, ngapain lu makan gua! Dasar monster sialan!" umpatnya.


Tanpa sengaja, pandangan Viole tertuju pada gigi geraham monster itu. Disana dia melihat sebuah tongkat perak terselip di antara dua gigi besar itu.

Tanpa ragu, Viole meraih tongkat yang bersinar itu sebagai pegangan.

"Ini tongkat apaan?" gumamnya.


Selain bersinar, tongkat itu juga memiliki ukiran merah pada ujungnya. Menjadikannya tampak sangat indah.


Disaat Viole mengagumi tongkat itu, tiba-tiba dia kembali dikejutkan oleh terjangan pohon-pohon yang datang dengan cepat. 

Dia mencoba bertahan dengan berpegangan pada tongkat perak itu, tetapi hantaman pohon sangat keras dan banyak ranting yang menusuk-nusuk wajah serta matanya.

'Aduh! Sakit banget anjir!' gerutu Viole dalam hati menutup kedua matanya.


Banyaknya hantaman pohon yang datang, membuat tongkat yang menjadi pegangan Viole terlepas.

Lihat selengkapnya