Aku melangkahkan kaki malas dan bergegas masuk ke mobil El. Yah, seperti biasa, aku diturunkan supir di halte tempat biasa El dan Oji menungguku. Kami akan berangkat bersama ke sekolah. Jika sedang tidak mood belajar, kami akan nongkrong terlebih dahulu. Intinya, aku bakal bebas ngapain aja kalau sudah lepas dari pantauan kakak-kakakku.
Bosan. Itulah yang setiap pagi aku rasakan. Dimulai dari bangun pagi dengan segala paksaan, dituntut untuk menjadi perempuan yang natural, dan terakhir, diancam untuk naik ke pelaminan sebelum mereka jika terus-terusan bermasalah.
Kan, gila! Kayak mereka ngga pernah muda aja. Pada sok tertib semua.
"Lagi?" Tanya Oji saat menolehkan wajah ke belakang. Ia tentu sudah paham karena ekspresi wajahku begitu kusut sejak awal. El yang berada di posisi sopir menatapku prihatin dari kaca depan.
"Sabar, ya. Aku yakin semua ada hikmahnya," gumam Oji kemudian. Seperti biasa, tak ada manfaat.
"Yaudah, gimana kalo kita nongkrong ke Mbok Jah lagi hari ini?" Tengah El menanya usul.
Kantin Mbok Jah adalah kantin yang paling sering menjadi pelarian siswa-siswi di sekolahku jika sedang malas masuk kelas. Letaknya di pojok sekolahan. Para guru sangat jarang datang ke sana karena jaraknya yang begitu jauh dari kantor.
Berbicara tentang sekolah, saat ini aku bersekolah di Balliant High School atau biasanya disebut dengan BIHAS. BIHAS bukanlah sekolah terpopuler, tapi tetap masuk ke dalam kategori tersebut. Urutan ke-7 kalau tidak salah.
"Aku mah terserah kalian. Yang penting jam pelajaran ke-3 kita udah balik. Ada ulangan kimia yang nilainya akan diambil untuk ujian." Jawaban Oji lagi lagi membuatku dan El menatapnya halus.
Berhenti mikirin pelajaran dong, Ji. Kali ini aja. Begitulah kira-kira responku dan El dalam hati.
Oji yang mulai mengerti maksudnya langsung menyangkal cepat, "Ikutin aja. Nanti kalian bakal paham kenapa aku bisa kayak gini."
*****
Geng Gengstar tiba di kantin Mbok Jah. Tanpa harus memberi aba-aba kepada si Mbok, beliau langsung datang mengampiri kami dengan membawa 3 botol Tebs.
Mbok Jah emang paling ngerti.
"Stok Tebs nya udah habis. Ini yang terakhir," gumam Mbok Jah saat kami ingin menyesap minuman yang sudah ada di hadapan kami.
"Hah? Maksud Mbok Jah gimana?" Tanya Oji tidak mengerti. Aku dan El bertukar pandangan, lalu menerka-nerka sesuatu yang tidak beres akan terjadi.
"Kalian ngga akan kemari tanpa Tebs, kan?" Tepat sasaran dan dimengerti. Mbok Jah menginginkan kami berhenti berlangganan di sini.