Bar Moonlight, Itaewon.
Hari ini terasa begitu buruk bagi Kwon Dae Hyeon. Setelah secara terpaksa mencampakan Min Ji, ia lalu mendapati kabar bahwa rencananya melanjutkan study akademi Kuliner di Eropa, ternyata harus gagal karena pemuda itu tidak lulus tes. Apa daya, mungkin inilah yang dinamakan sudah jatuh, tertimpa tangga.
Nasib memang tak dapat ditebak, ya. Sejauh ini, Dae Hyeon sudah mencicipi kegetiran hidup yang bertubi-tubi. Ia pikir, itu sudah cukup untuk mengisi lembar demi lembar skenario hidupnya.
Namun, pada kenyataannya. Tuhan masih belum puas.
“ Park Jin Young, apa kau tahu?”
Pemuda yang dipanggil Jin Young menoleh tidak peduli, sorot matanya ragu bertanya, “ Memang apa?”
“Hal yang paling kubenci di dunia ini adalah hantu. ”
Mendengar pernyataan itu, Jin Young sontak membekap mulut Dae Hyeon sementara orang-orang mulai melirik ke arah mereka berdua dengan tatapan aneh.
Dalam hati, Jin Young merutuk kesal. Pikirnya, percakapan tentang hantu tidak seharusnya terjadi di tempat umum begini, kan? Dasar Kwon Dae Hyeon ini, bodoh !
“ Joesonghabnida [1] Teman saya sudah mabuk berat,” Jin Young bangkit dan membungkuk rendah sebagai permintaan maaf ringan terhadap pengunjung bar lain yang merasa terganggu.
Dua orang pemuda setengah mabuk dengan tema percakapan tentang alam gaib. Sungguh unik bukan? Jin Young meneguk salivanya penuh rasa kesal.
Seharusnya ia mengajak Dae Hyeon minum di rumah atapnya saja ketimbang harus mempermalukan diri di depan umum begini. Jin Young menghela napas penuh penyesalan.
Padahal, sebenarnya Jin Young hari ini sangat kelelahan. Sekujur tubuhnya terasa remuk redam. Apalagi bagian lehernya, seharian terasa kaku. Banyak pelanggan Kafe zona mood yang kebetulan memilih berteduh di tengah hujan deras daripada harus terkena tampias air hujan di luaran sana.
Namun apa mau dikata, saat Jin Young hendak menutup bagian Kafe yang menjadi tanggung jawabnya sebagai barista senior. Ia mendapati sahabatnya tengah duduk termenung di tepian tangga besi yang menghubungkan kedua bangunan waralaba makanan itu.
Dae Hyeon terlihat sangat pucat pasi, matanya merah seperti habis menahan emosi yang sangat membara. Melihat kondisi sahabatnya yang mengenaskan, Jin Young paham bahwa Dae Hyeon sedang patah hati, oleh seorang gadis yang baru setahun pemuda itu kenali.
Jin Young mengerutkan kening penuh rasa heran. Bukannya tadi sore Dae Hyeon memesan dua gelas minuman dengan penuh antusias karena bertemu dengan kekasihnya di kafe ini. Tapi kok sekarang sahabatnya itu malah muram begitu, sih?
Namun ia tak menyangka bahwa dari dalam Dae Hyeon nampak lebih kacau dibanding yang terlihat. Jin Young yakin kalau pemuda itu hanya berlagak kuat saja. Pura-pura tegar padahal hatinya hancur berkeping-keping.
Maka solusi utamanya adalah minum. Semua orang tentu paham kalau minum Soju[2] adalah ide paling jenius dikala seseorang sedang berduka cita. Masalah dan segala keresahan duniawi seolah akan langsung hancur lebur hanya dengan menenggak cairan memabukan tersebut.
Berjarak cukup jauh dari kafe. Jin Young memutuskan untuk mengajak Dae Hyeon pergi ke daerah Itaewon, demi sahabatnya yang lebih tua tiga tahun darinya itu, Jin Young rela menghabiskan malamnya mendengarkan segala macam ocehan Dae Hyeon alih-alih merebahkan tubuhnya di ranjang empuk kesayangan.
Sayangnya, ide tersebut langsung ditolak mentah-mentah oleh Dae Hyeon. Pemuda itu berujar bahwa menghabiskan waktu di kelab hanya akan membuatnya mengenang bagaimana manisnya proses pertemuan pertamanya dengan Min Ji .
Jin Young mencebik, mendengar pernyataan tersebut, ia memutuskan untuk mengalah saja. Lalu beralih mengajak Dae Hyeon ke sudut-sudut Itaewon yang gemerlap oleh lampu-lampu hias. Disana ada sebuah bar tempat minum yang lumayan terkenal. Pikirnya, akan lebih baik menghabiskan waktu di bar daripada kelab.
Sepanjang berjalanan kaki menyusuri terotoar, Dae Hyeon terus menghela napas panjang. Membuat Jin Young ikut risih dengan perasaan tak karuan sahabatnya itu.
Udara dingin menusuk tulang, kedua pemuda itu mengeratkan mantel masing-masing demi menghalau dingin. Mereka hanya perlu berjalan kaki kurang lebih sekira lima menit lagi saja.
“ Udahlah, kenapa kau harus bersedih sih? bukankah kau sendiri yang meminta putus?” Jin Young menyerah, ia memarahi Kwon Dae Hyeon agar sedikit sadar diri. Biar tidak merasa jadi korban dalam kasus putus cintanya itu.
“ Aku tidak ingin putus.”
“ Ha?”
“ Tadi, aku melihat arwah jahat yang mengancam Min Ji. Jika aku tak meminta putus, hantu itu akan mengganggu Min Ji selamanya,” Dengan langkah lemas, Dae Hyeon menatap Jin Young dengan sorot mata yang layu dan tak berdaya.
Mereka akhirnya sampai di tempat tujuan. Keduanyapun masuk dan disambut oleh para pekerja paruh waktu. Sehabis menunjukan identitas[3],. Jin Young dan Dae Hyeon menduduki meja paling ujung Bar.
Bar itu kini kondisinya terbilang cukup ramai. Walau suara mereka masih tetap akan terdengar jelas. Dae Hyeon dan Jin Young masih dapat berkomunikasi tanpa halangan, suara mereka tak tertutupi kegaduhan suara pengunjung lain. Mereka berdua bebas mengobrol.
Sebotol soju dan tumis cumi-cumi disajikan diatas meja, Jin Young tahu betul bahwa menu yang tersaji akan kalah enak bila disandingkan dengan masakan Dae Hyeon.
Tetapi, ia tidak bisa memaksa seseorang yang tengah patah hati untuk menyuguhkan hasil masakannya hanya karena ia lapar, bukan? Padahal kalau diminta, bisa jadi Dae Hyeon akan bersedia dengan senang hati memasak untuknya.
Setelah menuangkan soju ke gelas kecil milik Dae Hyeon, dan begitupun sebaliknya. Jin Young mulai menyumpit potongan cumi yang kelihatan masih segar itu. “ Jadi apa masalahmu?”
“ Aku putus dengan Min Ji.”
“ Jeongmal? [4]” Jujur, Jin Young mulai muak. Dae Hyeon baru meneguk beberapa gelas saja. Tetapi kesadaran pemuda itu perlahan mulai hilang. Bukannya tadi ia sudah menyatakan putus dari Min Ji? Mengapa harus diulang lagi sih?
Tetapi Jin Young mengangguk saja. Membalas semua kalimat Dae Hyeon dengan intonasi datar pertanda malas memberikan respons.
“ Tadi kulihat kau sangat senang bertemu dengan Min Ji, ternyata kalian bertemu hanya untuk putus saja, ya?” Jin Young memang bertanya, tetapi lensa mata coklat dan fokus pikirannya hanya tertuju pada tumis cumi.
Benar, ia hanya pura-pura penasaran saja.
“ Mana mungkin aku tega mencampakan Min Ji ! Aku sangat mencintainya.”
Iya, iya, terserah kau saja. Jin Young memainkan sumpit di antara sela-sela jemarinya.
“ Lalu kenapa kalian putus? Kau dicampakan ya? Min Ji punya selingkuhan?” Dalam hati Jin Young terkekeh.
Dae Hyeon hanya meneguk minumannya. Tidak tertarik pada teman minum berwarna merah pedas di hadapannya. Biarkan Jin Young yang menghabiskannya, “ Mungkin, kau juga akan menganggapku labil. Bilang mencintai kekasihku, tidak ingin putus darinya. Tapi pada kenyataannya tetap mencampakannya juga. Namun, jika aku tak putus dengan Min Ji. Sosok roh jahat mengancam akan mengganggu kehidupan Min Ji seumur hidupnya.”