Telingaku berdengung saat mendengar kisah itu. Dari awal hingga akhir kisah mengalir, aku hanya bisa terdiam. Meremas jemari yang terasa dingin. Air mataku bercucuran seiring dengan isak tangis yang terdengar. Kepalaku berisik sekali kali ini. Banyak pertanyaan yang menari-nari di dalamnya dan sukses membuat pandanganku buram.
Kenapa harus aku dari sekian banyak manusia di bumi ini? Hal yang selama ini aku pikir terjadi dalam novel, nyatanya terjadi pada hidupku. Sungguh, aku berpikir semua ini mimpi atau ... prank? Namun, kepingan-kepingan puzzle itu mendadak memenuhi kepalaku. Hal yang membuatku menyakini semua ini nyata terjadi.
Yang tersisa sekarang adalah tubuhku yang terasa lemas dan bergetar hebat. Aku hanya bisa pasrah ketika pada akhirnya menerima pelukan dan ciuman bertubi-tubi dari dua orang yang sangat berarti untukku. Dua orang tersayang yang sangat berjasa dalam hidupku.
Keduanya memelukku erat, enggan melepaskan. Seolah-olah mereka takut kehilanganku. Membuatku merasa bahwa ... kehadiranku begitu didambakan. Aku bisa merasakan, air mata mereka turut membasahi kausku. Membuat air mataku mengalir lebih deras dari sebelumnya saat mendengar satu kalimat sederhana. Namun, bermakna lebih dari apapun di dunia ini.
"Kamu anak kami. Selamanya, kamu adalah anak kami."