Hari demi hari telah kami lalui. Di tengah kesibukan Mas Arden, dia tetap berusaha membantuku untuk mempersiapkan pernikahan kami. Walaupun banyak hal yang dia pasrahkan pada pihak Wedding Organizer dan Mbak Ara yang udah biasa menangani acara pernikahan.
Semua keluarga sangat antusias membantu mempersiapkan acara besarku. Mbak Ara dan Mbak Gina yang sabar menemaniku memasuki satu toko kain ke toko yang lain, demi mendapat kain yang ku inginkan. Mbak Ara yang semangat membuat sketsa baju pengantin, tuxedo, dan semua seragam yang akan dipakai keluarga. Dia bertekad akan menjadi MUA saat acara pernikahanku nanti.
"Rain, ini nanti ekor gaunnya dibikin panjang aja ya, biar kelihatan cantik?"
"Boleh. Ngikut Mbak Ara aja."
"Kok ngikut? Kamu request aja, pengin yang gimana. Kalau kamu nurut, Mbak malah bingung."
"Ya aku cuma pengin gaunnya terinspirasi dari gaunnya Elsa frozen sih!" sahutku.
Aku serius saat mengatakan hal itu. Ingin gaun pernikahanku terinspirasi dari gaun princess Elsa di film Frozen. Lalu, ingin dekor full bunga-bunga putih agar terlihat seperti salju.
"Ampun deh!" seru Mbak Ara. "Panjang ekor gaunnya tiga meter ya. Soalnya kamu pakai heels. Kalau ekornya pendek, jadi jelek nanti kalau pas jalan ke pelaminan."
Saat Mas Arden nggak bisa menemaniku bertemu vendor-vendor dan Wedding Organizer yang menangani acara pernikahan kami, Mas Reno dan Mas Revan bersedia menemaniku secara sukarela. Memastikan semua sesuai dengan planning dan nggak ada yang terlewat.
Mas Revan yang merangkai seperti apa acara yang ku inginkan. Seperti apa model baju yang akan dipakai oleh among tamu.
"Gimana, Mi? Among tamu cukup pakai kemeja batik panjang, atau pakai jas?" tany Mas Revan meminta pendapat pada Mami.
"Among tamu kan banyak ambil dari keluarga yang dituakan. Kalau pakai kemeja batik kok kayaknya kurang pas. Lebih baik pakai jas ya,” jawab Mami. "Kamu, Reno, sama Wahyu jadinya pakai kemeja panjang, kan?"
"Lho, Mi?" Aku terpaksa menyela. "Masa Raina udah kayak princess, Mami sama Papi juga pakai jas dan gaun. Among tamu pakai jas juga, masa kakak-kakak Raina pakai kemeja batik?" tanyaku.
“Kakak-kakakmu bakal ribet sama WO, Rain,” jawab Mami.
"Jangan lah! Kakak-kakak Raina harus pakai jas. Nanti kan kita ada foto-foto keluarga. Harus ciamik dong? Mami tega, lihat Mas Reno, Mas Revan, sama Mas Wahyu pakai baju batik kayak petugas WO?” tanyaku setengah melanyangkan protes. Kayaknya Mami udah pusing dengan persiapan pernikahanku, jadi nggak bisa berpikir dengan benar.
Mas Revan langsung tertawa keras seraya mengacungkan jempol. "Jos! Pinter kamu!"
Lalu, ada Mas Reno yang sibuk bernegosiasi sana-sini dengan para vendor. Yah, karena Mas Reno yang paling bersemangat jika bekerja di lapangan, jadi Mas Reno-lah yang bersedia mengantarku ke mana-mana.