The Golden Prince

Allen Nolleps
Chapter #6

Bab 6. Perburuan Pengkhianat

Ren membuka matanya, menatap langit-langit ruangan yang asing.

Bangkit dari tempat tidurnya, dia melirik sekitar, melihat kepada kamar sederhana tempatnya menginap.

Berjalan ke jendela kamar, Ren menyibakkan gorden, membawa lebih banyak cahaya masuk untuk menerangi kamarnya. Melihat ke luar, dia menemukan tampaknya hari sudah siang.

Mereka telah pergi, melaju dengan kuda, dan tiba di Kota Odeus sebelum pagi.

Meski awalnya mereka berniat untuk langsung mengejar orang yang terduga pengkhianat, Sir Cale berpendapat bahwa mereka harus singgah sebentar di kota, mencoba menggali informasi lebih banyak. Lagi pula, sejak awal, informasi keberadaan para pengkhianat ini tidak bisa sepenuhnya dipercaya.

Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk menginap di sebuah Bar yang memiliki fasilitas penginapan.

Menjadi yang termuda di kelompok, entah mengapa memberinya perlakuan khusus. Ren, meski ingin ikut andil dalam pengumpulan infromasi, mendapat penolakan dari Sir Cale, dan bahkan Sir Galahad. 

Yang terakhir, sebagai kesatria pribadi raja, jelas memiliki koneksi yang luas, menjadikannya kandidat terbaik.

Selanjutnya, Sir Cale ikut bersamanya, keduanya yang bergerak untuk mencoba mengumpulkan lebih banyak informasi perihal pelaku terduga pengkhianat ini.

Sedangkan dua lainnya, yakni dirinya dan Sir Orum, mereka diminta untuk tetap di penginapan, beristirahat. Lagi pula, terlalu banyak tangan yang ikut campur terkadang bukan hal yang baik. Sir Cale dan Sir Galahad sudah lebih dari cukup untuk hanya sekedar mengumpulkan informasi.

Ren, entah mengapa merasa bahwa keduanya mungkin mengira dirinya masih terlalu muda, masih kurang akan pengalaman. Meski berbakat dalam pertarungan, secara keseluruhan, sebagai pemuda yang baru menginjak usia 21 tahun, memang membuatnya tak memiliki jam terbang sebanyak Sir Cale, apa lagi Sir Galahad.

Ren tak menyukai perasaan itu, gairah untuk berkompetisi masih bergejolak di dalam darah mudanya. Tapi pada akhirnya, dia tak bisa melawan otoritas dari mereka yang merupakan seniornya. 

Meski sama-sama seorang Kesatria Master Pedang, Ren jelas menghormati mereka. Karenanya, dia hanya bisa dengan pasrah mundur dan memilih untuk beristirahat di kamarnya, mencoba mengisi jam tidur yang sebelumnya hilang akibat perjalanan ke kota ini.

Berjalan ke luar kamarnya, Ren turun ke lantai satu. Di sana, dia menemukan Sir Orum tengah duduk di salah satu kursi dekat konter bar.

Kedatangannya membuat kesatria senior itu menoleh kepadanya. Melirik dari atas ke bawah, Sir Orum terkekeh lucu. "Haruskah kau memakai baju besimu bahkan saat tidur?"

Ren yang berjalan mendekat, melirik kepada dirinya sendiri. Dia masih mengenakan armornya, bahkan saat sebelumnya tidur sekalipun. Meski normalnya ini tampak aneh, mengingat situasi mereka yang tengah menjalankan misi, Ren tak merasa enggan untuk menggunakannya. 

"Hanya untuk jaga-jaga, jika ada sesuatu, aku bisa langsung bertindak," jawab Ren, duduk di sampingnya.

Sir Orum menggeleng, meneguk minumannya dan berkata. "Kau terlalu berlebihan, para pengkhianat itu tidak mungkin ada di penginapan ini, kau bisa sedikit bersantai."

Ren hanya mengangguk tanpa menjawab. Melihat kepada seorang pria paruh baya yang merupakan Bartender dan juga pemilik tempat ini, Ren memesan makanan dan minuman.

Sementara Bartender itu masuk ke dapur untuk membuatkan pesanannya. Ren melirik ke sekitar Bar yang sepi, mereka telah menyewa seluruh tempat ini.

Tak lama, Bartender itu kembali, membawa pesanannya. Ren melirik makanannya, melihat beberapa potongan daging yang dililit dengan roti dan dilumuri saus — dengan tambahan dua buah kentang di sisinya yang sudah terbuka isinya, juga dilumuri oleh saus yang sama. 

Ren menelan ludahnya, tampilan dan aromanya terlihat lezat. Dia segera menyantapnya dan tak butuh waktu lama untuk menghabiskannya.

Puas dengan apa yang disantapnya, Ren melirik kepada Bartender. "Ini benar-benar enak, kau sungguh pandai membuatnya Tuan... em, boleh aku tahu namamu?"

Senyum tipis terbentuk di wajah pria paruh baya itu. "Namaku Juna, Tuan Kesatria. Dan terima kasih atas pujianmu, pujian anda adalah sebuah kehormatan bagiku Tuan Pangeran Emas, aku hanya memasak masakan yang menjadi kebanggaan kami, penduduk Kota Odeus."

Alis Ren terangkat, bertanya dengan penasaran. "Oh? jadi yang kumakan barusan ini adalah Balkiva? makanan khas Kota Odeus?"

Juna tersenyum bangga. "Benar Tuan, itu makanan khas kami, yang terbaik dan terenak di dunia."

Ren tersenyum melihat antusiasmenya. Meski terdengar berlebihan, dirinya harus mengakui bahwa makanan ini memang lezat. Namun, ini sebenarnya bukan pertama kalinya Ren memakan makanan ini.

"Aku tidak mengerti, aku sudah pernah memakan Balkiva di ibukota, tapi kenapa sangat berbeda? Daging itu, bukankah seharusnya dipisah dari rotinya? kenapa digabung menjadi satu?"

Mendengar pertanyaan Ren, Bartender itu menunjukkan wajah tak senang. "Tuanku, tolong jangan samakan kami dengan para kapitalis itu. Mereka hanya mementingkan keuntungan, sementara kami melihat Balkiva sebagai budaya kami, bukan sebagai komoditas dagang."

Ren tersenyum kecut mendengarnya. "Lalu bagaimana dengan sausnya, ini terasa lebih sedap?"

Juna kembali tersenyum. "Tuanku, mengingat kota ini berdekatan dengan pegunungan Greenland, tempat yang menjadi sumber terbaik akan rempah-rempah, kami disini mendapatkan bahan terbaik dan yang paling segar — ini dibuat langsung oleh penduduk asli sini, tolong jangan samakan dengan saus yang dibuat di dapur para kapitalis itu."

Ren menggelengkan kepalanya, tak kuasa akan jawabannya yang begitu bangga dan sinis pada para pedagang di ibu kota.

Mengobrol sebentar, pintu Bar terbuka dan Ren melihat dua orang yang baru saja masuk, memakai jubah yang menutupi tubuh dan wajah mereka.

Di dalam, keduanya segera membuka tudung jubah dan menunjukkan wajah masing-masing, itu adalah Sir Cale dan Sir Galahad.

Saat keduanya berjalan mendekat, Juna berinisiatif bertanya. "Apa kalian ingin makan atau minum sesuatu Tuan-tuan?"

Sir Cale menoleh, tersenyum ramah. "Tentu, aku ingin memesan privasi, jadi... bisa tolong beri kami privasi Tuan?"

Wajah Bartender berubah serius, dia tahu bahwa apa yang akan para kesatria ini bicarakan adalah sesuatu yang penting. "Baiklah Tuan, kebetulan aku harus mengurus persediaan untuk hari esok, aku akan kembali lagi nanti."

Dengan itu, dia berjalan pergi ke belakang, meninggalkan keempatnya sendirian.

Ren bertanya dengan serius. "Bagaimana situasinya Sir Cale?"

"Yah... aku dan Sir Galahad sudah memastikan, informasi itu memang benar, kedua orang itu adalah Sir Damien dan Sir-"

"Jangan sebut mereka dengan gelar Sir." Sir Galahad memotong Sir Cale. "Mereka bukan lagi seorang Kesatria, hanya pengkhianat yang menunggu hukuman."

Sir Cale mengangguk ringan. "Tentu Sir Galahad." lalu melanjutkan. "Kedua pengkhianat ini, Damien dan Noel, terlihat bergerak ke arah timur."

Berjalan ke salah satu meja pelanggan, Sir Cale mengeluarkan gulungan kertas dan menyibakkannya di atas meja.

Ren dan yang lainnya mendekat, melihat kepada peta. Sir Cale menunjuk. "Kemungkinan mereka berniat untuk melewati pegunungan Greenland dan tiba di Kerajaan Samoris."

Ren mengerutkan kening. "Kenapa harus melewati pegunungan? ada jalan yang lebih mudah untuk masuk ke Kerajaan Samoris, mereka bisa melewati sungai."

Lihat selengkapnya