The Golden Prince

Allen Nolleps
Chapter #7

Bab 7. Mata Dibalas Mata

Bersembunyi di balik semak dan pepohonan rimbun, Ren dan Sir Galahad menunggu, mengantisipasi pertarungan yang sudah di depan mata.

Keduanya sudah ada di posisi yang ideal, karena tak jauh dari mereka, ada dua orang yang sedang duduk, menyalakan api, tampak tengah beristirahat.

Menatap keduanya yang berjarak sekitar sepuluh meter darinya, Ren segera melihat wajah-wajah yang familiar, itu adalah Damien dan Noel, mantan rekannya sesama Kesatria.

Damien adalah pria yang sedikit lebih tua dari Sir Cale, berambut hitam panjang dengan mata hitam obsidian. Dia tengah duduk dengan pedangnya tepat di sampingnya.

Di depannya, ada pria paruh baya, berambut hitam pendek dengan mata coklatnya yang kini tampak fokus menatap wajan, memasak sesuatu di atas api. Itu adalah Noel.

Ren menarik napas dalam-dalam, menguatkan diri. Meski dia tidak begitu akrab dengan keduanya, mereka tetap pernah menjadi rekannya. Dirinya jelas kecewa atas upaya pengkhianatan keduanya. Tentu, dia tidak akan ragu untuk memberi hukuman yang pantas, bahkan jika itu adalah kematian.

Menatap lebih jauh, ke area gelap di sisi lain hutan. Meski tak melihatnya, Ren yakin bahwa Sir Cale dan Sir Orum juga sudah ada di posisi. Ketika waktunya tiba, keempatnya akan secara serentak maju untuk mengatasi target masing-masing.

Ren melihat Sir Galahad memberinya kode untuk bersiap, penyergapan akan segera dimulai. Tangan Ren mengeras di gagang pedang, siap mencabutnya dan langsung memberikan serangan mematikan.

Namun, matanya melebar saat secara tiba-tiba, targetnya, Damien, justru yang bergerak lebih dulu — dia menerjang ke arah mereka, sambil mengayunkan pedangnya yang diselimuti Aura Pedangnya yang berwarna hitam.

Ren sudah menghunus pedang, menyelimutinya dengan Aura Pedangnya sendiri yang berwarna emas. Namun, Sir Galahad bertindak lebih cepat, dia menebas pedangnya, memblokir serangan Damien.

Suara denting yang kuat bergema di hutan yang sepi. Tapi itu bukan satu-satunya suara konfrontasi, karena tak lama, Ren mendengar suara dentingan pedang yang lain.

Menoleh, Ren melihat bahwa yang bergerak bukan hanya Damien, Noel juga melakukan serangan tiba-tiba ke arah kelompok lain. Namun, sepertinya Sir Cale telah memblokirnya, karena di kejauhan, dia melihat pancaran rona biru, yang merupakan warna Aura Pedangnya.

Damien, yang serangannya diblokir, melangkah mundur, mengambil jarak. Melihat keduanya, dia tersenyum. "Wah wah... aku tidak ingat mengundang tamu, bolehkah aku tahu, atas dasar apa tuan-tuan ini datang ke kemah kecilku?"

Sir Galahad mengacungkan pedangnya, terselimuti oleh Aura Pedangnya yang berwarna merah. "Mantan Kesatria Kerajaan Artia, Damien El Raguel, kau dinyatakan bersalah atas tuduhan pengkhianatan terhadap mahkota — serahkan dirimu untuk diadili di ibu kota, atau kau akan dieksekusi di tempat."

Mendengar deklarasinya, Damien tersenyum sinis. "Serahkan diri dan diadili di ibu kota? maksudmu berakhir di tiang gantung?"

"Itu adalah hal yang pantas kau dapatkan. Jika kau masih memiliki sedikit jiwa kesatria, maka menyerahlah, terima hukumanmu dan mati dengan terhormat."

"Hahaha... mati dengan terhormat?" Damien tertawa keras. "Kau serius dengan kata-katamu? dimana letak kehormatannya saat eksekusimu menjadi tontonan publik? kau benar-benar sudah gila Galahad."

"Jadi kau akan melawan?" Sir Galahad, dengan nada mengancam bertanya, bahkan menambah intensitas Aura Pedangnya, membuatnya tampak lebih berbahaya.

Namun, tanpa merasa terintimidasi sedikit pun, Damien menyeringai. "Hehe... kenapa kau tak mencoba mengambil kepalaku sendiri, Pak Tua?"

Sir Galahad, dengan ekspresi tenangnya yang tidak berubah, berkata. "Kalau begitu, maka aku akan mengeksekusimu di-"

Sebelum kata-katanya selesai, Damien sudah menerjang, mengayunkan pedangnya yang diselimuti rona hitam. Ren segera maju, mengambil inisiatif dan memblokir serangan — tak sampai disitu, Ren memutar tubuhnya dan memberikan tebasan ke samping.

Damien mundur untuk menghindar, namun pemuda di depannya dengan gesit mempersempit jarak dan kembali menyerang.

"Kau benar-benar merepotkan bocah, aku seharusnya membunuhmu sejak dulu." Damien mencoba menangkis dan menghindari setiap serangan.

"Sayang sekali itu tidak akan mungkin," kata Ren, tanpa menghentikan rentetan tebasannya. "Karena kau lebih lemah dariku."

Wajah Damien berubah muram, dia meningkatkan auranya dan menyerang tanah, membuatnya retak dan menghancurkan momentun rentetan serangan Ren — yang terakhir mundur beberapa langkah, menatap waspada.

"Ayo! aku ingin lihat sekuat apa Pangeran Emas-"

Sebelum Damien menyelesaikan kata-katanya, Sir Galahad sudah maju menerjang, mengayunkan pedangnya yang diselimuti rona merah, tampak berbahaya.

Damien menghindar ke samping. Namun, Ren sudah tiba di depannya, melepaskan tebasan tajam. Dia memblokirnya, dan mundur dua langkah akibat dampak benturan.

'Cih! ini merepotkan.' gerutu Damien, melihat dirinya terpojok.

Melawan dua Master Pedang di saat yang bersamaan terlalu berlebihan, apa lagi, keduanya bukanlah Master Pedang biasa.

Membuat keputusan, Damien mencoba bertahan sejenak, menghindar, menahan dan sedikit memberi serangan balasan meski tak banyak. Dirinya telah menerima beberapa goresan di tubuhnya, bukan luka serius, tapi tetap menjengkelkan.

Sampai akhirnya, dia melihat kesempatan. Menguatkan kakinya, Damien segera mendorong kuat, melesat cepat dan mengangkat pedangnya.

Melihat Damien ke arahnya, Ren bersiap akan serangan. Namun, pria itu tidak menyerangnya, gerakan pedangnya hanya gertakan, dia melewatinya dan berlari menjauh ke belakang.

"Sial! dia lari!" Ren berseru.

Sir Galahad langsung mengejarnya. Ren juga akan bergerak mengikuti, namun terhenti di tengah jalan. Berbalik, dia melihat pertarungan di sisi lain.

Sir Cale dan Sir Orum tengah bertarung melawan Noel. Dentingan pedang dan pancaran warna Aura Pedang mereka beradu, mengisi hutan dengan suara bising pertempuran dan segala hiruk pikuknya.

Seolah merasakan tatapannya, dikejauhan, Sir Cale berseru. "Kejarlah! yang ini akan kami urus, kau kejar targetmu!"

Seruannya tampak menyadarkannya, Ren tanpa ragu berlari, menyusul Sir Galahad. Seiring jauhnya dia bergerak, semakin pudar juga suara pertempuran di belakangnya.

Butuh waktu beberapa saat baginya untuk menyususl Sir Galahad. Sulit untuk melihat pergerakan mereka karena kondisi malam dan betapa rimbunnya hutan. Syukurnya, sesekali akan terdengar suara denting pedang, membuatnya tahu harus pergi ke arah mana.

Ren melihat keduanya tengah bertarung di dekat tebing. Ren berlari memutar, mencoba menyerang dari belakang.

Lihat selengkapnya