Air panas pun mendidih
Bersama angin dan daun saling temu
Ketika aku sedang sedih
Kita pun saling bertemu
- Kelinci Emas -
IRENE mengenal Nathan saat kelas dua SD.
Saat itu, Nathan adalah seorang pendatang yang berasal dari Kepulauan Timur. Kulitnya hitam, rambutnya pun memiliki bentuk aneh seperti ular—menurut pendapat anak-anak SD saat itu (padahal itu rambut bergaya dreadlock)—terlebih, diantara anak-anak yang memiliki kulit putih, kuning langsat, atau cokelat, dialah yang paling mencolok, paling beda, paling hitam.
Anak-anak seumurannya saat itu mengejeknya habis-habisan karena kulit hitamnya. Tidak seperti kebanyakan anak yang apabila diejek akan lapor ke guru ataupun mengadu ke orang tua, Nathan cenderung tenang.
Dia selalu membalas ejekan teman-temannya dengan tersenyum, lalu setelah itu berkata, "iya, aku hitam dan aku suka. Kalau kalian tidak suka pun, aku tidak peduli, karena mau bagaimana pun, aku tetap ciptaan Tuhan. Mau manusia itu hitam atau tidak, pada akhirnya kita semua bakal meninggal 'kan?"
Kemudian, anak-anak yang mengejeknya pun diam.
Kalau dipikir dan diingat-ingat lagi, mustahil juga anak kelas dua SD mengatakan hal yang sebijak dan semenyeramkan itu 'kan?
Irene yang melihatnya pun tidak habis pikir—maksudnya ... bagaimana bisa? Dan bagaimana caranya dia mengatakan hal itu dengan percaya diri di depan anak-anak yang telah mengejeknya?
Kalau Irene menjadi Nathan, dia yakin kalau dia tidak akan seberani itu. Dia pasti akan menunduk, menangis, lalu kemudian berlari ke rumah dan melaporkan hal ini ke Bunda.
Namun syukurnya, Irene tidak pernah mendapat penindasan apa pun. Dia hanya dimarahi sampai mentalnya ciut, ataupun ditipu dan dimanfaatkan karena dia terlalu baik.
Baiklah, kembali ke Nathan.