Disaat patung bentuknya lain
Si gerabah pun kembali meramu
Ketika kau bersama yang lain
Ku jadi ingin bersamamu
- Kelinci Emas -
"HEI, biasanya anak yang tidak peka akan menjadi peka kalau seseorang yang menyukainya, mengatakannya secara langsung," ucap Olivia. Kakinya sibuk mengayuh sepeda sementara orang yang dia ajak bicara diam saja.
Pagi ini, bukan hanya mereka berdua yang menelusuri jalanan Yohans dengan sebelah kanan lanskap yang langsung mengarah ke Danau Yohans, tapi, murid yang lainnya juga.
Murid-murid SMP di Kota Yohans kebanyakan memakai sepeda daripada motor. Itu karena pemerintah Kota Yohans sangat melarang anak-anak di bawah umur untuk mengendarai kendaraan tersebut, dan peraturannya pun bisa dibilang sangat ketat.
Untuk meminimalisir anak-anak nakal yang ngotot ingin mengendarai motor, pemerintah pun membuat peraturan baru dan membagikan sepeda gratis kepada anak-anak, agar mereka tidak mengendarai motor, dan pada akhirnya, sekolah mana pun di Kota Yohans memperbolehkan para muridnya untuk membawa sepeda ke sekolah sebagai kendaraan pulang-pergi. Entah itu jenjang SMP, MI, SMA, SMK, Sekolah Asrama, dan lain-lain.
Sampai akhirnya, setiap pagi, jalanan Yohans akan ramai oleh sepeda yang ditumpangi anak-anak sekolah. Agak bisa membuat macet dan membuat pengendara lain seperti mobil atau motor sulit untuk lewat dikarenakan peraturan baru Kota Yohans yang mengutamakan anak-anak yang bersepeda. Namun setidaknya, Yohans jadi bebas polusi dan udara di Kota Yohans pun sejuk berkat peraturan ini.
"Kau yakin tidak akan mengatakannya? Aku dengar, Nathan disukai oleh beberapa gadis, lho."
"Ya-yang benar?" Irene langsung menoleh begitu mendengar lanjutan dari perkataan Olivia. Olivia mengangguk, dan dengan sesekali dia balas menyapa orang-orang yang mengatakan kata 'permisi' dengan bunyi bel sepeda. Ya, di jalan ini, bukan hanya ada mereka berdua. "Iya, sebenarnya itu hanya rumor, sih. Beberapa waktu lalu, saat aku sedang main, Melvina bilang padaku dan yang lain, kalau Nathan disukai oleh seorang gadis yang sangat cantik. Kau tahu Cherry? Gadis cantik yang populer itu? Dia juga menyukai Nathan!" Olivia berbisik diakhir dengan sedikit heboh. Dia tidak ingin murid lain yang ada di belakangnya mendengar hal ini.
Murid yang ada di belakang—yang sedang mengayuh sepeda, sama seperti Olivia dan Irene—merupakan murid yang sama di sekolah. Itu terbukti dari motif batik dan rok biru dongker yang mereka kenakan, sama seperti Irene dan Olivia.
"Ba-ba-bagaimana bisa?" tanya Irene, tidak menyangka. Olivia mendecak, "tentu saja, bisa! Meski tampang Nathan biasa-biasa saja, tapi para cewek menyebutnya green flag berjalan. Cowok seperti Nathan itu langka! Dia bisa nge-treat anak-anak cewek dengan sangat baik, dan beberapa cewek bahkan beberapa kali ngepergok Nathan sedang bekerja di bengkel dan membantu Ayahnya."
Irene melotot. "Nathan bekerja di bengkel?!"
"Iya, kau baru tahu?" tanya Olivia. Irene mengangguk patah-patah. Olivia meringis. "Astaga, sudah suka, tapi dapat saingan pula, makanya jangan terlalu nolep! Akibatnya orang yang kau suka, jadi disukai orang lain 'kan?" cerocos Olivia, sebal dengan sifat kakaknya yang cenderung introver.
Irene diam. Tentu dia tidak tahu hal ini karena dia selalu berada di rumah. Terlebih, dia tidak tahu dan tidak menyangka kalau Nathan yang biasa saja akan disukai oleh gadis lain. Irene kira, hanya dia yang menyukai Nathan, tapi rupanya tidak!
Ada beberapa gadis lain yang menyukainya. Meski Olivia tidak menyebutkan semuanya, tetap saja hal itu membuat Irene ketar-ketir. Irene memang tidak terlalu heboh saat mendengarnya—meski nyatanya dia menaikan volume suaranya sedikit—tapi, mendengar pujaan hatinya disukai oleh orang lain membuat hatinya berdenyut dan meronta kesakitan.
Irene bisa saja mengutarakan perasaannya saat jam istirahat atau pulang sekolah, tapi masalahnya dia tidak berani! Bagaimana kalau Nathan menolaknya?