Kau dan gadis bernama Anya
Sedang pergi ke Madina
Membuatku bertanya-tanya
Buat apa kau ke sana?
- Kelinci Emas -
BEL istirahat berbunyi nyaring. Irene pun memasukan buku geografinya setelah sang guru meleos keluar kelas. Kepergian sang guru pun diikuti oleh murid-murid lain yang juga lapar karena perutnya minta diisi.
Satu buku sudah dimasukan, tinggal dua buku lagi. Baru saja buku kedua dimasukan ke dalam tas, Irene sayup melihat Nathan pergi keluar bersama satu teman lelakinya.
Irene cepat-cepat memasukan satu bukunya yang lain ke dalam tas dan meresletingnya dengan cepat. Dia melakukannya dengan sangat heboh sampai Olivia melirik heran ke arahnya.
Satu buku sudah dimasukan, tas pun sudah diresleting dengan baik, dan dia pun berdiri. Waktunya menyusul Nathan.
"Kau ini kenapa?" tanya Olivia. Sekarang dia sudah berdiri tepat di depan kakak kembarnya, membuat sang kakak telonjak sejenak. Olivia agak penasaran dengan tingkah kakak kembarnya yang heboh karena biasanya Irene selalu bersikap tenang dan kalem, tapi sekarang, entah kenapa Olivia merasakan dan mendeteksi sesuatu yang aneh dengan kakaknya, sebuah keresahan.
Irene terdiam. Dia tidak mungkin mengatakan pada adik kembarnya kalau dia hendak membuntuti Nathan dan Cherry. Irene bukan orang yang ingin tahu urusan orang lain, tapi kalau Nathan, rasanya lain lagi ceritanya.
"A-aku mau ke toilet," bohong Irene. Irene tidak bisa berkata jujur karena dia murni tidak ingin Olivia terlibat dalam masalahnya. Nathan akan berbicara dengan gadis lain, gadis yang lebih cantik daripada dirinya dan Irene sangat ingin tahu hal itu. Irene berharap kalau apa yang akan mereka bicarakan bukan sebuah pernyataan cinta yang biasa ada di komik-komik anak perempuan.
Olivia ber'oh' paham. Sekarang, dia paham kenapa kakak kembarnya resah tak jelas begini.
"Baiklah, kalau sudah selesai, bergabunglah dengan kami di sudut kantin seperti biasa, ya," kata Olivia, dengan tersenyum. Irene mengangguk dengan senyuman tipis. Gadis itu percaya!