The Golden Rabbit

Dreamerity
Chapter #11

Kelinci 11: Cerita Bunda

Penjual kue putu

Berada di bukit Mariam

Ketika kau melihat sesuatu

Berkata baik, atau diam


- Kelinci Emas -


IRENE masih mematung di tempat. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Pemuda dengan telinga kelinci, memakai baju tradisional Sunda pula. Dia bahkan menatap Irene dengan mata sayu lengkap dengan senyum ramah dan hangat. Kontras dengan ekspresi Irene yang cenderung terkejut dengan wajah tegang.

Pemuda itu kemudian keluar dari semak-semak, mencoba mendekati Irene, dan bahkan penampilannya lebih mengejutkan lagi!

Kakinya ... kaki kelinci.

Kaki kelinci dengan ukuran kaki anak SD. Ukurannya pas dan nyambung dengan tubuhnya yang kecil dan ramping—makhluk setengah kelinci, setengah manusia.

Cahaya matahari menyinari wajahnya. Matanya yang emas menyala redup karena terkontaminasi dengan cahaya yang ada. Dia juga melebarkan senyumnya. "Apa penampilan saya mengganggu pengelihatan Anda?" Dia bertanya, makhluk itu bertanya! Dengan sopan pula!

Irene menegang sebentar. Dia bahkan mengatup rahangnya dan menggeleng kaku. Entah kenapa dia merasakan ada sesuatu yang tidak enak di sini. Terlebih, makhluk setengah manusia-setengah kelinci merupakan makhluk yang tidak pernah dia lihat, bahkan hanya sekadar mendengar kisahnya pun dia tidak pernah.

Karena gelengan kepala Irene itulah, makhluk itu pun memasang telunjuknya ke depan bibirnya yang tipis. Dengan masih tersenyum, dia berkata, "jangan ceritakan ... kemunculan saya kepada siapapun, oke?" tanyanya.

Irene mengangguk cepat. Atmosfer di sini semakin lama semakin tak enak. Makhluk itu memang menatapnya dengan tatapan sayu dan senyuman yang hangat, tapi rasanya, Irene merasa kalau makhluk itu tidak sedang tersenyum ramah padanya. Justru, senyuman mengintimidasi dan tatapan mengancam tertera di sana.

Anggukan Irene pun dipahami. Makhluk itu melebarkan senyumnya dan mundur ke semak-semak dengan perlahan. Wajahnya yang semula disinari matahari, kini tenggelam dalam gelapnya hutan. Matanya yang semula redup pun kembali menyala.

"Terima kasih," ucapnya, dengan sopan. Tangan sebelahnya mengusap kepala si kelinci emas dengan lembut.

Lihat selengkapnya