The Golden Rabbit

Dreamerity
Chapter #12

Kelinci 12: Kelinci Tersesat

Sakitnya hatimu

Bak dipatuk burung pelikan

Kalau kau tahu itu bukan hak-mu

Segeralah kembalikan 


- Kelinci Emas -


HARI Jumat adalah hari yang dinanti-nantikan oleh semua murid yang ada di sekolah, karena biasanya para murid akan pulang sekitar jam sepuluh. Meski mereka diberi waktu pulang jam segitu pun, jadwal belajar mereka jadi dimajukan menjadi jam tujuh pagi—karena biasanya mereka masuk jam delapan dan pulang jam satu siang.

"Selesai," ucap Irene, setelah dia mengikat kacu di balik kerah baju Pramuka Olivia. Olivia berbinar setelah kacunya terikat sempurna di kerah bajunya. Dia lantas melangkah ke cermin dan menatap dirinya sendiri. Dia juga sesekali tersenyum, kemudian berputar membuat rok Pramukanya berkibar karena gerak putarnya.

Ya, rok pramuka yang mereka pakai memiliki banyak rampel sehingga roknya mudah berkibar. Kelebihan lainnya adalah rok ini tidak ketat dan anak-anak perempuan yang memakainya bisa bergerak leluasa.

"Terima kasih, Kak Rene!" Olivia berseru, kemudian mengambil tas ransel yang sudah diisi buku tepat sebelum dia meminta Irene memasangkan kacu. Irene mengangguk kemudian mengambil tasnya juga. "Sama-sama, ayo kita berangkat."

Olivia mengangguk lalu pergi meninggalkan kamar, Irene mengekorinya. "Oh, iya. Karena kemarin Bunda tidak sempat memperbaiki rantai sepedaku, aku bonceng di sepedamu lagi ya. Kali ini aku yang menyetir, kau duduk saja di belakang," ucap Irene, sambil menutup pintu kemudian melangkah ke lantai bawah bersama Olivia.

"Apa maksudmu Bunda belum memperbaiki rantai sepedamu? Sepedamu sudah diperbaiki, kok."

"Hah?"

Irene bingung mendengarnya. Sekarang mereka berdua sudah menginjak lantai bawah. Olivia mendecak, "kau tidak dengar apa yang kukatakan kemarin? Nathan memperbaiki sepedamu!"

"A-apa?!"

Irene langsung berlari ke ruang depan, ruang yang biasanya digunakan untuk menyimpan sepeda. Ada tiga sepeda di ruangan ini, sepeda milik Irene, Olivia, dan Bunda. Sepeda milik Olivia memiliki model yang sama dengan sepeda Irene; sepeda keranjang dengan warna yang berbeda, warna merah muda milik Olivia sedangkan ungu milik Irene. Lalu Bunda memiliki sepeda ontel yang biasa dia gunakan untuk kegiatan sehari-hari, entah itu untuk pulang-pergi bekerja, ataupun pergi ke pasar. Bunda enggan membeli motor karena dia malas bayar pajak. Sepeda jelas lebih menyehatkan menurutnya, dan yang lebih penting, gratis—kecuali dibagian ban kempis, oli untuk melumuri rantai yang lepas, atau ban yang harus diganti.

Irene langsung berjongkok begitu dia sudah sampai di dekat sepedanya, dan benar. Dilihatnya rantai sepeda sudah berada di tempatnya semula. Tidak lepas lagi, dan dilihat dari permukaannya sepertinya sudah dilumuri oli.

"Kau mau diam saja atau langsung berangkat?" Olivia langsung bertanya begitu dia menaikan standar sepedanya. "Nanti saja kagumnya, cepat kita berangkat," tegasnya kemudian.

Irene mengangguk lantas berdiri dan menaikan standarnya. Dia pun memundurkan sepedanya seraya mengeluarkannya. Setelah sepedanya keluar, barulah dia melajukannya di atas ubin, kemudian meluncur di atas tanah seraya melewati pagar rumah. Keduanya melambai dan membunyikan bel sepeda begitu mereka sudah keluar halaman.

Bunda yang baru saja keluar rumah dengan segelas teh pun melambai balik ke arah mereka seraya menyerukan kata 'hati-hati'.

-

Baik Irene maupun Olivia, keduanya memarkirkan sepeda di tempat parkir sepeda, begitu pun murid-murid yang baru datang.

Beberapa teman dekat Olivia memanggil gadis itu, dan si empunya nama langsung menghampiri mereka. Berbeda dengan Irene yang cenderung baru menurunkan standarnya—karena di jalan, Olivia melajukan sepedanya dengan cukup cepat—dia pun merapikannya bajunya sejenak. Setelah selesai merapikan baju, barulah Irene menghampiri tangga yang kebetulan tangganya mengarah ke koridor sekolah, dan di tangga itu, dia melihat Nathan.

"Na-Nathan!"

Irene langsung berlari. Si empunya nama menoleh dan mendapati gadis berambut hitam panjang itu berlari ke arahnya. Dia pun berhenti melangkah agar sekiranya gadis itu bisa menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan, apalagi, dia berlari di pagi buta begini. Kalau dilihat dari jam tangannya, sebentar lagi bel akan berbunyi.

"Te-terima kasih sudah memperbaiki rantai sepedaku!" Irene langsung berseru setelah jaraknya dekat dengan Nathan. Nathan agak terkejut mendengar seruan gadis itu. Murid-murid yang kebetulan sedang naik tangga juga melihat ke arahnya—ke arah mereka berdua. Nathan tersenyum. "Sama-sama. Syukurlah, kau bisa menggunakan sepedamu lagi."

"I-iya, se-semua ini berkatmu ...." Irene berkata dengan pelan dan malu-malu. Dia sadar tadi dia berbicara terlalu keras, dan dia sadar juga tadi banyak orang yang melihat ke arahnya.

"Berkat Rene juga kok," balas Nathan. Irene menatapnya bingung. "Rene 'kan pendengar yang baik, makanya aku balas dengan ini," lanjutnya.

Lihat selengkapnya