The Golden Rabbit

Dreamerity
Chapter #14

Kelinci 14: Kelinci Tersesat (2)

Tinggal di pulau apung

Bersama si Amu

Ketika badai mengepung

Kuingin terus bersamamu


- Kelinci Emas -


"APA kau tahu kelinci emas yang tiba-tiba saja masuk ke kelas kita dan menghampiri Nathan? Kemarin, saat aku hendak ke rumah Antony, tiba-tiba saja dia datang lagi! Nathan yang membawanya, dan dia bilang kelinci itu tiba-tiba saja muncul saat dia hendak pulang dari pasar, dan dia juga bercerita padaku kalau kelinci itu mengikutinya, padahal 'kan sebelumnya sudah diberikan padamu."

"Ya ... kelincinya sudah diberikan padaku ...." Irene merespon dengan lesu. Percayalah, Irene tidak ingin mendengar apa pun yang berhubungan dengan Nathan. Dia ingin move on, dia harus move on.

"Lalu, apa kau mengandanginya dengan benar?" cecar Olivia. Irene mengangguk. "Bunda yang mengandanginya."

"Tapi kenapa masih lepas?" tanya Olivia. Irene menggeleng dengan lesu. Olivia kemudian menempelkan punggung tangannya ke kening Irene. Kepala Irene sekarang sudah ditutupi oleh topi sekolah—topi dengan simbol tutwurihandayani dengan perpaduan warna biru dongker dan putih bersih. Olivia juga memakai topi yang sama, dan murid-murid yang berlalu-lalang juga mengenakan topi yang sama. Hari ini adalah hari Senin.

"Tidak panas, apa kau betul-betul sakit? Tubuhmu lesu begitu. Jangan-jangan ini gara-gara kau yang terlalu keras pada dirimu sendiri kemarin," omel Olivia.

Terlalu keras pada diri sendiri? Kemarin? Ya, kemarin, di hari Minggu—sehari setelah Irene tahu kalau Nathan ada kencan yang artinya dia pergi bersama orang dia sukai, membuat Irene frustrasi. Setelah diingat-ingat lagi, Irene pun terkejut mengapa dia bisa bersikap seperti itu.

Membuat kue dan kukis dari pagi sampai sore, nyaris tanpa henti kalau saja Olivia atau Bunda tidak pulang dan menghentikannya. Akibatnya, Irene membuat banyak kukis dengan banyak toples dan beberapa kue serta bolu kukus. Bunda tidak khawatir mengenai bahan-bahan yang dipakai Irene mengingat Bunda pun tahu kalau gadis sulungnya menggunakan uang tabungannya untuk membeli bahan, tapi dia—maupun putri keduanya—tidak menyangka kalau Irene akan membeli banyak sekali bahan dan menggunakan semuanya, dan tentu yang dia khawatirkan adalah putri sulungnya itu!

Irene tidak pernah merasakan patah hati, tapi sekalinya patah hati, dapur sudah penuh dengan kukis, kue, dan bolu-bolu hingga nyaris tidak ada tempat atau lantai untuk perpijak.

Olivia yang saat itu hendak ke kamar mandi pun, terhalang kakinya oleh beberapa bolu dan kue.

Olivia tidak menyadari sumber rasa sedihnya, dan itu bagus, berarti Bunda tidak memberitahu. Karena biasanya anak ini akan peka perihal kenapa dia sedih dan akan dengan senang hati mau menghiburnya. Namun sumpah, untuk saat ini Irene tidak ingin dihibur. Dia ingin sendiri, tapi hari Senin dan upacara pengibaran bendera membuatnya tidak bisa sendirian.

 "Aku baik-baik saja." Hanya itu yang bisa Irene respon, dan dia harap setelah ini Olivia tidak bertanya lagi. "Kalau begitu, kau tidak boleh ikut upacara. Diam saja di kelas atau kalau tidak, kau bisa berbaring di UKS kalau keadaanmu memang tidak sehat," saran Olivia.

Lihat selengkapnya