The Golden Rabbit

Dreamerity
Chapter #19

Kelinci 19: Penyihir Kelinci

Peri itu melihatmu

Dan bersembunyi di ilalang

Mau sepusing apa pun hidupmu

Carilah jalan pulang

- Kelinci Emas-


HAL pertama yang Irene rasakan setelah dia terbangun adalah tubuhnya diikat oleh akar, dan rasanya seperti dililit sampai dia tidak bisa bergerak. Hal kedua yang Irene rasakan selanjutnya adalah dia terduduk di sudut, di sebuah ruangan kecil nan sempit yang mana di ruangan ini berisi perkakas, sapu, pel, dan lain-lain. Tak hanya itu, di beberapa sisi ruangan, Irene juga melihat jamur-jamur hijau menyala kecil yang entah ada berapa jumlahnya. Jumlahnya lumayan banyak, dan ukurannya juga kecil. Mungkin seukuran jempol orang dewasa.

Tiba-tiba, pintu yang ada di sebelah kiri terbuka, menyembulkan kepala Kang Satimé. Seulas senyuman lengkap dengan mata yang menyipit terpatri di wajahnya. Bagi Kang Satimé, itu adalah senyum terbaik yang bisa dia tunjukan saat ini, tetapi bagi Irene, itu adalah senyuman paling menyeramkan mengingat wajahnya saat ini disinari oleh cahaya hijau dari jamur-jamur kecil yang ada di sudut. Saking seramnya, Irene bahkan sampai meronta-ronta. Dia juga berkeringat, bergetar, dan akan menangis keras kalau saja dia tetap menatap wajah makhluk itu.

Kang Satimé buru-buru masuk, dengan diikuti oleh Margareth yang sedari tadi bersembunyi di belakang kakinya.

"Tolong jangan bergerak. Anda akan menyakiti diri Anda sendiri kalau bergerak," ucapnya, dengan menampilkan senyum khawatir. Irene menatapnya dengan takut. Air matanya mungkin sebentar lagi akan menetes. "I-ini di mana? A-apa yang akan kaulakukan padaku?"

"Saya tidak akan meng-apa-apakan Anda, tenang saja." Kang Satimé mengibaskan kedua tangannya membuat Irene menunduk diam. Tubuhnya gemetar. Dia takut dengan kemunculan Kang Satimé yang setengah kelinci. Kang Satimé tersenyum, mencoba hangat. "Apa Anda ingat, kita pernah bertemu?" tanyanya.

Irene yang semula menunduk, perlahan-lahan mengangkat kepalanya. Dilihatnya senyuman makhluk hibrida itu. "Kita bertemu di peternakan, ingat? Saat itu Anda mengejar Margareth—kelinci emas atau bawahan saya yang manis. Anda mengejarnya, dan mengira kalau dia berasal dari peternakan, dan setelah ditelusuri lagi, rupanya Margareth bukan berasal dari sana. Dia berasal dari sini."

Mendengar penjelasan yang lembut dan pelan itu, mata Irene kemudian mengarah ke kelinci emas yang sudah disebutkan oleh Kang Satimé. Margareth namanya. Nama yang mestinya diperuntukkan untuk bangsawan dari tanah empat musim. Bangsawan dari tanahnya para ratu. Bangsawan yang cantik nan bijaksana. Agak aneh juga setelah tahu kalau nama itu diperuntukkan untuk seekor kelinci.

"Na-namanya ... Margareth?"

"Iya, cantik 'kan? Pujaan hati saya yang menamainya," sahut Kang Satimé, sambil tersenyum lebar lengkap dengan pipi bersemu.

Irene menatap kelinci itu dengan intens. Dia jadi teringat kejadian sepulang sekolah dengan Nathan.

Ah, Nathan. Setelah mengingat namanya, Irene jadi teringat peristiwa di mana dia dan Nathan mengejar Margareth. Nathan berlari paling depan saat itu, paling cepat. Dia mengejar Margareth sampai akhirnya dia bisa menangkap kelinci ini. Irene ikut senang dan lega saat itu. Namun, sesuatu yang buruk terjadi.

Lihat selengkapnya