The Governess.
Sebuah istilah yang diperuntukkan bagi seorang wanita dalam bertugas mendidik dan mengasuh anak-anak di lingkungan rumah tangga pribadi, mirip dengan seorang guru privat atau tutor. Dalam julukan yang terdengar prestisius itu, tugas utamanya bukan hanya tentang mengajarkan pelajaran akademis atau membantu perkembangan sosial anak, namun juga memastikan sang anak belajar dengan baik dan tekun, menjadi pribadi yang mumpuni terutama pada anak usia sekolah sampai remaja, kira-kiranya usia 5 sampai 14 tahun.
Nadine yang berpendidikan cukup jelas tahu dan mengenal istilah tersebut. Hanya saja label nama pekerjaan sebagai 'The Governess' rasanya lebih cocok dipakai pada jaman dahulu, ketika para pengajar memakai gaun susun rapat dari leher sampai mata kaki dan mengangkat roknya tinggi-tinggi sembari memberikan salam kepada para anak asuh yang akan mereka ajari. Pada era modern seperti sekarang ini, lebih etis menggunakan nama guru, tutor, Miss, atau sebangsanya daripada julukan 'The Governess' yang jelas kedengaran ketinggalan jaman dan cukup kaku.
Namun bagi Nyonya Lyla Lawrence, panggilan dan sebutan 'The Governess' adalah sesuatu yang mutlak jika Nadine ingin menerima tawaran pekerjaan ini.
"Panggilan itu akan membuatmu terasa lebih eksklusif saat bekerja di sini. Seperti punya kebanggaan dan pride tersendiri karena telah menjadi pendidik terpilih bagi putri tunggal keluarga kami," ujar wanita yang duduk di hadapan Nadine itu sambil mengibaskan sedikit rambut potongan sebahunya yang bergelombang rapi, memperlihatkan kilauan anting berwarna emerald green dari balik telinganya.
Saat mendengar ucapan Lyla Lawrence ketika berbicara kepada dirinya, Nadine jujur saja ingin tertawa dalam hati. Dari cara bicaranya saja Nadine sudah dapat menebak bagaimana kolotnya wanita di hadapannya ini. Kolot? Oh, mungkin terlalu berlebihan menyebutnya seperti itu. Mungkin saja Lyla Lawrence memang adalah wanita yang punya kepribadian berpegang teguh pada nilai-nilai murni masa lalu, sesuatu yang biasanya orang-orang kaya selalu miliki.
Khas orang kaya. Old money.
Ah, lihat saja bagaimana kediaman rumah ini. Ini adalah pertama kalinya Nadine menginjakkan kaki di rumah dengan interior yang bukan hanya mewah dan megah, namun juga klasik. Untuk waktu sepersekian detik Nadine sempat menengadahkan wajahnya ke atas langit-langit ruangan dan melihat lampu chandelier dengan desain bunga kristal tergantung indah di sana, memuji betapa mengagumkan dan langkanya lampu tersebut tergantung di ruang tamu dengan elegan sehingga membuat hatinya tidak berhenti berdecak kagum sampai akhirnya suara Lyla Lawrence kembali membuyarkan lamunannya.
"Miss?" Lyla Lawrence nampak menatap ke arah Nadine dengan wajah bertanya apakah tamunya itu masih menyimak ucapannya, dan tatapan itu laksana cubitan dalam hati Nadine untuk lebih fokus lagi. Mendadak ia tidak punya nyali untuk menertawakan cara bicara dan pola pikir Lyla Lawrence lagi dalam batinnya. Ia tersadarkan sepenuhnya bahwa wanita yang sedang membahas tentang pekerjaan di hadapannya ini adalah Nyonya Lyla Lawrence, seseorang yang berasal dari keluarga berada terpandang kaya raya. Seseorang yang nampaknya cukup untuk memberikannya pekerjaan dan gaji memadai untuk bertahan hidup setelah segala kekacauan yang Nadine perbuat hingga membuatnya menjadi terlilit hutang dan harus berurusan dengan para rentenir jalanan mengerikan dan menguras tenaga.
Oh, membayangkan harus berlari dan kabur-kaburan dengan para rentenir jalanan itu saja rasanya sudah membuat letih. Nadine tidak ingin bertemu dengan orang-orang itu lagi, setidaknya untuk hari ini saja.