The GreenLand

FAALICIOUS
Chapter #1

Rumah

Warna kuning keemasan menodai pandangan matanya. Sinar matahari menembus sela-sela jendela kamarnya yang tidak terlalu luas. Tatjana terbangun dan mengejapkan matanya beberapa kali, mencoba memastikan apakah dia bermimpi atau tidak. Pagi yang cerah ini membuat suasana hatinya gembira dan bersemangat untuk menjalankan aktivitas. Setiap hari Sabtu, Tatjana biasa menikmati waktu luangnya untuk beristirahat di rumah dan membantu pekerjaan rumah ibunya. Sebelum memulai aktivitas, ia memulainya dengan sarapan keluarga, ayahnya sering kali tidak ada di rumah karena kesibukannya di kantor sehingga Tatjana terbiasa menghabiskan waktunya bersama ibu dan adik laki-lakinya.

Tatjana menikmati secangkir coklat panas dan dua helai roti beroleskan selai stroberi. Selesai sarapan, Tatjana bergegas membersihkan meja makan, merapikan piring dan gelas yang berada di meja lalu membawanya ke tempat cuci piring untuk ibunya cuci.

“Kak, tolong beresin kamar Mama yah,” kata ibunya sambil mencuci piring.

“Iya Ma, Kakak beresin,” seru Tatjana berjalan ke arah kamar orang tuanya. Tatjana memasukkan baju kotor ke keranjang lalu melanjutkan merapikan laci kecil di samping kasur. Matanya menangkap kilauan biru di dalam kotak bening, sebuah kalung bertali hitam yang lembut dengan liontin biru aqua berbentuk persegi panjang. Terlihat sederhana dan klasik, Tatjana yang mengoleksi kalung akhirnya meraih kalung tersebut dan mengenakannya lalu melanjutkan membersihkan kamar orang tuanya.

Setelah itu ia kembali ke kamarnya yang berada di lantai 2.

“Ahh akhirnya selesai juga bantu mama bersih-bersih rumah. Saatnya bersantai!”

Tatjana duduk di depan beranda kamarnya memainkan handphone untuk melihat grup chat miliknya dan sahabat-sahabatnya di rumah.

'Tjan, siang nanti kita main ke rumah lu yaa?' isi salah satu pesan dari Addara, temannya.

'Oh iya, boleh kok. Nanti kalian chat gua aja kalo udah sampe.'

'Ok Tjan, sampai ketemu nanti siang.'

Tatjana berjalan ke halaman depan rumah dan bersantai melihat pemandangan desa. Desa seberang rumahnya yang dibatasi oleh aspal dan sungai kecil berair jernih. Panorama desa dengan sawah hijau membentang dan hewan-hewan ternak yang menghiasi, membuat siapa saja yang melihat merasa damai. Ditambah dengan kicauan burung-burung kecil dari pohon-pohon rindang yang ada di rumahnya, membuat suasana semakin terasa nyaman. Hah, beruntungnya aku bisa tinggal di rumah yang cukup tinggi dengan beberapa anak tangga dengan pemandangan indah setiap harinya, pikirnya dalam hati menikmati hari liburnya sambil menatap pemandangan depan rumahnya.

Ketenangan yang damai tergantikan secara tiba-tiba dengan suara ibunya yang memanggil dari dalam rumah.

“Kak, sini Kak bentar.”

“Iya Maa, kenapa?”

“Sini dulu Kak bentar.”

Sambil mengelus dada, Tatjana berjalan ke dapur yang bersebelahan dengan tangga menuju lantai 2 dan berkata, “Ya Lord, cobaan apa lagi yang akan kau berikan di hari liburku yang tenang ini?” Sesampainya di dapur, ia langsung menemui ibunya.

“Kenapa Maa manggil sampe teriak-teriak? Biasanya juga nyamperin?”

“Tolong beliin garem sama lada dong Kak di warung, Mama lagi masak buat makan siang tapi garem sama ladanya abis ternyata.”

“Ya ampun Maa, kenapa gak nyuruh Azkar aja sih? Dia juga lagi diem aja tuh main PUBG, terus tv dinyalain tapi gak ditonton. Apa guna punya anak cowok kalo gak buat dimintain tolong? Malah nge-PUBG mulu.”

“Apaan sih lu? Lu aja sana pergi. Di depan juga cuma kek orang bodoh, diem doang. Palingan ngelamunin jodoh yang gak bakalan muncul,” Azka mencibir, tatapannya masih mengarah ke layar ponselnya.

“Sialan, walau gak punya pacar gua gak sengenes itu kali. Diemnya gua tuh berfaedah daripada lu yang cuma nge-game teriak-teriak sama hp.”

Lihat selengkapnya