Perjalanan yang pertama kali mereka lalui sebelum pulang adalah mendaki sebuah jalan landai yang sebelumnya mereka terjatuh akibar menghindari badai pasir yang menerjang. Namun ketika sampai di atas sebuah pemandangan yang aneh terjadi kembali. Hamparan tanah tandus yang luas sepanjang mata memandang berganti dengan hiruk pikuk kehidupan warga di desa. Beberapa dusun-dusun kecil menghiasi pemandangan mereka di pagi yang cerah ini. Aktifitas warga pada umumnya terjadi di sini. Ada yang sedang menjemur padi, transaksi barter bahan makanan, petani-petani yang mulai berangkat kerja dan lain-lain.
Tatjana dan sahabat-sahabatnya terdiam sejenak. Bagaimana tidak, yang tadinya hamparan tanah yang tandus seketika berganti menjadi rumah-rumah warga di desa. Mereka mencoba berjalan di keramaian tersebut dan menyapa beberapa warga yang lewat namun mereka semua tidak ada yang menjawab, seakan akan mereka seperti bayangan yang tidak terlihat.
“Kok aneh yah, mereka semua gak ada yang menoleh ke arah gua, padahal gua udah nepuk pundaknya. Tapi mereka jalan begitu aja.” Kata Cetta.
“Iya sama, gua juga. Malah main pergi aja, gua udah kek hantu tau gak. Gak keliatan sama orang-orang di sini.” Kata Addara yang mengerutkan bibirnya.
“Ya udah kita jalan lagi aja, siapa tau nanti ada yang kita kenal.” Kata Shailendra.
Tidak seberapa jauh mereka berjalan, tiba-tiba Raymond berteriak dan menunjuk pada dua orang gadis kecil. Namun kedua gadis itu langsung pergi melarikan diri.
“Guys liat, itu anak kecil yang waktu itu dateng ke rumah si Tjana.” Sambil menunjuk ke arah dua orang gadis tersebut.
“Mana-mana.” Kata Samuel yang menyipitkan matanya sambil melebarkan pandangannya.
“Yahh mereka kabur.” Kata Raymond.
“Guys, sepertinya teriakan Raymond tadi berhasil menjadi pusat perhatian deh.” Kata Tatjana yang kebingungan melihat keadaan sekitar.
Semua warga desa tiba-tiba terdiam dan memandang ke arah Tatjana dan sahabat-sahabatnya. Mereka semua terdiam membisu dengan tatapan keheranan. Semua warga memandang dengan tatapan tajam yang seakan mencekam. Lalu secara bersamaan, tanpa di duga semua warga itu langsung menarik tangan Tatjana dan sahabat-sahabatnya dan memisahkan mereka menjadi dua kubu. Mereka di sekap di salah satu rumah warga tanpa alasan yang jelas.
Tatjana bersama dengan Chavali, Raymond, Hayfa dan Dean di pisah dengan sahabat-sahabatnya yang lain yang entah di mana keberadaannya sekarang.
“Guys ini kenapa kita di tarik tadi? Udah gitu tatapan semua warganya serem banget lagi.” Kata Raymond.
“Mungkin karena tadi lu teriak Ray.” Kata Chavali.
“Masa sih?” kata Raymond. “Tapi kan, waktu kita coba sapa warga aja kita di hiraukan, masa pas gua teriak mereka langsung sadar kita ada.”
“Kayaknya bukan karena lu teriak deh Ray,” kata Hayfa. “Kayaknya gara-gara kita liat dua gadis kecil yang ke rumah lu itu Tjan.”
“Tapi masa sih, emang kenapa kalau liat dua gadis kecil itu?” Kata Raymond.
“Mungkin disangka penculik kali kita hahaha.” Kata Dean sambil tertawa kecil.
“Bisa jadi sih, tapi gua gak yakin kalau alasannya itu,” kata Tatjana. “Dan lagi, kalau kita diculik sama warga kan harusnya mereka ngiket tangan kita. Tapi ini malah di biarin aja.”
“Bener juga yah, emang gak ada abisnya aja kita dari kemarin sial.” Kata Chavali sambil melihat-lihat ruangan tempat mereka terkurung. “Btw sekarang jam berapa? Kita udah cukup lama loh di sini. Dan kita juga harus keluar buat cari yang lain.”
“Udah jam 11 nih. Bener juga kata Vali, kita harus keluar cari yang lain,” kata Hayfa. “Di luar masih rame gak yah, kalo engga langsung kabur aja deh dulu.”
“Guys liat deh,” kata Chavali. “Jendelanya gak di kunci, kabur yuk.”
Akhirnya mereka berlima kabur melalui jendela yang berada di ruang tersebut. Namun betapa terkejutnya mereka saat tiba keluar, hiruk pikuk warga desa berganti dengan hamparan tanah tandus kembali. Tidak ada rumah lagi selain rumah yang mereka tempati sebelumnya saat di sekap oleh warga.
“Btw guys, kalau bentuknya kayak gini kita nyarinya gimana coba,” kata Dean yang melihat ke arah sekitar. “Kalau penuh sama rumah kan masih bisa nyari ke setiap rumah, nah ini gimana nyarinya coba?”
“Iya bener juga, gimana nyarinya coba. Mana gak ada satu pun warga yang lewat,” kata Chavali. “Gak mungkin kan kita tinggalin mereka trus pulang duluan.”
“Apa kita cari di tanjakan sana?” tanya Tatjana. “Siapa tau mereka juga udah keluar dan bentuknya sama kayak kita gini gak ada apa-apa, jadi mereka nyari ke hutan tandus.”
“Tapi itu jauh lagi Tjan jalannya.” Kata Dean.