Varis yang baru saja mendapatkan kemalangan akhirnya harus meninggalkan tempat kontrakannya itu. Tiba-tiba ia terpikirkan sebuah rumah kosong yang baru saja ia lewati, dan bermaksud menuju ke sana. Dengan menggunakan motornya ia pun bergegas ke sana.
"Rumah ini memiliki aura yang cukup kuat, sangat kusam dan tidak terawat. Mungkin jika aku bersihkan bisa untuk aku pakai tidur, lagipula rumah ini sepertinya sudah lama ditinggalkan," ucap Varis yang kini berada tepat di depan pintu pagar rumah tua itu.
Tiba-tiba seseorang melewati jalan itu menggunakan sepeda, seorang pria yang cukup tua sekitar 55 tahunan. Pria itu berhenti di seberang jalan dan mulai memanggil Varis.
"Pak? apa yang anda lakukan di sana? jangan masuk, di sana tempatnya sangat angker, banyak orang yang tidak kembali setelah memasuki rumah itu," ucap pria itu dan kemudian ia mengayuh sepedanya lagi seakan-akan ia ketakutan dengan aura yang ada di depan rumah itu.
"Hei tunggu, apa maksud anda?" ucap Varis berteriak karena melihat orang itu kini dengan cepat mengayuh sepedanya.
"Jalanan ini memang sepi dan bahkan dari tadi tak ada kendaraan satu pun yang melintasi area ini, dan lagi aku baru pertama kali melewati jalan ini. Apakah rumor itu benar, jika ada sebuah rumah misterius di daerah sini yang menyebabkan warga enggan menggunakan jalan ini?" ucap Varis yang kini melirik kembali ke arah rumah menyeramkan itu.
Kotor, kusam dan tak terawat, model rumah itu seperti rumah model kuno peninggalan jaman penjajahan belanda. Di samping rumah itu menjulang pohon asem yang begitu besar, aura mistis semakin terasa ketika Varis mulai melangkah mendekati pintu masuk.
"Sudah lama aku tak melihat rumah semacam ini, tetapi sepertinya memang makhluk yang ada di sini cukup kuat, auranya sampai membuat ku sedikit terganggu," ucap Varis yang semakin penasaran dengan isi yang ada di dalam rumah itu.
Jam masih menunjukkan pukul 14.30 waktu setempat, tetapi suasana di sekitar rumah itu seperti sudah hampir gelap. Tiba-tiba angin menyapu halaman yang ada di sebelah kiri ke kanan, bahkan angin itu membuat Varis harus menutup wajahnya. Karena tak ingin terkena hempasan debu dan sampah yang ada di luar, Varis akhirnya memasuki rumah itu. Ruangan gelap dan dinding yang sudah terkelupas ditambah lagi atap langit-langit yang sudah jebol memperkuat kesan mistis ketika memasukinya. Varis mengedarkan pandangannya dan mulai menilai satu persatu hal yang ia lihat.
"Wah rumah yang bagus, seharusnya rumah seperti ini dirawat agar bisa kembali cemerlang, seandainya aku bisa mengubah rumah ini, mungkin aku akan leluasa menonton Lisa tanpa takut privasiku terganggu," ucap Varis yang hanya memikirkan tentang Lisa.
Benar sekali, dia adalah seorang pria yang mesum, bahkan berkali-kali ia terkena tamparan rekan kerjanya karena sering meminta foto celana dalam yang dikenakan rekan kerjanya itu. Ia sangat termotivasi dengan belahan dada dan paha seorang perempuan yang seksi, baginya hal itu adalah kebahagiaan tiada tara.
"Baiklah kali ini akan ku rombak tempat ini menjadi istana fantasiku tiada tara, untuk menghasilkan sebuah karya yang luar biasa aku harus bekerja ekstra," ucap Varis mulai membersihkan tempat itu.
Ketika Varis hendak merapikan potongan kaca yang berserakan tiba-tiba sesosok menyeramkan muncul di balik punggungnya. Makhluk itu mempunyai mata merah menyala dengan gigi taring yang keluar dari mulutnya, rambutnya panjang menjuntai ke lantai, iblis itu menggunakan sebuah kain merah untuk menutupi tubuhnya. Varis membalikkan tubuhnya dan sekarang mereka saling bertatap wajah.
"Kuntilanak merah? bagus sekali, aku memang butuh bantuan di sini," ucap Varis terlihat bahagia.
"Eh?" kuntilanak merah itu merasa keheranan dengan yang dilakukan Varis, bukannya takut tetapi ia malah meminta bantuan pada kuntilanak merah itu.
"Hei kenapa kau diam? ayo bantu aku, aku tak mungkin membereskan ini sendirian, lagipula inikan tempatmu, kenapa tak kau urus? sini aku beritahu, perempuan iti tidak boleh malas, nanti jodohnya susah loh," Varis malah menceramahi kuntilanak merah itu dan nampak tidak ketakutan sama sekali.