The Guesthouse

Panji Pratama
Chapter #13

Bab 12 : Tempat Peristirahatan

Mereka berada pada kelompok dengan keberangkatan paling buncit. Merlian yakin jeda waktu dengan kelompok pertama, yaitu kelompok Rini dan Rizal hanya terpaut lima puluh menitan saja. Anehnya, perhitungan Merlian meleset. Seharusnya, jika melihat kecepatan kelompok Rini dan Rizal, mestinya sudah bisa disusul sejak sepuluh menitan lalu.

“Kukira, seharusnya kita sudah bisa menyusul kelompok pertama. Kau lihat pasangan Rini dan Rizal berjalan lambat. Sepertinya mereka memang sengaja melakukannya. Karena itu pula, aku yakin mereka tidak jauh dari depan kita.” Merlian terus saja bicara.

Sayangnya, kata-kata Merlian bak suara angin yang bisu. Bagi Alija, patnernya musik dari earphone adalah sarana komunikasi terbaik.

“Hei. Kau. Dengar gak sih? Dari tadi kau hanya mendengar musik saja. Sejak tiba di tempat ini, kulihat hanya kaulah yang tidak berniat dengan kompetisi ini?”

Wartawati itu terengah-engah. Tetap saja, bibirnya tidak berhenti berucap.

“Bagiku, menjauh dari kedua orang tuaku sudah cukup. Di tempat ini aku merasakan bebasnya kehidupan.” Kalimat yang keluar dari mulut Alija secara tiba-tiba itu cukup mengagetkan Merlian. Tidak disangka, perkataannya barusan langsung bisa menggambarkan betapa rumitnya latar belakang hidup sang mahasiswa.

Setelah itu, Alija kembali larut dalam kehidupan bebasnya sendiri. Begitupun dengan Merlian yang kelihatan komat-kamit sendiri. Bagaimanapun, keduanya masih kompak karena berjalan tidak saling berjauhan.

“Lihat sebuah gubuk,” Teriak Merlian. Mereka tiba di wilayah pos pertama tepat pada, saat bayangan tubuh mereka condong ke timur.

Alija melihat jam di ponselnya. Pukul 14.40. Jelang sore dan mereka baru sampai di pos pertama.

Lihat selengkapnya