Viena berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk dari luar jendela. Sepasang matanya berkedip beberapa kali, kemudian ia menyipitkan matanya. Melalui pandangan minim, sepasang bola matanya mengitari sekitar. Dia tampak kebingungan. Sebelumnya dia bisa terbangun, begitu mendengar suara samar di kejauhan.
Viena melakukan sedikit pergerakan. Dia langsung meringis begitu merasakan sakit pada bagian lehernya. Dia memegang pelan lehernya, kemudian perlahan melihat ke sekitar. Dia langsung sadar kalau dia sedang berada di tempat lain. Tempat yang begitu asing untuknya.
Viena mencoba berdiri, namun seluruh tubuhnya terasa kaku. Dia hanya bisa pasrah dan menunggu seseorang membuka pintu kamar. Tidak lama kemudian, seseorang muncul di balik pintu dan orang itu adalah Brody.
Raut wajah Viena langsung berubah. Ketakutan di wajahnya terlihat begitu kentara. Mendadak kejadian kilas balik muncul dan mengingatkan Viena betapa kejamnya seorang Brody. Viena langsung menjerit histeris dan tidak dapat mengontrol diri.
Brody yang melihat kelakuan Viena langsung menghampirinya. Secepat kilat dia mengerahkan kedua tangannya untuk menghentikan Viena. Suara bariton yang keluar dari bibir Brody membuat Viena diam seketika. "Diam atau kubunuh sekarang juga!"
Viena dapat merasakan tangan dingin Brody pada kedua pipinya. Degup jantung Viena berdetak begitu kencang. Dia merasa terintimidasi dengan tatapan tajam yang Brody berikan padanya.
Melihat Viena hanya diam saja, Brody akhirnya berkata, "Selama kamu menjadi wanita penurut, maka kamu akan aman." Brody kemudian melepaskan pegangannya pada wajah Viena. Dia menaikkan salah satu sudut bibirnya ke atas. Pada detik berikutnya, dia kembali bersuara, "Tapi, kalau kamu coba buat macam-macam di sini ... jangan harap kamu bakal selamat."
Brody merapikan jasnya, kemudian melirik ke arah Viena. Menatap Viena dengan tatapan meremehkan. Seakan-akan berkata Viena bukanlah apa-apa baginya. "Ingat. Kamu hanya beruntung. Jangan sekali-kali kamu coba buat keributan di sini dan membuatku muak." Tatapan Brody berubah menjadi semakin sinis. "Nyawa keluargamu, tergantung dengan bagaimana caramu bersikap."
Tanpa melihat reaksi Viena setelah mendengar ucapannya barusan, Brody langsung berbalik dan menghilang di balik pintu. Tidak lupa diakhiri dengan sebuah bantingan pada pintu kamar baru Viena. Lebih tepatnya penjara untuk Viena.
Rasanya begitu dingin dan suram tempat ini bagi Viena. Viena hanya dapat meremas selimut yang sedang menyelimuti setengah badannya.
**********
Brody, Sinta, dan Chiko kuliah di universitas yang sama, namun mereka mengambil jurusan yang tidak sama. Brody mengambil jurusan bisnis, Sinta jurusan akuntansi, sedangkan Chiko mengambil jurusan teknik informatika.