The Guy Brody

Huang Wiwin
Chapter #3

Part 2 Pelampiasan

Suasana di luar jendela terlihat sepi. Setiap hari hanya terdengar suara binatang dan kondisi cuaca alam di luar sana. Suara burung gagak dan beberapa suara seperti jangkrik dan serangga lainnya turut serta menemani area sekitar. Termasuk dengan suara gemuruh angin dan hujan selama beberapa hari ini. Suasana seperti itu sudah menemani hari Viena selama seminggu ini. Rasanya begitu mencekam dan suram. Bagi Viena tidak ada hari cerah, meski pagi hari selalu turut hadir menemaninya.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Viena. Mari muncul di balik pintu dengan sebuah nampan yang berisi sepiring nasi goreng dengan telur setengah matang menghiasi bagian atas dan segelas jus jeruk untuk Viena. Mari meletakkannya di atas meja, kemudian menghilang di balik pintu tanpa kata.

Viena teringat pertama kali dia melihat sosok Mari yang sudah lanjut usia. Awalnya dia mengira Mari dapat membantunya, tapi sayangnya Mari hanya memperkenalkan diri, kemudian melakukan pekerjaannya tanpa banyak ucapan keluar dari bibirnya.

Viena sempat keluar dari kamar dan pergi melihat-lihat ke sekitar. Dia mulai sadar Brody bukan orang sembarangan. Mulai dari kediaman tempat mereka tempati bukanlah tempat biasa. Lebih seperti penjara karena begitu tertutup, namun terkesan jauh lebih baik. Lantaran di dalam vila tampak mewah dan dilengkapi dengan banyak fasilitas. Salah satunya adalah tersedia kolam renang di dalam vila. Namun, bukan itu praduga terbesarnya, tapi yang paling mengherankan, di mana keluarganya tidak ada yang mencarinya dan bahkan setelah Brody membunuh orang, tapi dia tidak dipenjara atau mati.

Viena melihat Mari sedang berada di ruang tamu. Dia pergi menemui Mari dengan membawa nampan di kedua tangannya. Dia mengembalikan nampan itu dalam kondisi makanan dan minuman yang masih tersisa banyak. Bukan karena masakan Mari tidak enak, melainkan napsu makannya berkurang banyak sejak berada di tempat ini.

"Sebenarnya, kita sedang berada di mana?" tanya Viena.

Mari tidak menggubris pertanyaan Viena. Ia hanya menatap Viena dengan tatapan datar. Viena tidak menyerah. Dia berharap Mari mau memberinya informasi, meski hanya sedikit saja.

"Apa Anda sudah lama bekerja di sini?" Viena menatap Mari dengan penuh harap, "kalau iya, bisakah Anda membantuku? Meski hanya sedikit saja pun tidak masalah."

Suara langkahan kaki lebar mengisi keheningan selama beberapa detik. Sosok Brody hadir di antara mereka. Mari langsung pergi dengan membawa nampan tadi. Meninggalkan Brody dan Viena berdua saja.

Lihat selengkapnya