Viena ketahuan sedang melihat wajah Brody yang kembali menatapnya. Refleks Viena mengalihkan pandangan ke arah jendela.
“Mau sampai kapan lihat ke tempat lain?”
Pertanyaan yang dilontarkan Brody membuat Viena lantas kembali melihatnya.
Viena mendengus. “Seharusnya kamu tidak perlu nolongin aku.”
“Membiarkanmu mati di sana?”
Terkesan tenang, namun mematikan menurut Viena.
“Jangan mengatakan sesuatu yang mengerikan,” bantah Viena.
Brody mendekatkan tubuhnya ke tempat Viena, kemudian menyeringai. “Aku ini pembunuh. Kalau kamu lupa …” Brody berhenti sejenak, kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Viena, “aku bisa membunuhmu juga,” hingga tubuh Viena refleks bergerak ke samping agar menjauh dari Brody.
Menakuti Viena bukan keinginan Brody. Dia refleks melakukannya. Andai tidak begitu, dia berpikir Viena bakalan nekat untuk kabur lagi. Meski sebelumnya memang telah direncanakan olehnya, tapi dia tetap tidak mau kejadian seperti hari ini terulang lagi.
Brody menyingkir dari ranjang dan berdiri dengan benar. Brody sengaja menunjukkan pisaunya di depan Viena dan mengancamnya. “Kamu lihat ini?” Raut wajah Viena mendadak berubah menjadi pucat pasi, “terlihat kecil, tapi mematikan kalau disayat di leher seseorang,” lanjutnya sambil memainkan sedikit pisau yang berada di tangannya.
Melihat sosok Viena sudah begitu ciut, Brody pun menghentikan aksinya. Dia terkekeh melihat Viena, hingga membuat Viena malah semakin ketakutan.
“Jangan coba buat kabur lagi,” ungkapnya, begitu sudah berhenti terkekeh.
Fokus Brody beralih ke pakaian yang dikenakan Viena. Dia baru sadar kalau pakaian Viena sudah sangat kotor dan basah. Dia berjalan ke arah lemari pakaian dan mengambil asal pakaian dari dalam lemari dan melemparnya ke tempat Viena.
Melihat Viena hanya diam saja, membuat Brody jadi gemas. “Mau ganti sendiri atau kuganti?”
Belum sempat Viena bergerak, Brody sudah langsung menarik pakaian yang dikenakan Viena. Viena terburu-buru menutup bagian atas badannya dengan kedua tangannya.
“Anak kecil, aku tidak tertarik sama sekali denganmu.”
Terasa pedas di telinga Viena, tapi Viena tidak peduli. Viena dengan cepat menarik pakaian yang tadi dilempar Brody, kemudian memakai sendiri dari atas kepala dan kedua tangannya secara bergantian keluar dari dalam kaus. Viena sudah selesai mengganti pakaiannya.
Brody berjalan ke arah pintu keluar, lalu berbalik dan melihat ke tempat di mana Viena tengah berbaring dan turut melihatnya. Viena mendapat perkataan terakhir dari Brody, sebelum Brody keluar dan menutup pintu.
“Ingat, kamu hanya boleh mati di tanganku. Bukan mati konyol.”