The Guy Brody

Huang Wiwin
Chapter #16

Part 15 Amarah Brody

Brody membanting tubuh Viena di atas kasur dan langsung menindih tubuh Viena. Sekarang Brody sedang berada di atas Viena. Tatapan wajahnya terlihat begitu mengerikan, seakan mau memangsa Viena.

"Berani-beraninya kamu coba buat pergi lagi dariku!" jerit Brody di depan wajah Viena.

Viena refleks menutup kedua matanya rapat-rapat. Sekarang dia benar-benar sangat takut melihat wajah Brody.

Bukannya mereda, amarah Brody malah semakin menjadi-jadi. Brody lantas memegang erat dagu Viena dan mengangkatnya ke atas.

"Buka matamu sekarang juga!"

Sontak Viena membuka lebar kedua matanya. Lantaran Viena merasa sakit pada rahangnya. Viena juga takut, bila dia tidak menuruti perintah Brody, Brody bakalan bertambah marah.

Raut wajah Brody yang melihat Viena tampak begitu mengerikan. "Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Baik sekarang maupun sampai kapan pun. Jangan harap kamu bisa pergi dari tempat ini!"

Brody tiba-tiba memajukan wajahnya, hingga jarak di antara mereka berdua hampir tidak berjarak. Suara deru napas mereka saling bertabrakan.

Tanpa ba-bi-bu Brody sudah melahap dengan rakus bibir Viena. Sepasang mata Viena membelalak. Viena langsung meronta-ronta dengan cara memukul tubuh Brody, namun Brody sendiri tampaknya tidak berniat untuk menghentikan aksinya.

Merasa terganggu dengan pergerakan yang Viena lakukan, Brody langsung menangkap kedua tangan Viena, tanpa melepaskan kulumannya pada bibir Viena dan meletakkan kedua tangan Viena di atas kepala Viena.

Brody menyeringai di tengah-tengah aksinya, lalu dia menjadi semakin kasar mencium bibir Viena dan sama sekali tidak peduli dengan penolakan dari Viena yang kini terus berusaha menghindar dengan cara menggelengkan kepalanya seraya menggerakkan seluruh tubuhnya.

Tidak peduli dengan Viena yang hampir kehilangan napas, Brody terus meneruskan ciuman pada bibir Viena. Kali ini Brody berulang-ulang mengulum bibir Viena dengan menggebu-gebu sembari bermain lidah di dalam sana dan bahkan menggigit kecil bibir Viena berkali-kali, hingga bibir Viena lama kelamaan mulai mengeluarkan darah segar.

Brody juga tidak peduli dengan Viena yang merasakan perih pada luka di bibir. Brody hanya berhenti dengan sendirinya, begitu merasa sudah puas melampiaskan amarah dalam dirinya ke Viena.

Brody memandang wajah Viena sekilas, sebelum akhirnya dia melepaskan kedua tangan Viena dan mulai beringsut menjauh dari tubuh Viena dan pergi keluar dari kamarnya. Meninggalkan Viena sendirian di dalam kamar. Di mana Viena tampak tengah mengatur pernapasan akibat ulah dari Brody.

Tidak lama setelahnya, Viena kemudian mengusap bibirnya secepat kilat secara berulang. Sesudah merasa lelah, dia hanya dapat berhenti dan mendengus kesal di sana.


**********


Di luar Chiko tampak sedang dijaga oleh kedua polisi, sedangkan Mari sudah tidak berada di ruang tamu. Chiko sedari tadi memandang kedua polisi dengan tatapan tidak percaya.

"Kalian sengaja menjebakku kemari?" tanya Chiko dengan nada ketus.

"Siapa suruh kamu salah cari lawan?"

"Jangan salahkan kita."

Kedua polisi saling membalas pertanyaan dari Chiko. Alhasil Chiko malah jadi bertambah kesal melihat kedua polisi di depannya.

"Kutanya kalian lagi dan jawablah dengan benar," kata Chiko yang berusaha menjaga ekspresi wajahnya, agar tidak terlihat kalau dia sedang kesal, "kalian sudah bekerja sama dengan dia sejak kapan?"

Tiba-tiba sosok Brody muncul di ruang tamu. Brody berjalan dengan langkah lebar untuk mendatangi mereka dan langsung menerjang kerah baju Chiko.

Lihat selengkapnya