The Guy Brody

Huang Wiwin
Chapter #17

Part 16 Dilema

Chiko sudah dipindahkan ke kamar Viena. Brody mengangkat Chiko seperti mengangkat karung beras dan melempar Chiko begitu saja di atas kasur dengan kasar. Viena yang melihat perlakuan Brody ke Chiko hendak melakukan protes ke Brody, namun dia urungkan niatnya.

Sampai sekarang Viena masih belum mengetahui sebab dari kebencian yang Brody tanam ke Chiko. Padahal yang Viena tahu, mereka berdua dulu sangat dekat dan bahkan Brody sendiri dulu mengaku kalau dirinya dan Chiko adalah sahabat.

Viena mulai bertanya-tanya, 'Sebenarnya ada masalah apa antara kak Brody dengan kak Chiko? Apa karena kak Sinta? Kenapa juga kak Brody membunuh kak Sinta?'

Mari menepuk pelan lengan Viena. "Nona, silahkan masuk ke kamar Tuan Muda. Kamarnya sudah saya bersihkan. Di sini biarkan saya yang urus."

Viena melirik ke sekitar dan tidak menemukan sosok Brody. Hanya terlihat sosok Chiko yang sedang terbaring lemah dengan perban di bagian kepala dan luka yang sudah diolesi obat oleh dokter tadi.

Entah sudah berapa lama Viena melamun di dekat jendela kamarnya. Rasanya seperti baru sebentar saja dan sekarang dia sudah harus mengikuti kemauan dan perintah dari Brody.

"Tuan Muda sudah menunggu Anda, Nona," ucap Mari ulang.

Mari mencoba mengingatkan Viena agar Brody tidak menunggu Viena lebih lama lagi atau Brody bakalan mengamuk lagi.

"Baik. Tolong bantu aku jaga kakakku," balas Viena pasrah.

Mari hanya mengangguk sekali, namun tatapannya masih terus ke Viena.

"Iya, aku mengerti. Aku pergi sekarang, Bu."

Mari menunggu sampai Viena menghilang di balik pintu.

Di luar pintu Viena menghela napas.

'Setidaknya bu Mari sudah tidak sedingin dulu,' batin Viena.

Viena berjalan menuju ke kamar Brody. Sebelum masuk ke dalam kamar, Viena berusaha mencoba menetralkan detak jantungnya, kemudian mengetuk pintu kamar Brody.

"Masuk!"

Suara bariton khas dari Brody terdengar sampai ke telinga Viena. Viena perlahan memutar knop pintu dan mengintip sedikit dari tempatnya berdiri.

Sosok Brody yang setengah telanjang sudah menyambutnya di atas kasur, sambil menatap Viena dengan tatapan datar.

"Tidak mau masuk?"

Viena meneguk salivanya. Demi apa sekarang detak jantungnya semakin menjadi tidak karuan. Perlahan tapi pasti Viena melangkah masuk, kemudian memutar tubuhnya untuk menutup pintu kamar.

Tiba-tiba tubuh Viena serasa terbang. Pelakunya adalah Brody. Brody menggendongnya dari depan, hingga tatapan mereka saling beradu.

Lihat selengkapnya