Meski Viena sempat menangis dan menyalahkan Brody, tapi dia sendiri masih ingat kalau dirinya tidak menolak perbuatan Brody terhadapnya. Dia sendiri malah menikmati setiap inci tubuhnya dicicipi oleh Brody. Viena merasa dirinya tidak becus menjaga diri sendiri dan sekarang dia sudah kotor. Terlebih Brody bukan suaminya dan Brody secara nyata juga sudah menyandera dirinya dan kakak kandungnya.
Viena meringis kesakitan merasakan perih pada bagian area bawah tubuhnya yang sensitif, begitu dia hanya bergerak sedikit saja. Dia tidak tahu rasanya akan sesakit ini. Akan tetapi, seluruh tubuhnya sudah terasa begitu lengket, terutama pada bagian bawah dan dia harus segera membersihkan diri.
Setiap kali bagian bawah tubuh Viena tersiram air, maka dia akan langsung meringis dan menahan rasa perih yang datang padanya. Seluruh tubuhnya memang terasa pegal dan di beberapa tempat memang terasa sakit juga, tapi tidak sebanding dengan rasa sakit pada bagian sensitifnya. Ini menjadi yang pertama kalinya bagi Viena.
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Viena langsung melihat ke asal suara. Refleks Viena berusaha menutup bagian dada dan bagian bawah miliknya dengan kedua tangan.
Sosok Brody yang muncul di depan pintu langsung tertawa mengejek melihat Viena. "Ngapain kamu tutup-tutupan begitu?" Brody kemudian berjalan mendekat ke tempat di mana Viena sedang berdiri, kemudian menundukkan sedikit kepalanya untuk menatap lekat wajah Viena dan kembali bersuara, "aku, kan, sudah melihat semuanya."
Brody kemudian melipat kedua tangannya di dada dan menyeringai. "Mau aku ingatkan kembali kejadian semalam? Atau ... kita ulangi saja?"
Sepasang mata Viena langsung melotot. Refleks tubuhnya mundur ke belakang, hingga terpojok dan tidak dapat lari ke mana-mana. Bagian punggung belakangnya terasa dingin, lantaran menempel di dinding yang berlapis keramik dalam kamar mandi dan dia pun belum sempat membasuh tubuhnya dengan handuk.
Brody menggelengkan kepalanya, melihat Viena yang tampak begitu ketakutan. Padahal dia hanya mencoba sedikit bercanda dengan Viena, tapi Viena malah menanggapinya dengan serius. Brody kemudian berbalik dan pergi mengambil handuk baru untuk Viena.
"Ambil ini dan segeralah keluar. Kamu sudah terlalu lama di sini," kata Brody.
Viena mengambil handuknya dari tangan Brody dan dengan segera langsung menutup badannya dengan handuk.
Brody memperhatikan pergerakan Viena. Tadinya Brody sudah mau langsung pergi, tapi malah tidak jadi. Tiba-tiba dia mengurungkan niatnya. Sekarang malah Brody sudah mengangkat Viena dan membawanya keluar dari kamar mandi.
"Pertama kali, pasti kamu merasa kesakitan," ucap Brody tiba-tiba di tengah kesunyian yang menerpa mereka berdua.
Viena terkejut mendengar ucapan Brody. Dia tidak menyangka Brody memperhatikan dan memberinya perhatian.
Brody menurunkan Viena di atas kasur, kemudian pergi mengambil salah satu pakaian dari dalam lemari dan kembali ke tempat Viena. Dia membantu Viena memakaikan kaus miliknya ke tubuh Viena. Terlihat begitu besar dan longgar, begitu pakaiannya dipakai oleh Viena. Namun, terkesan seksi dan menggoda di depan Brody.
Brody membisikkan sesuatu di telinga Viena, hingga Viena langsung bergidik ngeri.
"Kalau sudah sekali, selanjutnya bakalan terasa nikmat."
Brody tertawa kecil melihat ekspresi Viena. Padahal Brody tidak pernah usil sampai segitunya dengan Sinta dulu. Teringat dengan Sinta membuat Brody langsung terdiam di tempat. Anehnya, Brody merasa biasa saja. Begitu Brody melihat wajah manis Viena, suasana hatinya malah menjadi semakin membaik.