Brody menurunkan Viena terlebih dulu dan menarik Viena dengan kasar masuk ke dalam vila melalui pintu utama menuju ke kamarnya. Brody membanting Viena ke atas kasur, kemudian berjalan pergi ke arah lemari pakaian. Dia membuka pintu lemari dan mencari keberadaan barang miliknya.
Dengan cepat Brody sudah menemukan barang yang ia inginkan. Dia langsung mengambil dan mengeluarkan seutas tali tebal dari dalam lemari ke dalam genggamannya, lalu membanting pintu lemari dan datang menghampiri Viena dengan tatapan misterius.
Viena yang melihat Brody mendekat pun, secara otomatis tubuhnya merespon rasa takut dalam dirinya. Viena berusaha memundurkan tubuhnya untuk menyelamatkan diri, tapi sayangnya Brody tidak membiarkan Viena terbebas begitu saja.
Brody sudah meraih kedua pergelangan kaki Viena dan mengikat kedua kakinya secara bersamaan, beserta dengan tarikan kuat pada ikatan akhir. Brody memanjangkan talinya dan kali ini dia mengikat kedua tangan Viena, lalu dia putar talinya dan menarik kembali dengan cepat agar tarikan pada kedua tangan dan kaki Viena tidak berjarak jauh. Setelah itu untuk yang terakhir, dia ikat kembali seluruh kaki dan tangan Viena dengan begitu erat.
Secepat kilat Brody telah berhasil mengikat Viena dan membuat Viena tidak dapat bergerak bebas. Meski Viena sempat berusaha melawan, tapi usahanya tetap tidak mempan untuk seorang Brody. Rasanya pukulan-pukulan yang Brody terima dari Viena hanya terasa seperti pukulan angin lewat dan tidak ada apa-apanya.
Brody berjalan pergi meninggalkan Viena sendirian di dalam kamar. Tidak lama kemudian, Brody masuk dengan menarik kaus atas bagian depan Chiko. Di depan Viena dengan sengaja Brody langsung menerjang dan memukul Chiko tanpa belas kasihan.
”Hentikan!”
”Kak, hentikan!”
”Hentikan! Sekarang juga, tolong hentikan!”
Teriakan Viena sama sekali tidak berguna untuk Brody yang sudah seperti sedang kesetanan. Viena lantas terpancing emosi, hingga dia mengungkapkan suara hatinya secara terang-terangan di depan mereka.
”AKU BENCI KAMU!!!”
Refleks Brody menghentikan aksinya dan melihat ke tempat Viena. Tatapan Brody berubah drastis menjadi tatapan antara kecewa dengan tatapan seperti tidak percaya dengan pendengarannya barusan. Brody merasa seakan-akan seperti baru saja sedang ada sesuatu yang jatuh dan terasa sesuatu itu sangat berat dan tepat sasaran sudah terkena sampai ke dalam hatinya. Benar-benar menjadi ungkapan yang terasa sangat menyakitkan untuk dirasakan dan didengar olehnya.
Brody mematung dan tertegun sejenak, sebelum akhirnya dia melepaskan pegangannya pada kaus Chiko. Dia membiarkan Chiko terjatuh dan tergeletak di lantai yang dingin dengan luka pada ujung sudut bibir dan darah yang terus keluar dari bagian hidung dan dahinya. Disertai dengan beberapa bagian tubuh Chiko yang sudah hampir penuh dengan memar dan lebam. Pakaian yang Chiko kenakan pun sempat terkena muncratan darah dari pukulan telak pada bagian wajahnya.
Kali ini Chiko benar-benar mendapatkan pukulan yang tidak terelakkan dari Brody. Dia bahkan tidak bertenaga untuk sekedar menghindar dari pukulan Brody. Tidak seperti sebelumnya, ketika dia masih sehat dan baik-baik saja kala itu. Kala pertama kali dia menerobos masuk ke kediaman Brody.